"Tha?!"
Aku langsung cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi. Aku sangat ingin menghindari Luke sekarang.
"Atha lu bego kalo lo sembunyi dari gue di rumah lo sendiri!"
Ini semua gara-gara Luke. Ternyata dua belas jam yang ia berikan padaku kemarin itu ada maksudnya, maksudnya adalah...
Dia akan resmi berpacaran dengan Noella. Jadi seperti kontrak terakhir yang memorable.
"Atha! Lo dimana si?"
Nah soal kenapa dia mendatangi apartemenku karena aku membolos sekolah. Hanya karena mendengar berita kurang bagus ini dari mulut Emily. Sudah dibuktikan dengan postingan instagram Luke ataupun Noella.
"Atha! Lo kalo ga keluar gue ga bakal pergi dari sini."
"SANA LO PULANG!" teriakku dari bilik kamar mandi. Terdengar suara langkahan kaki mendekat.
"Buka pintunya tha." Kata Luke sambil menggedor pintu kamar mandiku. "Kita perlu ngomong."
"Nih ngomong sama tembok, tukang boong lo bangsat." Luke langsung memaksa dengan mendobrak pintu kamar mandiku. Aku merasa seperti terancam jika pintu itu berhasil didobrak.
"Makanya gue perlu ngomong."
"Ngomong sama tembok sana, jing." Teriakku. Dan saat itu juga pintu kamar mandi yang sudah kukunci itu terbuka.
Terlihatlah Luke dengan wajah merah padamnya disertai dengan amarah mendalam yang bisa kulihat dari matanya. "Tha gue ga maksud!" Ia langsung menarikku keluar dari kamar mandi.
"ga maksud apanya sih? Udah jelas lo ngajakin gue jalan kemarin, dan nurutin apa mau gue ada alasannya. Lo bilang alasannya cuma karena gue pacar lo! Tapi apa yang gue denger barusan? Lo jadian sama Noella bangsat!". Terangku. Luke terlihat kaget, aku sudah lelah untuk menutupi semuanya. Seakan aku perlu mengatakan kalau aku mencintai Luke.
"Bukan, maksud gue ga gitu. Alasan gue ngajak lo jalan bukan itu!".
"Yaudah sana ngomong sama tembok." Aku mendorong tubuh Luke keluar dari apartemenku, "luke, lo itu emang bangsat. Tapi gobloknya gue sampe suka sama lo."
Luke langsung memegang kedua tanganku agar aku berhenti untuk mendorong tubuhnya. "Ga ga ga lo boong ke gue kan? Lo ga suka sama gue kan?"
"Iya gue boong, boong kalo semua yang gue bilang itu bullshit." Luke menarik rambutnya frustasi, "sana lo pulang. Gausa temenan sama gue lagi."
"Athaaaaa!" Teriaknya.
"Gausa manggilin gue lagi, lupain aja lo pernah kenal gue, gausa ngerasa punya tanggung jawab sebagai tutor gue karena mulai besok gue ganti guru tutor." Ucapku panjang lebar.
"Atha please gue gamau kaya gini!"
"makanya itu gausa kenal gue lagi!" Kecamku.
Lalu Luke pergi dengan helaian rambut yang ia tinggalkan di lantai apartemenku.
Esoknya, jangan tanya seperti apa wajahku. Mata sembap dengan rambut yang mirip sapu ijuk datang ke sekolah dengan wajah sok tegarnya. Mungkin jika ada pengamat nasib seseorang, aku akan di nominasi sebagai wanita termalang di dunia.
Bagaimana tidak, kalau aku sudah mengatakan pada Luke bagaimana perasaanku namun dia malah mmilih yang lain. Mungkin memang hanya akunya saja yang ke-geer-an. Kalau saja ada mesin waktu yang bisa ngembaliin waktu ke masa aku tidak pindah ke London, aku akan pilih itu.
Masalahnya sekarang aku muak melihat pemandangan seperti ini setiap hari. Rasanya seperti Luke dan Noella headline di hidupku akhir-akhir ini.
"Tuh kan, gue kan udah warn lo dari awal. Kalo Luke ga bareng sama lo gimana? Tapi lo tetep kekeh ngebantuin dia." Kata Vanila.
"Cepet banget anjir, padahal kemaren masi adem ayem, sekarang udah kaya gini." Aku menopangkan daguku pada telapak tangan. Vanila mendesah seperti enggan berkomentar.
"Yaudah lah tha, gausa di galauin. Nanti juga lo dapet yang lebih baik dari Luke." Yang dikatakan Vanila memang benar, tapi apakah ada yang lebih baik dari Luke?
"Gue mau ke Leeds." Vanila mengernyitkan dahinya, "sometimes gue butuh lari dari kenyataan."
"Well gue ga ngelarang lo sama Jack." Kata Vanila
"dibilang gue sama Jack ga bi--LUKE!" potong Vanila dengan cara membekap mulutku. "dasar."
"Yang kaya gitu lho yang lu cinta matiin." Kata Vanila sarkas, "untung gue nguping anak cheers ngegosip waktu itu."
"Bacod anjing."
***
"Lo ati-ati ya, jan lupa balik ke sini. Sekolah lu pikirin, jangan kaya Jack." Ucap Vanila sambil melirik kearah Jack yang sedang memasukkan koperku ke bagasi.
"Bacot lu," ucap Jack.
"Yeu, jagain kembaran gue ya. Dia lagi lari dari kenyataan."
"Gue ga lari, gue naik mobil." Jack langsung tertawa mendengar perkataanku lalu ia menyuruhku masuk agar tidak kemalaman sampai di Leeds.
"Bye Vanila!"
"Have a nice 'pelarian'." Aku tertawa sambil melambai kearah Vanila. Mungkin mataku salah liat atau bagaimana, aku melihat Luke dengan tas gendongnya berdiri jauh di belakang Vanila.
"Ada Luke, bego." Kata Jack kemudian. Jadi benar itu Luke?
"Eh emang iya?" Jack hanya menaikkan satu alisnya dengan tetap terfokus pada jalanan. "Ya bodo lah, gue mau liburan."
"Buka lembaran baru, jangan dia aja lu pikirin." Ucap Jack.
"Udah kayak nikah aja sih, tai." Ia tertawa kencang. Kami pun mengobrol-ngobrol sampai nanti aku tertidur. Mungkin pelarian ke Leeds untuk melupakan Luke adalah alasan yang salah. Tapi, apa aku harus merasa sakit terus terusan jika melihat mereka sedang bersama?
Memasang earphone ke kuping sampai perjalananku sampai, mungkin alasan terbaik daripada mendengar ocehan Jack yang sedang mengikuti lagu yang diputar di radio.
Dan akhirnya, berjam-jam duduk di jok mobil menahan rasa bosan mati-matian pun terbayar. Apartemen Jack di Leeds sangatlah jauh dari kata jelek.
Fasilitas di dalam ruangannya jangan tanya, asoy banget. "Mending lu pindah ke London, gue disini aja. Tukeran gitu."
"Sorry coy, Leeds terlalu mahal dituker sama London." Aku menjitak kepalanya dan ia malah terus cengengesan, "lagian gue gamau ke London soalnya ada Luke."
"Bego lu anj, dibilang gausa sebut sebut dia bangsul." Ia tertawa sambil berjalan ke dapur, aku mengikutinya dari belakang. "Gue mau tidur cuy, tapi lo punya botol minum gitu ga? Gue keseringan haus."
Jack memutar matanya, "tuh." Tunjuknya dengan dagu.
"Thanks." Lalu aku mengisi botol itu dengan air mineral lalu masuk ke kamar yang dimana kata Jack itu adalah kamarku sekarang.
Well, goodnight Leeds.
To be continued..
Ini gue ngaco y london-leeds pake mobil. Nga tau dah bisa atau musti naik pesawat wkwkwk anggep aja gitula
Btw, emang iya Luke uda jadian sama Noella. Itu bukan prank y
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."