Luke masuk ke mobil dan langsung memasang seat beltnya. Ia menyengir, "ngapa lu?"
"Susah pake seat belt, gausa pake ya." Aku memutar mata.
Niatnya aku ingin mengajak Luke ke istana Ratu Elizabeth. Tapi entahlah, jaraknya sangat jauh dari apartemen Luke.
"Tadi lu ngapa tiba-tiba pergi pas gue ajakin jalan?" Tanyaku.
"Malu gua diajakin cewe jalan." Lagi-lagi pipinya bersemu merah. Akhir-akhir ini ia sering sekali blushing, kutau itu.
"Bege kan lu." Ia terkikik sendiri. Aku yang sebagai supir disini, jadi Luke duduk di kursi penumpang karena tangannya yang diperban itu.
Sekira lamanya kita tidak mengobrol ditemani dinginnya dari pendingin mobil milik Luke. Sedangkan Luke, ia sibuk dengan kaca jendela disebelahnya dan terkadang menscroll ponselnya.
Ponselku berbunyi, kulihat itu telepon dari mama. "Lo ga boleh ngangkat telpon saat nyetir." Kata Luke.
"Terus gimana? Itu mama gue--,"
"--halo?" Anjing. "Ini dengan Luke, temannya Atha, athanya lagi nyetir, aunty."
Luke diam seperti mendengarkan ocehan mama disebrang sana, "oh iya nanti disampein kok, oh okay aunty, iya nanti Luke bilangin. Okay, sama-sama aunty." Luke mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan lagi ponselku di dashboard.
"Apa katanya?"
"Nope, just family reminder and stuff." Katanya, lalu ia bersandar dan menurunkan sedikit joknya. "Kapan ya mama gue nelpon kek mama lu gitu?"
Aku mengedikkan bahu, "soon kali."
Luke menghela nafas panjang, ia diam cukup lama seperti berpikir. Kulirik dari ekor mata jika ia sedang menatap lurus keatas atap mobil ini. "Lu kangen ya?"
"Iya, udah lama gue ga dengerin suara mama gue." Aku yang mendengarnya jadi ikutan sedih, kuambil ponselku di dashboard dan kuberikan pada Luke, "maksudnya tha?"
"Lu telpon aja pake hp gue, seenggaknya kan bukan nomer lu jadi mereka ga bisa ngereject." Luke diam, dia menaruh kembali ponselku didashboard.
"Ga bisa tha."
"Lu kalo kaya gitu aja ga berani, mau jadi apa lu?" Kataku, "cuma nelpon mama lu doang, seorang ibu tuh pasti bakal ngerasain kangen ke anaknya sendiri. Meskipun anaknya kayak elu."
Kuambil lagi ponselku, "sekarang Luke."
Ia mengambil ponselku dan mengetikkan digit nomer disana, lalu ia mengklik tombol call.
Terdengar nada sambung dari sana, Luke melihat ke arahku. "Lu yang ngomong ya?"
Ia mendekatkan ponselnya padaku. Aku memberontak namun sambungan teleponnya sudah diterima oleh mama Luke, "Halo?"
Aku mendelik ke arah Luke, ia menyuruhku untuk bicara, "Ini benar dengan Mrs. Hemmings?"
"Iya benar, ini siapa?"
"Luke, ma." Tidak dapat jawaban dari sana. Mama Luke terdiam beberapa saat. "Mah?"
"Lukey?"
"Iya." Lagi-lagi mamanya diam. Namun terdengar suara isakan dari sana. "Luke, kangen."
"Mama juga sayang." Mataku mulai berair, melihat pemandangan seperti ini jadi merindukan mama Calis.
Kubiarkan Luke dan mamanya berbicara, aku mendengarkan setiap ucapan Luke dan mamanya. Kutau jika Luke sangat mencintai mamanya. Terlihat dari caranya ia berbicara. "Udah dulu ya ma, ini pulsanya temen Luke kasian."
"Iya sayang, see you really soon sayang."
Luke mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan ponselku di dashboard. "Gimana? Feel better kan?"
"Makasi tha," he start crying.
Andai aja ngerubah lu gampang Luke. Pasti lu ga bakal kaya gini.
***
Dua menit yang lalu Luke pergi lalu datang dengan membawa dua porsi churros ditangannya (menggunakan kresek). Katanya sebagai ucapan terima kasih padahal aku tidak perlu.
"Kemaren gua dapet ucapan salam dari anak cheers anjir." Cerita Luke sambil memakan churos yang ada ditangannya.
"Siapa?"
"Gatau gue, lupa namanya siapa. Tapi kayaknya sih namanya Noella." Aku diam. Baru pertama kalinya Luke menceritakan perempuan lain selain Vanila. Jika Vanila pun hanya cerita tentang bagaimana ia dikelas jika sekelas. "Lo ngapa diem?"
"Hah? Engga." Kataku sambil menggeleng.
"Cemburu lu ya?" Ia tersenyum jahil. "Yaela masa gay kayak gue dicemburuin."
"Dih apaan sih, menajiskan Luke." Luke tertawa kencang. "Gausa ketawa lu, ga ada yang lucu."
"Tha kan gue udah warn lu dari awal, jangan baper sama gue." Jelas Luke
"Lah apaan sih, orang gue ga cemburu." Sebenarnya sih iya.
"Amasa?" Aku memutar mata. Dia semakin tertawa karena aku memutar mata. "Gue kapan ya sembuh?"
"Lo udah mau banget sembuh?" Tanyaku.
"Maulah, gue kangen sama mama." Ia menggigit satu batang churos sambil menatap lurus kedepan.
"Yaudah bagus."
"Jadi pacar boongan gue yuk, tha? Ajarin gue mencintai cewe."
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."