Luke menjemputku pagi-pagi buta dan mengajakku sarapan bubur bersama. Aku juga heran kenapa dia tiba-tiba menjemputku saat tadi malam ia mengutarakan seluruh perasaannya padaku.
Aku beritahu satu hal ya Luke, sebenarnya aku masih dan tetap menyukaimu dari dulu sampai sekarang.
"Tha, ngelamun aja sih lo." Dia cemberut.
"Gue lagi mikirin sesuatu, lo berisik banget dah." Kataku bercanda. Dia masih saja cemberut dengan tatapan mata membunuhnya.
Kami pun duduk di trotoar pinggir taman sekaligus menunggu dagang bubur ayam langganan Luke. Sebenarnya aku sudah bosan menunggu tapi perutku juga lumayan lapar, jadi yasudahlah.
"Gue putus." Aku menoleh cepat pada Luke yang sedang menatap kosong kedepan. Aku memberinya tatapan what-the-fuck. "Sorry tha, perasaan gue ga bisa dipaksain."
"What the fuck?! Lo ngelepas hubungan lo yang udah 8 bulan?" Dia mengangguk, "jangan bilang karena gue."
"Tapi sayangnya emang karena lo." Luke menghela nafas lalu berjalan meninggalkanku, "ayo, itu dagang buryamnya."
"Seriously, Luke? Cuma karena gue yang tiba-tiba dateng aja?" Luke tidak menyahut. "Luke, tell me."
"Buat apa sih tha ngelanjutin hubungan yang udah ga ada rasanya sama sekali?" Ucap Luke. "Buat apa?!"
"Tapi Luke, kemarin lo bilang ga bakal mutusin dia." Lagi-lagi dia mengabaikanku dan terus berjalan tanpa menyahuti ucapanku, "you broke your promise."
"Dan gue minta maaf. Dan tolong tha, stop nyuruh gue mempertahankan hubungan gue sama Klarisa. Karena gue masih cinta sama lo."
Aku tersenyum kecut, "basi tau ga, mana mungkin lo bisa cinta sama gue kalo lo udah ngejalanin hubungan selama 8 bulan dengan orang lain."
"Kenapa bisa engga mungkin? Lo aja juga cinta sama gue, apa yang ga mungkin?"
"Kata siapa lo, kalo gue cinta sama lo?" Teriakku. Lalu dia berjalan menghampiriku dan berdiri tepat di depanku, "apa?"
"Yaudah sekarang bilang lo ga cinta sama gue!" Ucapnya keras.
***
"Sekarang bilang tha, bilang kalo lo ga cinta sama gua!"
"Atha lo dengerin gue kan? Sekarang bilang lo ga cinta sama gue!"
"Lo sama sekali ga cinta sama gue, bilang gitu tha."
"Maaf luke, gue masih cinta sama lo."
Aku duduk di balkon atas dengan kaki yang menggantung ke bawah. Aku meletakkan ponsel yang sedari tadi kugenggam ke sampingku. Sudah sekian kali Luke menelpon namun kureject. Karena kejadian tadi pagilah membuat aku malas berbicara padanya. Ia membuatku berkata jujur.
"Sekarang lo sama gue saling suka, terus apa yang lo tunggu, tha?" Aku langsung mencari sumber suara itu. Dan benar saja, dibawah sana sudah ada Luke yang duduk diatas atap mobil.
"Gue nungguin pengumuman kampus baru," kataku ketus. Dia mencibirku lalu turun dari atap mobilnya sendiri.
Ia masuk ke dalam mobil dan keluar membawa sebucket bunga kertas yang ukurannya lumayan besar. "Tha,"
"Lo jangan nembak gue please, Luke. Tolong jangan." Kataku memotong ucapannya. Hanya saja aku belum bisa menerima jika nanti dia akan jadi pacarku, masih tidak biasa gitu hehe.
"Lah gue udah bawain bunga gini masa ditolak sih." Katanya
"Lagian kan lu baru putus, masa udah macarin gue aja."
"Yaudah yaudah ga jadi."
Lalu dia tidur di atas mobilnya dengan bunga itu disampingnya. Tentu juga dia tidur sambil menghadapku. "Lo ga tidur?"
"Kaga, masih males."
"Tidur kok males," cibir Luke. Aku tidak menyahut, dan pura-pura main hp karena dia yang menatapku secara lama. "Tha, lulus kuliah nikah yuk."
"Anjir bego." Kataku kaget. "Lu lagi sarap ya? Omongan lu ngelantur kemana-mana anjir."
"Ish gue seriusan malah dibilang sarap, ntar gue bercanda dibilang serius." Ia lagi-lagi manyun-manyun ga jelas.
"Lagian lu mikir dulu kek ngajaknya, ngajak tuh ke mall, cafe, atau ngajak nonton konser. Lah lu ngajak nikah." Aku memutar mata.
"Lagian lu diajakin pacaran gamau."
Udah mau mati aja gue.
"Emang gue ada bilang engga mau?"
"Itu tadi," sok sok ngambek kutil dugong.
"Kan gue bilang jangan nembak gue, nanti kalo gue mati karena tertembak gimana?"
"Bego anjirrrr, udah ah gue to the point aja. Pokoknya kita pacaran sekarang, dan pokoknya abis lulus kuliah kita harus nikah. Dan seperti biasa, pak guru tidak menerima penolakan. Oke muridku?"
Lalu aku tertawa dengan suara yang cukup keras mendengar ucapan Luke tadi, "gue belum ditembak, gamau ah."
Dia menggeram kecil, "untung gue cinta sama lo ya." Dia turun dari atap mobil sambil membawa bucket bunga itu lalu berjalan mendekati pintu utama rumahku.
Tok..tok...tok...
"LUKE LO MAU NGAPAIN?!" teriakku.
"Oh Luke, ada apa?" Sudah kupastikan itu suara papa. Karena sedari tadi papa diam di ruang tamu untuk membuat laporan kerjanya.
"Malam uncle maaf ganggu, saya cuma mau bilang, kalo saya maunya pacaran sama atha. Uncle setuju ga? Atau uncle ngebolehin ga?" Aku langsung turun ke lantai bawah dengan jurus kaki seribu agar cepat sampai.
Sesampainya dibawah, "LUKE BEGO." aku langsung mendorongnya keluar rumah sambil tersenyum menahan malu pada papa.
"Loh tha, kok Luke-nya diusir?" Tanya papa.
"Biasa pah, dia agak ngelantur dikit." Aku tersenyum salah tingkah. "Tadi dia cuma bercanda kok pah hehe."
"ENGGA UNCLE, SAYA SERIUS."
"BERISIK LUKE!! Hehehe maaf pah. Dia gila masalahnya." Papa hanya mengernyitkan dahinya sambil tersenyum aneh.
"UNCLE JAWABANNYA MAN--"
"BERISIK WOY!! mending papa masuk ke kamar deh, istirahat dulu ya hehe." Aku mendorong tubuh papa kearah kamarnya agar suara teriakan Luke yang mengganggu itu tidak terdengar lagi.
Sungguh Luke itu menyebalkan. Sudah bikin Klarisa sakit hati, tentunya. Dan sekarang menembakku lewat papa.
"Bentar deh tha, papa mau ketemu Luke." Lalu papa berjalan kearah pintu dan membukanya. Disana ada Luke yang terduduk di teras dengan bucket bungan di pangkuannya.
"Luke," panggil papa. "Uncle setujui kok."
Wajah Luke langsung berubah sumringah, "Beneran uncle?" Papa mengangguk. Dan disini aku berdiri diambang pintu, menahan senyum. "Makasih uncle, makasih makasih makasih. Luke boleh meluk atha ga uncle, sebentar aja."
"Tanya orangnya aja." Ucap papa.
"Ga, gamau gue. Hush sana pergi." Luke langsung pura-pura cemberut. "Pulang sana udah malem."
"Nih bunganya." Ia menjulurkan bunga itu padaku. Langsung saja aku berjalan kearahnya untuk mengambilnya.
Lalu saat aku akan mengambil bunga itu, dia menarik tanganku lalu membungkus badanku dengan kedua tangannya. "Gue janji, ga bakal ngecewain lo."
To be continued...
Luq bgst y, abis putus langsung jadian ama yg lain.
Tar lagi ending gaes
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."