24

1.6K 245 92
                                    

3 tahun kemudian...

Taksi mengantarkanku ke bandara, hari ini aku akan pergi ke Sydney untuk liburan setelah kelulusanku di high school pekan lalu.

Hanya aku tidak mengerti, kenapa semuanya berlalu begitu cepat. Kalian pikir selama tiga tahun itu aku membuka hati untuk orang lain? Jawabannya adalah tidak, maaf.

Sudah beribu kali Jack mengingatkan untuk melupakan kejadian tiga tahun lalu. Namun tetap saja, aku terus mengingatnya. Pernah sekali aku berkunjung ke apartemen itu, namun benar, ia telah pergi.

Bahkan untuk tau dia masih bernafas saja, sangat susah.

"Gue mau ke Jepang, nyari Luke."

Itu sudah pernah kulakukan, hanya saja Vanila dan Jack melarang keras aku melakukan itu.

Tapi aku sudah berada di titik dimana aku sudah muak menunggu, dimana aku sudah muak untuk mengingat, dan dimana aku sudah muak untuk mencari.

"Pah, atha udah di bandara dari dua jam lalu. Papa dimana?"

"Hah? Papa lupa jemput, kamu duduk dimana gitu atau makan di foodcourt, nanti papa nyusul kesana."

"Okay, dad."

Aku lalu melintasi food court dan duduk disalah satu bangku. Lalu aku memesan seporsi churros hanya untuk cemilan sambil menunggu papa.

Dan sekarang, aku ingin memulai semuanya dengan kertas baru yang masih utuh. Dan tak lupa kucoret dengan perjalananku saat di high school kemarin.

Luke? Lupakan.

Saat sudah tiga puluh menit aku menunggu, akhirnya papa menyuruhkan jalan ke pintu keluar. Aku mendorong trolly yang berisi koperku dengan gerakan cepat.

"Atha!" Papa melambai kearahku. Aku hanya tersenyum simpul. Bukan aku tidak suka bertemu papa, hanya saja aku terlalu lelah untuk mengutarakan kebahagianku. Itu saja.

"I miss you, pa." Aku memeluk papa cukup lama lalu ia membantuku mendorong trolly sampai ke mobil.

Kubantu papa memasukan koperku kedalam mobil, lalu setelah selesai, ia menyuruhku masuk dan memakai seat belt. Ya, safety first.

"Mama gimana? Kayaknya setiap atha pulang mama ga ikut jemput." Kataku.

"Iya, dia lagi dirumah. Kan nyiapin kamar gitu sama keperluanmu. Please tha, papa gamau kamu ninggalin papa lagi. Sekolah di Sydney lah." Ucap papa yang masih terfokus pada jalanan didepan. Keputusanku untuk sekolah di luar negri itu ada lagi. Tidak di London, mengejar sesuatu yang baru.

"Ah pasti sekongkol sama mama nih entar." Papa tergelak. Itu membuat matanya menyipit karena jika papa tertawa pipi akan menutupi matanya.

"Kangen papa, nak."

"Sama, pa. Atha selalu kangen sama papa."

"Kamu putri papa satu-satunya, jagoan papa. Meskipun kamu cewe, papa tau kamu kuat." Aku tersenyum mendengar ocehan papa. Lalu tangan papa bergerak mengelus pucuk kepalaku.

"Bikin adek makanya." Papa tertawa geli. "Biar atha ga sendirian."

"Udah ga bisa, papa kan udah tua."

"Emang papa umur berapa sih nikah?" Tanyaku.

"Haduh, berapa ya? 19 tahun kayanya."

"Wah seumuran aku dong? Papa ga kuliah?"

Lalu papa pun menceritakan bagaimana ia bertemu mama. Bagaimana masa-masa mereka baru nikah. Mereka nikah tanpa pacaran, dan mereka bikin kakak aku yang udah keguguran aja setelah wisuda.

Me And Hus-band 2 : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang