"Nanti papa jemput kok ke bandara."
Aku menghela nafas, papa menelponku hanya untuk menyuruhku pulang ke Sydney karena ada acara keluarga. "Iya pah, nanti pulang sekolah atha langsung ke bandara beli tiket."
"Yaudah, hati-hati di jalan."
Aku menutup telponnya dan langsung berangkat sekolah. Sebenarnya aku malas untuk pulang ke Sydney, tapi ini acara besar di keluargaku. Ya masa aku tidak datang.
Saat turun dari bis, aku langsung disambut oleh Vanila yang kebetulan juga baru sampai. "Tekuk mulu tuh muka, kenapa dah lo?"
"Gue pulang ke Sydney, ada acara keluarga disana." Vanila menganga.
"Yang bener lu?" Aku mengangguk, "yah kok gitu sih? Masa lo mau ninggalin gua?!"
"Anjing, gua cuma bentaran disana. Palingan 5 hari." Kataku.
"Yeu sampis, tetep aja lah gue sendirian." Vanila mendengus, "terus luke gimana?"
"Ya gak gimana, dia kan bisa pake baju sendiri."
"Yeu kuda," ringis Vanila, "maksud gua tuh lo udah bilang ke dia?"
Aku menggeleng, "ngapain juga lagian."
"Gitu-gitu temen lu juga su, bilang sana." Katanya.
"Iye nanti."
Karena aku dan Vanila beda kelas hari ini, jadi kami terpisah di lorong. Aku masuk ke kelas Kimia di pagi ini, dan aku juga tidak tahu siapa yang akan menjadi temanku dikelas ini.
Saat aku masuk ke kelas Kimia, aku dapat melihat Nath yang duduk sambil memainkan ponselnya. Jika melihat Nath, ingin rasanya aku menikamnya.
"Atha!" Panggil Nath, "sini duduk sama gue."
Anjing lo mati lu sana dasar kuda.
Dengan terpaksa aku menghampirinya dan duduk disebelahnya. "Vanila sama Luke kemana?"
"Beda kelas kali." Kataku
"Eh gua mau nanya dong sama elu." Kata Nath, "Lo sama luke jadian ga?"
Aku meliriknya, "lah emang kenapa?"
"Ga kenapa si, gue cuman nanya." Ia menggaruk tengkuknya yang mungkin tidak gatal.
"Kaga, gue ga pacaran sama dia." Aku bisa melihat kalau Nath tiba-tiba tersenyum sumringah, "lu kenapa dah?"
"Engga, berarti kesempatan gue deketin lu masi ada."
Luke, gue ga mau nyakitin elu.
***
Gatau kenapa sehabis Nath mengatakan hal tersebut, aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Sampai, aku memilih untuk membolos kelas selanjutnya dan menangis di kursi penonton pinggir lapangan.
"Bolos kelas yak?" Seseorang tiba-tiba duduk disampingku. Kulihat ia sedang menjilati es krimnya, "diajarin siapa lu?"
"gadanta," kataku.
"dantain gue makanya." Aku langsung meliriknya sinis, "gue ikut lu ke Sydney."
"Lah ngapain coba?!" Pekikku. Dia Jack Irwin, anak dari uncle Ashton. Ia memang tinggal di Inggris tapi tidak satu sekolah denganku. Aku tau, ia kesini pasti disuruh papa untuk menjemputku.
"Uncle nyuruh, mana gua ngerti alasannya apa." Aku menghela nafas. "Oh iya satu lagi, gue disuruh jagain elu."
"Serah lu dah, tapi gue masi ada kelas. Ga mungkin pulang." Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."