Hai;)
Hmm gini loh baca bentar ya a/n nya thank u^^
A/n : sorry nih gue ambil plot pake lgbt, luke-nya gay. Sorry banget kalo ada yang ga suka, bukannya gimana ya, cuma mau buat yang antimenstrim gitu. Maaf banget ya:))
Mama : mowningggg♡
Aku tersenyun samar, aku sedang perjalanan ke sekolah. Dan aku tidak tau apakah mama sedang terjaga di malam hari atau bagaimana.
Aku tahu jika mama dan papa berat ke timezone Sydney-London. Dua kota ini memiliki perbedaan waktu yang berbeda.
Me : kalo disana lagi malem, gausah ngabarin atha mah. Atha gapapa.
Aku berloncat kecil dari bis saat akan turun. Kelas pertamaku hari ini adalah, Sejarah. Pelajaran yang menambah wawasan dan memiliki kelebihan tersendiri yaitu; membuat orang mengantuk.
"Tha," aku menoleh "lo gapapa kan?"
"Selaw, gue ga papa." Itu Vanila
"Lo pasti nangis-nangis kemaren." Cecar Vanila. Sepulang tutor, Luke mengantarkanku sampai rumah. Lalu ia pulang, disanalah aku menangis-nangis. "Terus gimana? Lo masih mau merjuangin Luke?"
Aku diam. Rasanya untuk mengatakan 'iya' sangatlah susah. Ada bongkahan batu di leherku, seperti itu.
Aku menghela nafas, "Gue bakal tetep merjuangin Luke, even dia suka sama sesama jenis."
***
Bel berakhirnya kelas Fisika sudah berakhir 5 menit yang lalu. Namun, rasa untuk meninggalkan kursiku dan pergi ke kantin sangatlah berat. Aku malas untuk melakukan sesuatu, dan malas untuk mengatakan sesuatu. Terlalu lemah untuk menerima kenyataan.
"Tha," aku menoleh "sini buru."
Dengan sangat terpaksa aku datang menghampiri laki-laki jangkung yang sedang berdiri didepan kelas Fisika, "kenapa Luke?"
"Hari ini gue ga bisa ngajarin elu, mau ada turnamen futsal. Gapapa kan?" Kata Luke.
"Selo ama gue sih, iya gapapa."
Luke terdiam, seperti enggan pergi. Aku pun jadi ikutan bingung lalu mengangkat satu alisku, "Anu tha...itu... lo nonton gue ya hari ini. Turnamennya hari ini."
"Okay, sehabis kelas bahasa inggris gue sama Vanila langsung ke lapangan." Senyumku samar. Lalu Luke melenggang pergi, aku pun juga ikut meninggalkan kelasku hari ini dan pergi mencari Vanila.
Semenjak saat itu, aku dan Luke bukan hanya seperti teman tutor biasanya. Ia rajin menyapaku, mengajakku berkumpul di kantin, atau sekedar mencari makan di luar sekolah.
Tapi sama saja, aku sama halnya dengan berjalan bersama batu. Ia tak pernah menganggapku ada...
Aku menatap buku-buku jariku dan bersenandung pelan. Kini kursi penonton di pinggir lapangan adalah tempat yang menjadi favorite disini. Entah kenapa.
"Luke," lirihku "kenapa suka sama lo rumit gini." Yang kupermasalahkan bukan perasaannya padaku. Tapi kenapa ia menyukai sesama jenisnya. Tak apa jika ia tak menyukaiku tapi bolehkah dia menyukai seseorang yang kodratnya dicintai laki-laki?
"Atha anjing, gua nyariin lu asu." Pekik Vanila. Aku mendengus dan membiarkannya memaki-makiku. "Lu kenapa sih? Luke lagi?"
Aku mengangguk pelan, "Iya, dia udah ngerenggut setengah pikiran gue."
"Udah ah, lu harus move on daripada kaya gini mulu tha, ga bagus." Aku menghela nafas panjang, "dia ga bisa suka sama kita."
"Tapi Van, dilubuk hatinya tuh pasti bisa suka sama perempuan!" Vanila mendengus, "gue ga mau ngelepas Luke gitu aja. Bilang gue gila, karena perasaan gue buat Luke masih sama."
"Dia itu gay, athalia!"
"Iya gue tau Van, dia lain. Dia ga suka sama perempuan, dia suka sesama jenisnya. Dan harusnya lo bisa ngerespect dia Van, dan ngerespect gua." Aku terdiam, "Respect perasaan gua."
"Iya tha, gue bakal selalu ngerespect lo. Tapi gue ga bisa ngeliat lo gantung di harapan kosong kaya dia, dia ga bisa Atha." Kata Vanila.
"Dia cuma ga bisa, karena ga pernah nemuin yang pas."
"Terserah lu tha, apapun keputusan lu, gue dukung."
Tak lama kemudian, lapangan mendadak ramai karena sebentar lagi ada latihan basket disini. Kau taulah, bagaimana remaja putri menyukai pemain basket. Tapi itu tidak sama sekali kuhiraukan, ketahuilah Luke tetap menjadi nomor pertamaku.
"Woi tha," aku menoleh "ngelamun aja lu."
"Kaget gue anj," aku mengelus dadaku "lu ngapain coba disini?"
"Hai Van," sapanya "itu anu gue nonton basket bentaran."
"Lah emang lu suka basket?" Tanyaku.
"Kaga si, tapi gue lagi nunggu orang hehe." Luke terkikik dan membawa tangannya ke dahinya seperti ada sesuatu yang ia tutupi.
"Dih siapa coba?" Tanyaku lagi.
"Itu itu tha itu loh tha yang lagi minum akua." Tunjuk Luke penuh semangat, aku pun juga ikut excited melihat kearah mana Luke menunjuk.
Kupikir, dia menunjuk anggota cheers yang sedang bersiap pada posisinya. Namun sayangnya tidak, ia menunjuk Nathan. Kapten tim basket sekolah.
"Oh Nath, lu itu sama dia?"
Luke mengangguk, "iya tha, ganteng kan?"
Aku tersenyum samar, mencoba untuk menutupi tusukan dari Luke. Ia menyukai Nath, bukan Atha.
"Lu kenal sama dia Luke?"
"Iya kenal, dia temen gue juga." Wajah Luke mulai berseri, ia seperti melihat sesuatu yang bisa membuat moodnya naik seratus persen. "Emang kenapa tha?"
"Ga papa, cuman nanya doang."
Vanila yang tadi diam menyikut lenganku dan menatapku penuh harap. Berharap agar aku mengatakan pada Luke apa keanehannya menyukai Nath.
"Eh gue pergi dulu yak, bye tha bye van." Kata Luke sambil melambai kearah kami. Aku pun membalas lambaiannya dan menatap punggung lebarnya pergi menjauh.
"Lo harus bilang sama dia tha, sebelum ia tambah parah." Kata Vanila
"Ga bisa Van, gue diem gini udah atha yang kuat banget."
"Lo masih tetep kan tha mau bikin Luke berubah?" Aku mengangguk mantap. Keputusanku sudah sangatlah bulat, membuat Luke berubah menjadi orang yang sesuai kodrat Tuhan. "Goodluck tha!"
***
"Disana jam berapa pa?"
"Jam sebelas nih, disana sore ya?"
"Sebelas malem? Papa bilang kek, biar atha ga nelpon terus ganggu tidurnya papa."
"Iya gapapa, lagian baru mau tidur kok. Gimana kamu disana?"
"Baik pa, atha suka kok disini."
"Bagus deh kalo gitu, yang rajin ya sekolahnya."
"Iya pah, itu pasti."
"Jangan sombong disana, saling bantu temen juga ya."
"Kalo atha bantuin temen biar sembuh dari gay gapapa kan?"
To be continued...
Besok gua hari terakhir UN, doakeun yakkkk♥♥♥♥
Khusus kelen, gua update:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."