Hari ini aku pulang ke Sydney, 3 hari berada disana cukup membuat kerinduanku pada papa dan mama terbayar. Terlebih, aku bertemu dengan beberapa teman kecilku.
Tadi pagi papa yang mengantarku ke bandara, katanya aku disuruh lebih berhati-hati dalam memilih teman. Jangan sampai temanku sendiri yang akan menusuk dari belakang.
Soal Nathan, aku tidak ambil pusing. Nathan adalah cowo pertama yang aku blacklist karena Luke. Seorang Luke. Hanya karena Luke.
"Tha, gue nginep dirumah lu ya, besok gue langsung pergi kok." Kata Jack dengan wajah mengantuknya.
Aku mengangguk. Sekarang tepat pukul 5 pagi waktu Inggris. Entah di Sydney jam berapa.
Tak lama kemudian, kami sudah sampai di Inggris. Entah siapa yang menjemput kami di bandara, pastinya kami pulang dengan taksi.
Lalu soal teman-temanku, mereka tau jika aku pulang hari ini.
Beberapa iMessage masuk lewat ponselku, diantaranya papa dan mama, lalu Vanila dan yang terakhir Luke dengan menanyakan aku sudah dimana.
Aku menggeret koperku ke pintu keluar. Udara hari ini sangatlah dingin, aku jadi ingin minum coklat panas yang lezat."Atha!!" Aku menoleh. Lalu mendapati Luke yang berlari kearah dan tiba-tiba ia memelukku secara erat. "I miss you, tha."
"Eh, gue juga, Luke." Kataku. Aku tidak bisa memeluk balik karena Luke memelukku beserta tanganku. "Gue ga bisa meluk lo balik." Kataku
Ia melepas pelukannya lalu dengan mantap kukalungkan tanganku mendekap lehernya. Ia memeluk pinggangku lebih erat daripada yang tadi.
Kuremas kerah mantelnya, karena ini adalah kali pertamanya Luke memelukku. Badannya bergetar, kurasa.
"Ayo gue anter pulang," ajaknya. Ia mengambil koperku.
"Gue sama sodara gue, gapapa?" Tanyaku.
Dia menggeleng, lalu ia menggeret koperku ke tempat parkir mobilnya. "Mobil siapa Luke?"
"Uncle gue."
"Lu kenapa jemput gue dah?"
"Karena gue ga mau lo kenapa-napa di jalan, apalagi pagi gini kan dingin."
***
"Eh beneran lu di bandara di jemput Luke?" Vanila sedang menelponku. Katanya sedang jam istirahat dan dia melihat Luke yang sedang latihan futsal di lapangan. Teringat denganku, makanya dia menelponku.
"Iya anjir, udah gitu gue dipeluk. Dia bilang kangen sama gua, terus pokoknya dia mau ngajakin gue cuddle nanti abis pulang sekolah." Kataku
"Eh beneran?"
"Engga, yang terakhir boongan."
"Sempak!!!"
"Heheheheh, makanya nanti malem meetup." Aku dan Vanila saling bertukar cerita sampai Jack yang sedang makan sereal didepanku ingin muntah.
Setelah selesai bertelepon, aku berniat mengantar Jack ke Leeds. Jadi setelah ini, aku mengantarnya dengan transportasi umum.
"Lu balik ke leeds sekarang?" Jack mengangguk. "Ga besok aja?"
"Yakali, gue mau sekolah bege." Jack menarik kerah bajunya lalu ia betulkan ulang. "Yang jemput tadi, siapa?"
"Luke."
"Iya gue tau su, siapanya elu?" Tanya Jack.
"Guru tutor."
"Cakep, mukanya mirip temennya papa." Aku diam. Jack memang sering melantur. Jadi sudah biasa.
Setelah bersiap, kami langsung pergi ke stasiun untuk naik kereta cepat. Namun saat kubuka pintu depan, ada luke dengan sebucket bunga di genggamannya. "Uh, hai, Luke."
"Mau kemana tha?" Tanyanya.
"Nganter Jack ke Leeds, naik kereta." Jack datang dengan senyuman simpul dari bibirnya dibalas juga senyuman oleh Luke. "Lu ada kepentingan Luke?"
"Ada."
"Apa?"
"Gue ikut elu nganter ke Leeds."
Setelah percekcokanku dengan Luke yang menghabiskan waktu 20 menit, akhirnya Luke yang mengantar kami ke Leeds. Perjalaannya kami tempuh dengan mobil, sesuai kemauan Luke dan Jack.
Diperjalanan kami hanya berdiam-diaman tanpa ada perbincangan sedikitpun. Tak jarang Luke menghela nafasnya sampai bisa kudengar. "Luke,"
"Hmmm?"
"Cape?" Luke menggeleng. Jack sudah menyumpal telinganya dengan headset. Terlebih ia menyukai band-band yang kalau bernyanyi hanya berteriak saja dan menyakiti telinga. "Luke,"
"Hmmm?"
"Laper?" Luke mengenggeleng. Sebenarnya aku dilanda kebosanan maka dari itu aku mengajak Luke bicara.
"Tha," panggil Luke, "bosen?" Aku mengangguk.
Tangan Luke berjalan ke arah tape recorder, lalu ia menyalakan lagu(masih tetap tidak mengajakku bicara) karena saking bosannya, aku memandangi Luke agar ia tidak fokus ke jalan lalu mengajakku bicara.
1 menit.
3 menit.
5 menit.
Wah ga peka nih anak, batinku.
"Ga cape ngeliatin gue mulu?" Luke terkikik.
"Cape, makanya udahan." Kataku sarkas. Ia hanya tertawa. "Mending elu gantian ngeliatin gue."
"Udah."
"Ngeliat apa?"
"Calon." Aku mengernyitkan dahiku sambil menatapnya penuh tanda tanya, "pacar. Calon pacar."
"Siapa?" Tanyaku yang masih bingung.
"Nathan." Aku mendengus kecil. Luke melirikku dari ekor matanya, "mau aja diboongin." Katanya tiba-tiba.
To be continued...
Weh ngestuck:-(
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."