All i ask is
If this is my last night with you
Hold me like i'm more than just a friend
"Yeu haus." Aku langsung masuk ke pertokoan dekat jalan raya. Yang tentunya sangat kubutuhkan sekarang, kopi.
Katanya, kalo suasana hati lagi ga enak, beli kopi pait. Biar paitnya nambah dan pastinya si peminum akan mencari cara agar paitnya segera ilang. Nah itu yang harus dipelajari.
Cara menghilangkan suasana hati yang lagi ga enak.
Ngomong apaan sih..
"Mau dikasi nama siapa, kak?" Tanya barista itu.
"Atha hood. H-o-o-d ya bukan h-u-d." Ucapku. Barista itu mengangguk lalu pergi membuat kopiku. Aku menunggu di kursi yang sudah kulirik dari pertama aku masuk ke toko ini, yang sepertinya spot yang cocok untuk galau.
"Atha hood."
"Saya yang anter kopinya."
Aku langsung menoleh ke arah kasir tadi, dan melihat siapa yang membawa kopiku itu.
"Apa sih apa?" Ucapku pada orang itu.
"Gue harus ngapain lagi sih tha, biar lu ga marah ke gua." Dia menghela nafas.
"Ga marah ih, cuma kesel." Aku langsung meneguk kopiku yang sudah ku ambil dari tangannya, "Gue takut dijodohin beneran sama lu, Luke."
"Hah? Seriusan?" Tanyanya kaget.
"Tai."
"Yaudah ayok nikah." Ucapnya santai.
"Please deh Luke, lu kan punya pacar. Nanti lo kemanain Klarisa?" Luke menghela nafas. Klarisa itu adalah pacar Luke, sudah jalan 8 bulan katanya. Dan semenjak pertemuanku dengan Luke seminggu yang lalu itu saat Luke menyatakan perasaannya padaku, kami kembali 'berteman'.
"Kalo udah dijodohin ya mau gimana lagi?"
"Lo bahkan kenal gue ga sampe 8 bulan lho."
"Ga perlu lama-lama kenal kalo yang baru kenal aja bikin sayang." Ucap Luke.
"Bullshit lo."
"Tha, gue seriusan, gue sayang lo masih kaya dulu. Masih dan masih."
Aku hanya memutar mata, "kalo sayang mah ga jadian sama orang lain. Apalagi udah 8 bulan."
"Gue juga ga ngerti, gue juga sayang sama Klarisa." Aku meneguk cepat kopiku dan beberapa kali menghela nafas karena Luke daritadi asik dengan handphone-nya.
"Gue pulang." Kataku
"Ayo gue anter."
"Ga, gausah."
Dia langsung merangkulku dan sedikit menyeretku keluar toko. Ini semua gara-gara pernyataan Luke di balkon waktu itu, kalau ia tidak mengatakan hal itu tidak mungkin akan begini. Ini karena mama, papa, dad, dan aunty menyuruh kami pacaran. Dan jelas-jelas dad dan aunty tau jika anaknya mereka punya pacar.
Dan Luke iya-iya aja disuruh pacaran denganku. Tapi aku menolaknya. Bagaimana sih rasanya jika menjadi aku? Pacaran disuruh, bahkan dijodohin dengan orang yang notabene sudah punya pacar. Meskipun orang itu punya perasaan denganku tapi sama halnya jika ia juga punya perasaan dengan pacarnya itu. Seperti perusak kan?
"Ayo pacaran, biar mama gue ga ceramah mulu." Kata Luke saat sudah berhasil membawaku masuk kedalam mobilnya.
"Apaan sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."