22

1.4K 241 25
                                    

Aku bangun di pagi hari dengan tulang punggung yang rasanya mau copot. Entahlah perjalanan kemarin membuat semua badanku remuk.

Lalu aku berjalanan ke kamar mandi sekedar untuk membersihkan badanku dan mencari kesegaran. Tak lupa dengan memakai wewangian agar terlihat lebih segar.

Aku keluar kamar untuk mencari Jack, siapa tau ia membutuhkan bantuanku untuk menyiapkan sarapan. "Jack!" Seruku. Namun tidak ada jawaban, "Jackie!" Kuketuk kamarnya pun juga tidak ada jawaban. "Jackie chan!" Kupikir ia sedang diluar rumah.

Aku langsung cepat-cepat meng-sms-nya.

Me : lo dmn

Tak lama kemudian, dia membalasnya.

Jackie : gue lg beli makan. Gosa nyiapin apa apa y

Setelah mendapat balasan itu, aku langsung menuju dapur untuk menyeduh susu coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mendapat balasan itu, aku langsung menuju dapur untuk menyeduh susu coklat. Aku membawa kotak bubuk coklatku dari London. Mama yang mengingatkan.

Sebenarnya aku tidak dibolehkan main ke Leeds oleh papa, katanya disuruh langsung ke Sydney. Tapi aku menolak, aku malas untuk jauh-jauh London-Sydney. Lagipula, jika nanti aku ke Sydney akan sendirian karena Jack tidak bisa ikut. Dia masi harus mengumpulkan tugas-tugasnya meskipun sudah liburan musim panas.

Aku membawa gelas susuku ke ruang tamu. Kemudian menyalakan televisi, kupikir hari ini aku akan dirumah saja agar tidak sakit nantinya karena badanku kurang fit.

"Im home." Ucap Jack

Ia meletakkan bungkusan makanan dimeja depanku, dan dia duduk disebelahku. "Gue kira tadi lo belum bangun, yauda gue tinggal."

"Emang gue baru bangun, lo bawa apaan?" Aku membuka satu persatu bungkusan itu.

"Pancake, sama waffle untuk sarapan. Sisanya makanan ga jadi buat nanti siang." Aku langsung menuju dapur untuk ngambil sendok-garpu. Engga lupa ngambilin buat Jack juga.

"Jack." Panggilku, "gue masi galau."

Jack ngelirik kearah gue sebentar lalu tangannya ngelus puncak kepala gue. "Gue ngerti perasaan lu jing."

"Gue yang selalu ada buat dia dari dulu ga dapet apa-apa." Kataku, "emang gue-nya yang terlalu berharap lebih."

"Iya sih tha, lu terlalu percaya diri buat jadi pacarnya Luke." Aku langsung menangis dan memukuli lengan Jack. Dia tertawa sambil berusaha untuk tetap mengunyah makanannya, "engga jir engga."

"Lu ish bikin mood gue ancur aja."

"Makanya gausa sedih, masih banyak cowo didunia ini tha. Ga cuma Luke doang. Paling ujung-ujungnya lu dijodohin sama gue." Kulanjutkan lagi acara pukul-memukulku ke badan Jack. "Bercanda doang tha hahahaha."

***

Gelas starbucks bertuliskan 'Athalia' yang tinggal setengah itu aku buang. Karena aku bosan setengah mati untuk menunggu Jack pulang dari sekolahnya.

"Andai gue masih adem ayem sama Luke, ga bosen kaya gini gue." Pikirku.

Vanila sudah pulang ke Belanda, kemarin dia berangkat. Katanya selama di belanda dia akan merindukanku dan membawakanku oleh-oleh yang banyak. Kupikir aku harus lebih bahagia.

Aku memutuskan berjalan mengelilingi kota Leeds untuk menghilangkan rasa bosan. Meskipun rasanya aku merindukan naik London eye tapi tidak ku gubris.

Jackie : dmn lo
Jackie : gw uda dirumah

Me : starbucks
Me : ntr lg plg

Aku tersenyum kecut saat melihat pedagang yang berjualan boneka teddy raksasa. Yang ukurannya sama seperti milikku hanya saja beda warna. Aku jadi teringat akan Luke.

"Sefake-nya hubungan kita, tapi perasaan itu ga fake, tha. Perasaan buat ngelindungin lo itu ada."

"Bullshit." Aku tertawa miris mengingat hal yang ia ucapkan di funfair waktu itu. Miris memang. Aku hanya digunakan untuk percobaan apakah dia sudah sembuh atau tidak.

Lalu aku berputar arah untuk pulang. Tidak, aku tidak menggunakan taksi. Terlalu malas untuk menunggu taksi datang.

Tak lama kemudian, aku sudah sampai di apartemen Jack. Kulihat Jack sedang duduk di sofa dengan kaki yang ia letakkan di atas meja.

"Hai," sapanya.

"Kenapa lo?" Tanyaku saat melihat wajahnya yang muram.

"Gurunya anjir, tugas gue ga diterima cuma gara-gara salah tema. Disuruh buat ulang gue."

"Well, sekolah itu keras, bro." Aku menepuk bahunya sebagai tanda prihatin.

"Pengen kabur gue." Ucap Jack tiba-tiba. "Tinggal sama papa di Sydney emang pilihan terbaik."

"Elah lu minta uncle Ashton nyekolahin lu disini kan? Dasar abis dimuntahin dijilat lagi." Jack mendengus.

Aku berdiri ke dapur untuk mengambil minum, "gue abis summer ini graduate." Ucap Jack.

"Ga nanya." Kataku sewot

"Eh anjing." Dia mendengus lalu menatapku seperti ingin memangsa. "Awas lu pas ga ada gue disini, dianuin Luke lagi gue ada di Sydney."

"Tai lu."

Aku pun masuk ke kamar, tapi sebelum aku menutup pintu dia memanggilku, "Tha!"

"Apa?" Kataku.

"Nanti malem kita jalan ok?" Aku memutar mata lalu mengangguk.

Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur, aku lelah dengan semua ini. Lelah karena jalan kaki, lelah dengan apa yang aku pikirkan sekarang.

Luke.

Seperti trending topic di otakku sekarang ini. Meskipun aku tidak melihat langsung kejadian Luke menembak Noella, tapi saat Vanila menceritakannya padaku, rasa sakitku ada.

Tiba-tiba ponselku berdering, ada telpon dari Vanila.

"Halo?" Sapaku.

"Halo tha?"

"Iya kenapa Van?"

"Lo kapan balik ke London?"

"Baru juga nyampe, kenapa emang?"

"Kalo lu udah balik ke London, bilang ke gue. Okay?"

"Ada apaan sih emang?"

Tuut..tuut..

Aku mengernyitkan dahiku heran. Aku tidak mengerti apa yang dimaksud Vanila. Mungkin dia tertinggal sesuatu di apartemennya. Atau sesuatu telah terjadi?

Kuputuskan untuk menghubungi Emily, karena semenjak pertemuan kita di toko sushi waktu itu. Membuatku dan Vanila dekat dengannya, jadi kami bertiga seperti teman baru.

Nomor yang anda tuju tidak terdaftar cobalah periksa kembali nomor tujuan anda.

Dari situlah aku tahu, sesuatu telah terjadi pada Luke.



To be continued..

Weh dikit dulu y , nanti gue apdet secepatnya :)

Me And Hus-band 2 : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang