9

1.6K 240 26
                                    

Lukey : udah di depan

Aku segera memasang sepatuku dan berlari ke lobby apartemenku. Disana Luke duduk dengan memangku bucket bunga dan kunci mobil yang ia putar di telunjuk kirinya. Yakali dah dia ngasi bunga ke Nath

"Hi, sorry lama." Kataku begitu sampai dihadapannya dia.

"Uh gapapa, ini bunga buat lo. Sebagai ucapan makasi." Woi luke ngasi gue bunga!!!

Aku menerima bunga itu, kalau saja aku sedang tidak ada didepannya pastinya aku sudah loncat kegirangan. "Thanks,"

"Yaudah ayo berangkat." Aku membuntutinya yang berjalan ke luar apartemen. Mencoba menata suasana hatiku agar tidak terlalu terlihat tegang dan over senang.

"Ngumpul dimana katanya?" Tanya luke.

"langsung ke St. Maria, lo tau kan jalannya?" Luke mengangguk. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Bucket bunga yang Luke kasi, masih ada di pangkuanku.

Aku mencium aroma dari bunga-bunga itu, wangi, pikirku. "Tha, lain kali, jalan sama gue yuk." Kata luke yang berhasil membuat lututku lemas.

"Ini kan udah jalan,"

Ia menatapku sinis, "maksudnya lain kali, dan ga rame-rame gini."

"Emang mau kemana?"

"Wherever we want," aku ingin rasanya berteriak, namun kuurungkan.

***

"Gausa nervous, selo." Kataku menepuk pundaknya. Ia memang sangat terlihat kalau gugup. Ketemu Nath aja gugup, sama gue biasa aja kali ya. "Bukannya lo temenan juga sama Nath?"

"Iyasih, tapi kan hari ini tuh beda. Kita jalan bareng." Aku terkikik, ia memang najis tapi membuat perutku geli, "kenapa ketawa coba?"

"Lo lucu tuh, cinta banget sama Nath." Ia menoyor kepalaku, namun aku tetaplah tertawa.

"Udah ayok masuk." Lagi-lagi ia menggandeng tanganku dan berjalan menyusuri St. Maria untuk menuju toko bukunya.

"Atha luke!!" Teriak seseorang yang membuat kami menoleh. Ternyata itu mereka, ada Kristin, Nath, Vanila, dan Kak Aaron. Kenapa mirip triple date gini sih?

Kami langsung menghampiri mereka, "sorry ya telat, nih atha kaya siput." Kata Luke.

"Sialan," aku mendengus.

"Udah ayok langsung ke timezone." Ajak Kristin tak sabar. Kami langsung mengikutinya, tiba-tiba saja Luke menggenggan tanganku.

"Anjir tangan lo dingin banget, ini juga keringetan. Anjir lo malu-maluin gue banget," kataku sambil tertawa.

"Dih degdegan gue." Ia menyeka keringat di pelipisnya.

"Selow selow, lo kalo kaya gini, keliatan banget nervous." Kataku

Luke menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Ia melakukan hal tersebut berulang kali untuk mengatasi ke-nervousannya.

"Ini mainnya langsung berenam atau berdua-dua aja?" Tanya Nath. Yang lainnya langsung mengatakan berdua saja jika nanti mau photobooth baru berenam, begitulah kesepakatannya.

Aku pun sudah tau jika Luke tidak akan bersamaku, toh dia ikut karena Nath, bukan karenaku. Jadi aku terpaksa dengan Vanila, "Oh yaudah kalo gitu gue bareng sama--,"

"Gue," potong Luke, ia langsung merangkulku dan membuat mata Vanila membelalak.

"Gue sama Vanila aja, Luke, lo sama siapa gitu kek." Sebenarnya aku tidak tega mengatakan itu, tapi kan tujuan Luke ikut karena Nath.

Me And Hus-band 2 : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang