[Irene POV]
Aku hampir saja menyesali keputusan yang kubuat. Aku sangat tertekan saat mendengar kabar dari Shin seonsangnim kalau berkas penting yang ia percayakan padaku hilang. Padahal aku sangat yakin aku telah menaruhnya di tempat yang tepat. Shin seonsangnim bisa saja dipecat karena aku. Aku mendengar kabar ini di waktu yang salah, yaitu ketika aku sebentar lagi akan tampil.
Aku takut sekali jika aku mengacaukan acara, jadi aku memutuskan untuk pulang. Kupikir, ketidakhadiranku tidak akan mengubah apapun. Tapi ternyata aku salah. Satu orang tidak hadir saja dapat mempengaruhi semuanya, seharusnya aku sadar hal itu lebih awal.
Telepon dari Sehun tadi menyadarkanku. Eomma memberitahukanku jika Sehun menelponnya, dan berkata bahwa acara sedang ditunda karena diriku. Aku akan semakin menyesal jika karena diriku, acara yang telah kami siapkan dalam waktu yang lama itu gagal. Jadi aku memutuskan untuk kembali dan aku bersyukur untuk hal itu.
Acara kami bisa dibilang sukses. Walaupun sempat ditunda karena diriku. Kami menerima banyak pujian dari berbagai pihak karena menggunakan konsep yang berbeda dari sebelumnya. Tidak bisa kubayangkan jika aku tidak kembali kesini. Aku akan menyesalinya seumur hidupku.
Bisa kubilang, hari ini Sehun menyelamatkan hidupku. Aku berterimakasih padanya untuk hal itu.
Setelah acara selesai, aku hanya mengambil beberapa gambar dengan teman-teman yang lain lalu memutuskan untuk pulang. Aku tidak bisa berlama-lama karena harus memikirkan bagaimana aku bisa membantu Shin seonsangnim. Aku tidak ingin ia dipecat karena ulahku.
Aku menangis begitu aku masuk ke kamarku. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi karena diriku.
Aku mematikan lampu kamar dan merebahkan badanku membelakangi pintu kamar. Baru saja aku ingin menutup mata tapi ada yang mengetuk pintu kamarku.
"Irene?"
Oh tidak, itu pasti Kyungsoo. Aku sangat yakin itu suaranya. Jika benar itu dia, maka dalam hitungan detik ia akan langsung masuk. Untuk apa ia disini? Aku tidak ingin melihatnya disini. Aku akan pura-pura tidur saja.
"Irene-ya, gwenchanha?" tanya Kyungsoo khawatir seraya memegang punggungku.
"Kau berkeringat dingin, Irene. Wae geurae? Apa yang terjadi?"
Benarkah? Aku bahkan tidak sadar jika aku berkeringat.
"Kau harus mengganti pakaianmu, kalau tidak kau akan sakit," pinta Kyungsoo.
Aku tetap tak bergeming.
"Kau juga harus makan malam, atau kau akan sakit."
"Kau harus bangun."
"Aku akan pulang dan tidak akan mengganggumu lagi kalau kau bangun, mengganti pakaianmu dan makan malam."
Aku tetap menutup mataku erat.
Aku bisa merasakan tangan Kyungsoo yang membelai puncak kepalaku dengan lembut. Sudah lama sekali aku tidak merasakannya. Ini mengingatkanku akan kita yang dulu.
Dapat kurasakan jika sekarang Kyungsoo sedang duduk di pinggir tempat tidurku.
"Aku sangat khawatir padamu, Irene. Bagaimana bisa aku merelakanmu jika kau selalu membuatku khawatir seperti ini?"
Lebih baik kau pergi saja, aku tidak ingin mendengarnya dalam keadaan diriku yang kalut seperti ini.
Anehnya, aku tidak merasakan lagi debaran itu. Debaran yang selalu muncul ketika aku berdekatan dengannya. Apakah akhirnya aku sudah berdamai dengan perasaanku?
"Sehun menyukaimu. Aku tau dia orang yang pantas. Aku yakin dia bisa membuatmu bahagia, karena dia adalah teman baikku."
Aku tidak butuh kalimat ini. Aku ingin sendirian sekarang. Kepalaku tiba-tiba pusing.
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri, Kyungsoo-ya?" Aku membalikkan badan menghadap Kyungsoo.
Tanpa kusadari, aku mengeluarkan suaraku yang kusembunyikan sejak dua hari yang lalu.
Ia menghembuskan napasnya pelan. "Baiklah, aku akan pulang. Tapi berjanjilah kau akan mengganti pakaianmu dan makan malam."
Aku mengangguk, "Yaksok."
Kyungsoo bangkit. "Baiklah, aku akan pergi. Jangan menangis lagi, eoh?"
Aku menangguk lagi.
"Oh ya, tadi Sehun berniat kesini untuk melihat keadaanmu, tapi ia dipanggil ayahnya untuk makan malam perusahaan yang sangat penting," kata Kyungsoo.
Sehun berniat kesini untuk melihat keadaanku? Aku senang mendengarnya, berarti ia mengkhawatirkanku. Tapi aku belum yakin akan perasaanku padanya.
"Aku pergi dulu, jangan lupa makan malam." Kyungsoo pamit begitu saja.
Apakah dia tidak menyadari kalau baru saja aku berbicara dengannya?
Aku melihat tangannya sudah memegang gagang pintu, namun ia tidak menggerakannya ke bawah untuk membuka pintu itu. Seketika Kyungsoo terdiam di tempatnya dan tidak berkutik. Perlahan ia menoleh ke belakang dan menatapku yang masih melihat kearahnya.
Matanya membulat. "Apa aku baru saja mendengar kau berbicara?"
Ternyata dia baru sadar.
Dengan cepat ia sudah berada di depan ranjangku lagi. "Irene-ya! Kau.. Suaramu.. Kau bisa berbicara lagi!" pekik Kyungsoo terharu.
Aku memperbaiki posisiku menjadi duduk. "Aku sudah berjanji padamu tadi. Sekarang berjanjilah padaku, jangan bilang ke siapapun kalau aku bisa berbicara lagi, ya?"
Kyungsoo mengernyitkan dahi. "Tapi kenapa? Bukankah itu bagus kau bisa berbicara lagi? Itu berarti kau bisa kembali bernyanyi!"
Aku menggeleng. "Aniyo, aku belum bisa. Suaraku belum pulih sempurna."
"Sejak kapan.. Suaramu?"
"Sejak 2 hari yang lalu saat aku hampir jatuh dari tangga dan sontak menjerit. Aku terkejut mendengar suaraku sendiri. Dulu aku selalu mencoba berbicara, siapa tahu ada keajaiban akan datang padaku. Tapi lama kelamaan aku menyerah, dan inilah yang terjadi."
"Siapa lagi yang mengetahui hal ini?"
"Hanya kau." jawabku singkat. "Tadi aku tak sengaja berbicara padamu karena aku benar-benar ingin sendiri. Dan waktu itu saat aku hampir terjatuh, tidak ada yang mendengar suaraku."
Kyungsoo mengangguk lesu. "Baiklah, aku janji tidak akan bilang pada siapapun kalau itu lebih baik. Tapi kau harus janji, saat aku pergi, kau harus makan dan mengganti bajumu."
Aku mengangguk patuh.
Setelah itu, Kyungsoo benar-benar pamit pulang. Aku yakin ada banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan padaku, tapi diurungkan olehnya.
Keajaiban. Bersabarlah dan hal itu akan datang padamu.
Keajaiban akan datang pada orang yang akan selalu bersabar. Dan itulah yang sedang terjadi pada diriku.
Saat mendengar suaraku sendiri, rasanya bahagia bukan main. Aku sangat terharu dan tidak bisa berhenti menangis hingga mataku bengkak keesokan harinya. Aku sangat ingin memberitahukan kabar bahagia ini kepada eomma, tapi aku tidak bisa. Hari ini, ketika aku mengatakannya pada Kyungsoo, itu karena terpaksa. Aku benar-benar butuh waktu sendiri dan ingin Kyungsoo lekas pergi dari sana.
Kuharap suaraku akan kembali seperti semula.
****
[EDITED]