19 : Titik Cerah

1.4K 147 18
                                    

[Author POV]

Hembusan angin malam disekitar halte bus sesekali menerpa rambut coklat panjangnya. Tubuhnya sedikit menggigil. Tangannya merengkuh tubuhnya yang kedinginan. Seorang yeoja masih dengan seragam menunggu sendirian di hari yang sudah gelap. Entah menunggu apa. Menatap kosong kearah jalanan.

Siulan dan tatapan dari beberapa namja yang lewat tidak mengusik dirinya. Ia tetap diam saja tanpa menanggapi tatapan-tatapan nakal dari mereka.

"Hey, pakailah jaket ini dan tutupi rok-mu." Seorang yeoja yang berpenampilan bak seorang model namun menutupi wajahnya dengan masker hitam, yang juga berada di halte bus, menyodorkan sebuah jaket pada Irene.

Irene menoleh padanya, kemudian menggelengkan kepalanya lantas kembali lagi menatap jalanan.

"Yaa! Kau tidak lihat para namja menatap pahamu sedari tadi? Lekaslah ambil jaket ini dan pakai!" Seru yeoja itu kesal lalu menaruh jaket itu disamping Irene. Ia pun bangkit dan hendak menaiki bus yang baru saja berhenti di halte itu. "Aku harus segera pergi. Pakailah jika kau ingin pulang dengan selamat," ucapnya lalu beranjak memasuki bus.

Irene menatap jaket itu, lalu mengalihkan pandangannya pada bus yang perlahan menjauh. Kemudian matanya menangkap dua orang namja yang berdiri menunggu bus menatap kearah rok-nya. Benar saja yang dikatakan yeoja tadi. Tapi Irene baru menyadarinya. Beruntung mereka tidak mengganggunya.

Diambilnya benda persegi panjang di saku bajunya, sebuah ponsel. Mengetikkan sesuatu lalu mengirimnya pada nomor tujuan. Sepuluh menit kemudian sebuah mobil sedan berwarna hitam muncul di depan halte bus. Seseorang keluar dan menghampirinya.

"Astaga! Irene-ssi, kau kemana saja? Nyonya sangat khawatir menelponku, nona hilang begitu saja dari akademi musik. Apa nona baik-baik saja?"

Ahjussi yang merupakan supir Irene itu bertanya cemas. Bagimana tidak? Irene meminta untuk mengantarnya ke akademi musik yang berada di Busan. Lantas sudah larut malam namun belum keluar dari gedung dan ternyata malah menghilang.

Irene mengambil jaket pemberian yeoja tadi, bangkit, lalu menatap Ahjussi itu sebentar dan menangguk. Kemudian melangkahkan kakinya ke dalam mobil sedan yang sudah terparkir di depan. Ahjussi itu pun mengikutinya masuk.

Selama perjalanan kembali ke Seoul, ia hanya diam saja. Meskipun sesekali Ahjussi mengajaknya bicara, ia tidak menanggapi. Perjalanan yang lebih dari satu jam itu membuatnya memikirkan banyak hal, terutama yang terjadi di sekolah. Ia tidak mengerti mengapa selalu mengalami hal-hal seperti itu. Seakan-akan kebahagiaan tidak pantas untuknya. Seakan-akan ialah penyebab semua masalah.

Sempat terbesit di pikirannya untuk lari dari rumah sementara. Namun ia mengurungkan niatnya. Menyesal. Seharusnya ia tetap di Seoul dan tidak lari dari sekolah, dan meminta maaf pada Shin seonsangnim atas segalanya. Tapi, ia malah lari dari masalah. Hal yang seharusnya tidak dilakukan dirinya.

"Irene-ssi, apa kau ingin singgah untuk membeli makanan? Sepertinya kau belum makan sejak pagi." Ahjussi berbicara. Irene diam saja. Ahjussi itu pun mengerti apa maksudnya, ia tidak ingin diganggu untuk saat ini.

Pandangannya mengarah ke jalanan malam yang ramai. Ponsel yang sedang ia pegang bergetar, sebuah nama muncul di layar ponselnya. Sedari tadi orang itu menelpon, sudah sekitar 100 panggilan. Percaya tidak? Tapi itu benar. Irene tidak mengangkatnya. Bahkan, panggilan dari eomma pun tidak diangkat.

Ada satu nama yang ia tunggu-tunggu untuk muncul di layar ponselnya, sekedar bertanya bagaimana keadaannya. Apakah ia baik-baik saja atau tidak. Sebuah nama yang sudah sangat jarang menelponnya. Tapi nama itu tak kunjung muncul. Padahal, ia sangat berharap orang itu akan menelpon atau setidaknya mengiriminya pesan. Dengan begitu, ia akan merasa lebih baik.

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang