22 : Kepergiannya & Surat dari Appa

1.4K 140 19
                                    

[Don't be silent reader ^^]


Ada yang ingin kukatakan pada kalian. Bisakah kita bertemu di atap sekolah?

Irene mengirim pesan pada Hana dan Sun Hee. Kedua yeoja itu yang sedang duduk berdampingan, saling menatap. Bingung mengapa Irene tiba-tiba memanggil mereka dan kenapa tidak menemui mereka di kelas saja.

Setelah menerima pesan itu, Hana dan Sun Hee segera menuju tempat yang dikatakan Irene, atap sekolah.

"Irene-ya, waeyo?" tanya Hana. Mereka menghampirinya di atap sekolah, sedang memandang siswa-siswi dibawah yang berlalu-lalang.

Irene menoleh. Menarik napas panjang lalu menghembuskannya. "Sebelumnya maafkan aku karena tidak memberitahu kalian secepatnya. Suaraku kembali, aku sangat senang. Aku tahu kalian mungkin marah karena aku baru memberitahu. Mianhae. Jeongmal mianhae." Irene menjelaskan dalam satu tarikan napas. Tidak berani menatap kedua sahabat di depannya.

Hana dan Sun Hee membeku seketika. Selama satu menit tidak menanggapi. Sementara Irene masih menunduk, menatap ke bawah.

Irene terkejut. Tiba-tiba ia merasakan dipeluk. Hana dan Sun Hee memeluknya erat. Perlahan ia menatap mereka. Tidak tahu mengapa mereka memeluknya.

"Irene-ya, apa yang kau katakan, eoh? Tidak mungkin kami marah padamu." Sun Hee berkata. Lebih mengeratkan pelukannya pada Irene.

"Aku sangat senang, Irene-ya!" Hana berteriak. Sedikit mengagetkan Irene.

Perlahan air matanya menetes. Tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. "Gomawoyo, Sun Hee-ya, Hana-ya."

Setelah saling berpelukan di atap sekolah cukup lama, kini mereka kembali ke kelas. Walaupun kelas sedang kosong, semua murid makan siang, tapi mereka bertiga tetap berdiam di kelas Irene.

"Ku dengar-dengar, katanya Han So melakukan pelanggaran dan akan ada pertemuan kepala sekolah dengan orangtuanya," ucap Hana yang kini sedang duduk berhadapan dengan Irene dan Sun Hee.

Rapat bukan hanya dilakukan oleh kepala sekolah. Dewan guru juga ikut sehingga kelas sekarang kosong.

"Ne, ada pengungumannya yang ditempel di dinding. Aku melihatnya tadi," balas Sun Hee. "Hm, pelanggaran apa yang dia lakukan? Bisa saja dia di skors atau yang terburuk adalah dikeluarkan."

"Sebaiknya dia dikeluarkan, agar Irene bisa hidup dengan tenang tanpa dia yang mengganggu." Hana menimpali.

"Aku kasihan padanya."

Tiga kata yang keluar dari mulut Irene berhasil membuat Hana dan Sun Hee menganga.

"Dia tidak perlu dikasihani, dia sangat jahat padamu." Hana mendengus.

Sun Hee mengangguk, setuju dengan Hana. "Dia pantas mendapat hukuman. Anggap saja itu hukuman karena semua perbuatan jahatnya padamu," ucap Sun Hee.

"Karena aku, appa-nya melarang dia bernyanyi. Dan mungkin karena aku juga, dia harus berangkat ke Amerika belajar bisnis dan mengubur semua mimpinya." Irene mengatakan hal yang tidak dimengerti oleh kedua sahabatnya.

"Maksudmu?" tanya Hana dan Sun Hee bersamaan.

"Dari awal appa-nya sudah melarang dia bernyanyi. Katanya, penyanyi tidak memiliki masa depan. Appa-nya ingin dia belajar bisnis di Amerika agar bisa meneruskan perusahaannya. Tapi, dia berjanji pada appa-nya, jika dia bisa mendapatkan juara pertama dalam kompetisi, maka appa-nya akan mengizinkan." Irene menghela napas. "Dan yang terjadi adalah aku selalu juara satu. Hingga yang terjadi adalah... kalian pasti tahu."

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang