32 : Penguntit?

974 103 8
                                    



            Tahu tidak? Setelah Baekhyun menceritakan padaku mengenai namja bernama Choi Minho, dia datang menghampiriku saat jam istirahat. Aku menunggu sedang di kantin bersama Irene untuk makan siang, tiba-tiba saja orang tidak diundang itu datang menghampiri kami di meja makan.

"Annyeong, Sehun-ssi. Bolehkah aku duduk disini?" Dia meminta izin dengan sopan, tangannya membawa nampan berisi makan siangnya. Aku menoleh kearah Irene, dan dia memberi isyarat agar mempersilahkannya. Terpaksa aku izinkan.

"Maaf jika aku mengganggu waktu makan siang kalian, tapi kantin sudah penuh." Choi Minho itu berkata sungkan.

Yang benar saja, kalau dia memang benar sudah tahun ketiga bersekolah disini, dia pasti sangat tahu bagaimana keadaan kantin saat istirahat makan siang. Ramai. Jika terlambat sedikit saja, pasti tidak akan mendapat tempat duduk. Kebanyakan murid disini sudah memiliki tempat duduk mereka masing-masing, selalu sama tiap hari. Sialnya, aku melupakan fakta bahwa Choi Minho mengalami penyakit antisosial yang sudah sembuh.

"Tidak apa-apa, lagipula tidak ada yang duduk disini." Irene memberikan senyuman manisnya pada Choi Minho itu.

Aku memutar kedua bola mata kesal. Mengganggu saja.

"Aku ingin tahu, apa kau benar Bae Irene yang terkenal itu?" tanya Choi Minho.

Yang benar saja, dasar pembual. Dia kan telah menyukai Irene dalam waktu yang lama, pakai pura-pura tidak tahu saja. Aku tidak akan pernah berpikir kalau namja sepertinya itu adalah seseorang yang pernah menjadi antisosial. Karena dari tingkahnya, dia kelihatan percaya diri sekali.

"Itu sudah berlalu." Irene tersenyum pedih. "Omong-omong, siapa namamu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu."

Persis seperti aku saat pertama kali bertemu dengannya. Tidak kenal.

Choi Minho melepaskan sumpitnya yang sebelumnya ia pegang dengan tangan kanannya, lalu menyodorkan tangannya kepada Irene. "Naneun, Choi Minho imnida." Sebelum Irene bersalaman dengannya, aku segera menghentikannya.

"Chagi-ya, apa kau melihat Baekhyun? Dia berjanji padaku untuk menceritakan sesuatu saat jam makan siang." Bohong. Baekhyun tidak janjian denganku untuk bertemu di kantin saat jam makan siang, tapi di rumahku nanti. Tidak mungkin kami membicarakan perihal Choi Minho itu di depan Irene, apalagi tempat ini ramai. Ooh, dan aku sengaja memanggil Irene dengan sebutan sayang dengan suara yang lantang agar dia melupakan Choi Minho yang akan berkenalan dengannya dan memarahiku.

Benar 'kan, yeoja-ku tidak jadi berjabat tangan dengannya. Dia malah memandangiku dengan wajahnya yang cemberut, kemudian beralih memandang orang-orang lain yang memperhatikan kami karena teriakan sayangku tadi. Mereka senyum-senyum sambil berbisik-bisik menatap kami. Aku benar-benar merasa seperti idol sekarang.

"Sehun-ah, aku sangat maluuu.. Jangan memanggilku seperti itu." Irene mendekatkan bibirnya pada telingaku dan berbisik. Dia tidak sadar, itu malah membuat orang-orang disekitar terus menatap kami.

"Kenapa chagi? Ohh, kau ingin nonton film sehabis pulang sekolah? Baiklah..." Maafkan aku, Irene. tapi aku harus melakukan ini agar Choi Minho itu SADAR DIRI.

Irene mencubit pelan lenganku. Aku meringis. Tidak terpikirkan kalau dia akan mencubitku.

Ucapan Baekhyun tadi tiba-tiba terlintas di benakku. Dia bilang Choi Minho ini sering melukai dirinya sendiri atau yang biasa disebut Self Injury. Kalau itu benar, aku ingin mencari buktinya. Aku memperhatikan tubuh Choi Minho dengan seksama, mulai dari puncak kepalanya, leher, hingga lengannya. Tidak ada tanda-tanda dia melukai dirinya sendiri kecuali... di kedua pergelangan tangannya ia memakai handband. Apakah dia mencoba menutupi luka-nya dengan itu? Tapi jika itu benar, dia memang tidak kentara sama sekali, karena memakai handband di pergelangan tangan adalah hal yang wajar.

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang