26 : Saranghae

1.2K 127 2
                                    

Suara ketukan pintu yang berulang-ulang membuat Sehun terbangun dari tidur nyenyaknya. Hari ini Sehun benar-benar malas hanya untuk sekedar bangkit dari tempat tidur. Mungkin Sehun akan izin saja hari ini. Sehun memandang pintu kamarnya sekilas, kemudian menutup dirinya dengan selimut.

Tapi, suara ketukan itu terus terdengar. Sehun merasa sangat terganggu. Sehun tetap tidak peduli, ia mengambil bantal dan menutup telinganya. Berhasil. sekarang Sehun tidak dapat mendengar apapun.

Namun ketika seseorang menyentuh pundaknya, Sehun segera terlonjak dari tempat tidurnya. "Astaga! Kau mengagetkanku!"

Namun, saat ia mendapati seorang yeoja berambut hitam panjang dan berponi itu sudah berada di depannya, Sehun mendadak kesal.

"Ada apa kau kesini?" tanya Sehun ketus.

"K-kau tidak sekolah?" tanya Harumi pelan, takut kalau Sehun marah karena ia tiba-tiba masuk.

"Aku akan sekolah atau tidak, itu bukan urusanmu. Dan, jangan sembarangan masuk ke kamar orang tanpa izin. Kau mengerti?" tanya Sehun meyakinkan.

Sejujurnya Harumi jadi takut dengan sikap Sehun yang terkesan sangat dingin padanya. Apakah Sehun memang seperti ini? Ataukah.. karena dirinya? Setahu Harumi, Sehun namja yang baik jika mendengar cerita dari Min Hwa.

"Mianhae, aku lancang masuk ke kamarmu. Aku pergi dulu, dan jangan lupa turun untuk sarapan." Harumi mengatakannya dengan menunduk, takut untuk sekedar menatap mata Sehun yang seperti ingin menelannya hidup-hidup.

Saat Harumi telah keluar dari kamarnya, Sehun dilandai rasa bersalah. Ia tidak pernah membentak seorang yeoja seperti itu selama ia hidup. Ini yang pertama kalinya. Sudah pasti, Harumi akan berpikir Sehun namja yang buruk. Tapi Sehun tidak peduli. Salahnya sendiri karena langsung masuk ke kamar orang.

Sehun teringat akan perkataan Irene.

"Kau harus belajar merelakan, Sehun. Kau pasti belum rela akan kepergiannya. Itu membuatmu terus dihantui rasa bersalah. Kemiripan mereka bukan salahnya," ujar Irene. Yang dikatakannya, persis seperti yang Kai ucapkan. Belajar merelakan.

Kemiripan mereka bukan salahnya.

****

Sehun mendesah pelan. Hari ini dirinya harus latihan menari terus menerus. Memang sudah biasa, tapi kali ini harus lebih giat dari biasanya. Kata Lay, mereka akan di tes satu persatu untuk menentukan siapa yang akan maju di perlombaan dance di Thailand nanti. Meskipun Sehun dan teman baiknya Kai kemampuannya sudah terbukti, tetap saja tes seperti ini harus dilakukan. Agar adil dan murid lain juga diberi kesempatan mengikuti lomba untuk mengharumkan nama sekolah.

"Sehun-ah, menurutmu siapa yang akan terpilih?" Kai bertanya tiba-tiba, seraya menyeka peluh di dahinya dengan handuk putih kecil. Sekarang saatnya break latihan. Ia duduk di lantai seraya meluruskan kedua kakinya.

Sehun mengangkat bahu. "Molla. Aku juga tidak begitu peduli siapa yang akan terpilih," jawab Sehun santai. Ia berjalan mengambil sebuah botol mineral yang ia taruh di pojok ruangan. Kemudian kembali dan ikut duduk disamping Kai.

"Begitu enaknya jadi dirimu, tidak perlu pusing memikirkan masalah seperti ini," ujar Kai.

"Bukankah kita berdua yang paling sering mewakili sekolah di ajang nasional maupun internasional? Nah, sekarang kesempatan untuk yang lain," balas Sehun. Memang benar, dan bagi Sehun, orang lain juga harus diberi kesempatan seperti dirinya. Bisa dikatakan, Sehun sudah bosan. Ia rasa dirinya juga butuh istirahat. Apalagi sekarang dengan adanya kehadiran Irene sebagai orang penting dalam hidupnya. Sehun rasa, ia tidak ingin jauh-jauh dari Irene meskipun hanya sebentar. Apa Sehun berlebihan?

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang