35 : Dinner Date

1K 101 17
                                    

Yaasss finally i'm back with a new chapter! Are you happy? Because i'm happy!!

Anyway, thankyou so much for 32Kreads! Nggak bisa berhenti ucapin terimakasih untuk kalian! Love you guys! Semoga kalian suka chapter ini. Enjoy! XOXO

*****

                          

                                  Hari ini Sehun hampir bangun kesiangan. Karena ia pulang dari rumah Suho sudah larut malam, tanpa membersihkan dirinya terlebih dulu atau mengganti pakaiannya, ia langsung terlelap di kasur empuknya. Sampai pagi ini pun ia terbangun, ia lupa kalau ia belum mengabari Irene. Biasanya, setiap kali akan pergi tidur, Sehun pasti akan menelpon Irene atau hanya sekedar mengirimnya pesan singkat. Apapun itu yang penting mengabari yeojachingu-nya.

Sepulang dari rumah Suho kemarin, Sehun memikirkan kembali semua ucapan Suho tentang Choi Minho. Orang itu dengan gangguan kejiwaannya yang 'katanya' sudah sembuh. Antisosial dan self injury. Apakah dia memang seberbahaya cerita yang Sehun dengar dari Suho? Kalau dia memang sudah sembuh dari penyakitnya, berarti dia tidak seberbahaya dulu. Tetap saja, Sehun harus hati-hati dengannya dan tetap mengawasi Irene. Juga melindunginya kalau saja tiba-tiba dia nekat berbuat sesuatu yang berbahaya.

Sehun bangkit dari kasur empuknya lalu beranjak ke kamar mandi.

Dengan handuk putih yang melilit di pinggangnya, Sehun mengambil ponsel miliknya dari atas nakas, lalu menghubungi Irene.

"Yeoboseyo? Irene-ya, apakah kau sudah di perjalanan menuju sekolah?" tanya Sehun.

"Aniyo, Sehun-ah. Aku baru selesai bersiap-siap. Gwenchanhayo? Tadi malam kau tidak memberi kabar, aku khawatir."

Sehun tersenyum mendengarnya. Irene khawatir.

"Aku baik-baik saja. Tadi malam aku pergi ke rumah Suho dan pulang sudah larut. Mianhae, aku lupa memberimu kabar."

"Gwenchanha... Apa kau akan menjemputku dirumah?"

"Ne, tunggu aku.. Aku sedang memakai pakaianku sekarang, nanti kutelpon lagi saat aku sampai di rumahmu.

Setelah lengkap memakai seragam, mengambil tas punggungnya, ia menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Tidak ingin terlambat menjemput Irene. Memasuki mobilnya, lalu mulai mengendara di jalan raya.

"Aku sudah di depan rumahmu," ucap Sehun diseberang telepon.

Semenit kemudian, Irene keluar dari rumahnya dengan senyum sumringah.

Melihat senyum itu, Sehun ikut tersenyum. "Wae geurae? Senyummu menunjukkan sesuatu yang menyenangkan terjadi, hm?"

"Tidak apa-apa.." Irene menyengir. "Kajja, Sehun-ah! Kita akan terlambat." Sebelum Sehun berkata apa-apa, Irene telah duduk di kursi penumpang.

"Aku tahu kenapa kau tersenyum tadi," ucap Sehun tiba-tiba. Matanya menatap lurus ke jalanan.

"Kenapa?"

"Kau senang melihatku. Jujur saja, chagi-ya."

Ups, pipi Irene seketika bersemu merah hanya mendengar satu kata itu. 'Chagi-ya'.

"Aku juga tau, sekarang pipimu semerah kepiting yang direbus." Sehun mengatakan itu tanpa melihat wajah Irene, karena dia tau hal itu pasti terjadi. Mengingat Irene selalu blushing ketika Sehun menggoda atau memujinya.

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang