36 : Menelusuri Minho

584 69 11
                                    

          

         Rasa kantuk luar biasa yang dirasakan Irene menghilang begitu saja ketika mengingat ia belum mengatur buku-buku yang akan ia bawa ke sekolah besok. Dengan malas bangkit dari kasur empuknya, berjalan menuju meja belajarnya yang baru saja ia tata ulang, dipindahkan tepat di dekat jendela yang memperlihatkan langsung halaman rumahnya, taman, pagar, jalan depan rumah, dan rumah tetangga, tentunya.

Merasa bosan dan butuh perubahan yang lebih fresh, maka ia merubah tataan kamarnya. Lokasi tempat tidurnya dan meja belajar. Dari meja belajarnya, ia juga bisa melihat Sehun yang kadangkala muncul tiba-tiba di pagar rumahnya.

Irene tahu bahwa Sehun pasti sudah pulang dan mobilnya pasti sudah tidak ada di depan rumah, tapi ia menyibakkan tirai jendela hanya untuk sekedar melihat halaman rumahnya.

Yeoja itu memandang halaman rumahnya. Tanaman-tanaman yang tertata rapi karena selalu dirawat dan disiram tiap hari, ada pohon-pohon pendek yang baru ditanam, rerumputan hijau yang memenuhi seluruh taman, kolam sedang berisi ikan-ikan hias, juga ada jalan setapak yang terbuat dari batu-batu kecil berwarna putih yang tersusun acak menampilkan kesan indah sekaligus unik.

Oh ya, di sudut taman, dekat kolam ikan, ada ayunan yang terbuat dari kayu. Ayunan itu sederhana, ada penutup diatasnya, untuk menghindari hujan dan panas, ditambah dengan kasur empuk, dan sebuah bantal berukuran besar. Tempat ini cocok dipakai untuk belajar atau sekedar membaca novel dan minum secangkir teh di sore hari.

Irene mengalihkan pandangan, kini ke jalanan depan rumah. Ada beberapa mobil yang diparkir di pinggir jalan, ada dua orang berjalan dan saling bergandeng tangan, lalu ada.... Tunggu. Apa itu? Ia menangkap sosok yang bergerak di dekat mobil yang diparkir beberapa langkah dari pagar rumahnya, sangat dekat hingga ia bisa melihat dengan jelas.

Semakin ia perhatikan dengan seksama, itu sepertinya... seseorang. Memakai topi, masker, jaket, hingga celana berwarna hitam. Pokoknya serba hitam. Gerak-geriknya mencurigakan. Lantas Irene menutup kembali tirai jendelanya, jantungnya berpacu cepat. Dirinya merasa harus memperhatikan orang itu kembali, mencari tau apa yang dilakukannya. Mungkin saja Irene keliru.

Perlahan ia membuka tirai jendelanya, hanya sedikit agar tidak kelihatan. Matanya menyipit, memperhatikan dengan seksama.

Napasnya tercekat, kepala orang itu ternyata sedari tadi menghadap tepat ke rumahnya, ia tidak menyadari itu. Ia bahkan tidak bisa melihat mata orang itu memperhatikan apa sebenarnya. Kembali, ia menutup tirai jendelanya, memilih untuk kembali tidur setelah merapikan buku-bukunya yang akan dibawa.

"Aku mencurigai orang itu. Sebenarnya apa yang ia lakukan disana?" Irene menatap langit-langit kamarnya, bertanya pada diri sendiri.

"Ohh, aku tahu. Dia pasti penguntit." Ia bahkan menjawab pertanyaannya sendiri. "Orang mesum!" pekiknya. Haruskah ia memberitahukannya pada Sehun? Sepertinya tidak usah. Ia hanya akan meminta ahjussi yang menjaga rumahnya untuk memperketat pengamanan dan jangan membiarkan sembarang orang masuk.

Menarik selimut, memakai penutup mata, kemudian terlelap menuju ke alam mimpi.

Tanpa ia sadari, sosok itu tadi juga memperhatikannya ketika ia mengintip di jendela.


*****


[Sehun POV]


Aku segera menyusuri koridor dengan tergesa-gesa tepat saat jam pulang sekolah berbunyi. Aku berniat menemui Irene dan membicarakan tentang Choi Minho. Semua ini tidak bisa kubiarkan. Orang itu bukan main-main memang, dia mengincari Irene milikku. Aku harus memberitahu Irene sebelum semuanya terlambat.

Cotton Candy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang