Udara yang begitu dingin membangunkanku dari tidur yang nyenyak. Bukan, ini belum musim dingin. Aku hanya memasang pendingin ruangan. Itu bisa menjadi alarm alami tanpa menimbulkan bunyi yang memekakan telinga. Disaat kedinginan, aku pasti akan terbangun. Itulah mengapa aku menyebut pendingin ruangan 'alarm alami.'
Aku beranjak dari tempat tidur, masih dengan mata yang sedikit terpejam. Berniat untuk mandi lalu pergi sekolah. Tak sengaja aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 5 pagi. Ini terlalu pagi. Dan sekolah baru di mulai pukul 8. Heran, biasanya aku akan terbangun di waktu yang pas. Kabar baiknya, aku bisa tidur kembali.
Min Hwa noona sudah sibuk lagi dengan karir modeling-nya, tidak ada yang menemaniku. Aku bosan. Terkadang saat aku terbangun sepagi ini, aku akan mengganggunya di kamar dan dia akan memarahiku. Sekarang siapa yang bisa aku ganggu? Appa dan Eomma yang sedang tidur? Gila. Anak tidak tahu diri jika aku melakukannya.
Perutku berbunyi, aku keroncongan. Astaga, sepagi ini? Kuputuskan pergi ke dapur untuk makan beberapa potong roti gandum. Aku terperanjat. Rambut-rambut halus di tanganku semuanya berdiri. Seseorang di dapurku memegang sebuah pisau. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, hanya dari samping saja. Dia seorang namja berperawakan tinggi, memakai pakaian serba hitam. Sepertinya masih muda. Tidak ada orang dengan ciri-ciri seperti itu dirumahku.
Bagaimana bisa? Rumah ini memiliki banyak penjaga, tak mungkin ada pencuri atau pembunuh masuk. Bahkan ada begitu banyak CCTV.
Tapi aku tetap takut!
"AAAAAAHHHHHHH!" teriakku sangat kencang sehingga orang itu terlonjak kaget.
Pisau yang dipegang namja itu terjatuh ke lantai, hampir mengenai kakinya. Ia menoleh, aku terkejut!
"Sssst! Oh Sehun! Kau akan membangunkanku semua orang disini!" Dia berbisik-bisik.
"Dasar kau! Gila! Babo! Penyusup! Kau membuatku hampir mati di tempat, Kim Jongin!!!"
Benar saja, 1 menit kemudian Appa, Eomma, beberapa orang yang bekerja dirumahku, sampai ahjussi yang berjaga diluar, tergopoh-gopoh menuju kearahku. Wajah mereka terlihat panik.
"Sehun-ah, ada apa? Kenapa kau berteriak?!" tanya omma panik.
"Wae geurae, Sehun?!" Appa tak kalah paniknya.
Aku menatap mereka satu persatu lalu menunjuk kearah Kai dengan daguku. Dasar si Kkamjong yang satu ini. Mengapa dia bisa muncul disini?
Appa dan Eomma bernafas lega. Mereka tidak terlihat terkejut, bingung, atau panik seperti tadi.
Eomma melipat tangan di dada. "Kenapa kau berteriak, Sehun? Itu hanya Kai."
"Eomma, bagaimana aku tidak kaget? Saat pagi sekali seperti ini melihat orang asing memegang pisau di dapur? Aku pikir dia akan membunuhku," jawabku kesal.
"Dia bukan orang asing, Sehun. Dia kan temanmu." Appa membela.
"Tapi tadi dia membelakangiku, jadi aku tid—"
"Sudahlah, kembali tidur saja." Suruh Appa. Mereka sudah bubar, termasuk Ahjussi penjaga di depan pintu.
Aku melipat dada. Menoleh pada Kai yang sedari tadi hanya berdiam diri.
"Yaa! Kenapa kau bisa disini di pagi buta seperti ini?" tanyaku. Aku melihat ke lantai, letak pisau tadi terjatuh. "Dan kenapa kau memegang pisau?"
Kai malah menunjukkan senyum polosnya. Dasar.
"Hehe, tadi aku datang untuk menginap tapi kau sudah mengunci pintu kamarmu. Jadi aku tidur di kamar tamu. Aku lapar, Sehunnie. Tidak sopan jika membangunkan ahjumma. Pisau itu kugunakan untuk memotong daging. Mianhae telah mengagetkanmu. " Ia membela dirinya sendiri.
