1. Beginning

19.3K 502 5
                                    

Chapter 1

***

Bangku-bangku aula itu telah penuh terisi oleh sekumpulan anak berpakaian aneh.

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang mengeluarkan gadgetnya, ada yang menggosip, menggambar pola benang kusut dan kesibukan-kesibukan tak penting lainnya. Anehnya tidak ada guru ataupun OSIS yang mengisi materi walau sudah hampir pukul 9, padahal SMA Merdeka terkenal dengan MOS-nya yang super disiplin dan menyengsarakan.

Adalah Diandra, gadis yang sudah berulang kali mendumel tak jelas itu akhirnya berdiri.
"Gue mau ketoilet. Mau pipis," ucapnya singkat. Dan tanpa menunggu jawaban, gadis itu berbalik dan pergi.

#####

Seorang cowok berperawakan jangkung dengan kulit putih susu berjalan membawa setumpuk kertas, bersama lima orang lainnya. Kehadiran mereka mencuri perhatian orang disekitar, padahal penampilan mereka tidak lebih mencolok dari calon siswa baru yang akan MOS.

"Dik, nge-gojlok adek-adek kelas ya?" Rizky berusaha mengejar Dika yang jalannya saja seperti berlari.

"Iye."

"Aseeek, kapan?"

"Ya sekarang lah. Lo kira kita mau kemana?" Jawab Dika seraya terus berjalan cepat.

Fernanda yang berjalan di sebelah kiri Dika menemukan kejanggalan di toilet putri, seperti menemukan gelagat aneh seorang siswa berseragam peserta MOS.
'Rasanya kenal' batinnya.

Ia langsung berlari ke Toilet dan saat itu pula langsung mengundang perhatian gadis cantik yang berjalan tak jauh darinya.

"Kemana tuh orang?" Mata Biru Bella tampak memincing.

"Kejar sono!" Dika menggerakan dagunya kearah Fernanda yang kian menjauh.

Bella menatap horor. "Nggak-nggak! Og-"

"Ke-jar!" tegas Dika.

Bella mendengus dan dengan susah payah mengejar Fernanda. "Fe, lo mau kemana?" Suara cempreng milik gadis mungil berkulit putih susu itu hanya ditanggapi satu kata oleh Fernanda.

"Toilet," jawabnya tanpa menoleh.

Gadis itu menatap punggung Fernanda dan mengekorinya dari belakang sambil ngos-ngosan akut.

"Toilet cewek?" tanyanya memandang ke arah Fernanda berjalan.

"Bego!" Bentaknya dingin tanpa menoleh, tapi diam-diam tersenyum tipis.

"J-jangan lama-lama ya!" perintahnya ragu-ragu.

Fernanda tidak menjawab.

"Fe!" ulangnya lebih keras.

Kini Fernanda berbalik secara tiba-tiba membuat pandangan mereka bertabrakan. Mereka berdua tersentak. Namun Fernanda dengan cepat kembali ke ekspresi datar.

"Bawel!" ucapnya dingin lalu segera meninggalkan Bella yang masih membeku ditempat.

"Ah, sialan!" desis Bella dengan wajah memanas.

#####

Diandra tidak bohong masalah ke toilet, tapi dia berbohong perihal alasannya kesana. Ia hanya mondar-mandir disekitar toilet, celingukan sejenak, lalu dengan gerak cepat nan halus ia mengeluarkan sebungkus rokok beserta pemantik api.

Dari caranya menyalakan, menghisap, sampai mengeluarkan asap, terlihat seperti sudah sering melakukannya.

Hingga seseorang menarik tangannya yang memegang bungkus rokok hingga benda beracun itu terjatuh dan diinjak sampai nyaris tak berbentuk.

Dia terbeliak mengetahui siapa orang itu. "Fe! L-lo apa-apaan, sih?!" Dia tertagagap.

"Ga kapok?"

Diandra memutar matanya, malas menanggapi. Karena Fernanda terlalu pandai untuk ditipu ataupun diberi alasan kuno.

Dengan ekspresi datar--bahkan nyaris tanpa ekspresi-- cowok dengan iris mata kemerahan itu melepaskan genggamannya "Ikut-gue-sekarang," katanya dengan penekanan di setiap kata.

Cowok itu berjalan cepat meninggalkan Diandra yang masih tertegun menatap punggung tegap cowok itu.

"Oke. Triple bangke!" Dia segera mengekorinya, namun tak lama dia berhenti dan meraba saku rok nya "emang gue cuma punya sebungkus?" Dia terkekeh.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari dekat, dengan kamuflase yang nyaris sempurna. "Bener kan lo ke toilet cewek," gumamnya.

####

Tiga puluh lima orang sedang bergilir memperkenalkan diri mereka yang sebenarnya sudah terkenal. Anggota OSIS Inti --entah memang sengaja atau kebetulan-- rata-rata memiliki tampang yang cukup rupawan. Sampai-sampai para siswa baru curiga, mereka dipilih bukan karena visi misi, tapi karena tampang.

OSIS di salah satu SMA swasta favorite sekaligus terbesar di kota ini memang memiliki seragam khusus berupa kaos lengan panjang krem dengan lambang OSIS serta logo SMA Merdeka sehingga mudah dikenali.

"Nama saya Maria Septiana, saya selaku bendahara II OSIS SMA Merdeka."

"Nama gue Putri Anastasya, gue lebih suka dipanggil Tasya. Gue disini jadi Bendahara I."

"Nama saya Ayu Indriana Karin Rusdianto. Panggilannya bisa Ayu, Indri, bisa juga Karin. Sebagai Sekretaris II OSIS."

Ketika orang keempat maju memperkenalkan diri, koor heboh nan kompak terdengar dari kelompok cowok-cowok.
"Nama kakak Issabella Anne Viktoria, kakak disini sebagai sekretaris OSIS. Kalian bisa panggil kakak--" saat ia akan menyebutkan nama panggilan, ucapannya terpotong,

"Bellaaaaa..." seru beberapa peserta MOS yang lalu disusul dengan tepuk tangan dan siul-siulan yang kemeriahannya mengalahkan pertunjukan topeng monyet. Absurd.
Sementara cewek itu hanya tersenyum aneh.
Dari nama, warna iris mata, warna rambut, warna kulit dan wajahnya, siapapun yang tahu bahwa ada darah orang barat mengalir dalam diri Sang Primadona.

Perkenalan OSIS di SMA dengan jumlah siswa 1000 orang lebih itu dilanjutkan dengan dua orang cowok yang gelagat dan wajahnya sama sekali tak mirip namun memiliki banyak kesamaan ; sama-sama cogan, sama-sama keren, sama-sama tenar, sama-sama most wanted, dan sama-sama konglomerat--bisa dilihat dari nama belakang mereka, bahkan tingginya-pun sama.

"Perkenalkan, nama kakak Andika Putra Dipankara. Sebagai Ketua OSIS, kalian boleh panggil Kak Dika atau apapun yang menurut kalian gampang, kakak sekarang duduk di kelas XII-1, dan ini wakil ketuanya," dia memandang cowok disampingnya "Namanya Fernanda Alexandro Praditya"

"GYAAA KAK FERNANDAAA!"

Diandra mendesis mendengar nama orang itu di teriakan seantoro aula.

"KAK DIKA! ITU KAK DIKA GANTENG BANGET!"

Diandra menepuk jidat. "Siapa lagi tuh?" desisnya.
Diandra sedari tadi yang tak begitu memperhatikan kian membenamkan wajahnya.

"Itu, Kak Dika ketos kita sama abang lo! Gile, ganteng banget mereka," ujar Dara.

Nita mengangguk. "Serba bisa lagi!" timpalnya antusias.

Diandra mengangkat kepalanya dan ketika matanya menangkap sosok yang berbicara di sebelah kakaknya alisnya langsung mengernyit.

***

Chapter 1 -- End.

***

Gimana?? Ini cerita sempat aku unpublish sampe 3 kali *ketahuanlabilnya*

Jadi yah, hampir setahun gue kekepin cerita ini. SETAHUN!

kadang aku kadang gue, dasar labil.

Udah, gatau mau ngomong apaaan lagi.

Vomment ya!

Dipublish : 12 Juli 2016.

Versi Remake : 21 Mei 2017

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang