4. Feel

8.1K 337 16
                                    

Chapter 4

***

Hari jum'at.

Adalah surga bagi siswa SMA Merdeka. Dimana suatu hari dalam seminggu, mereka datang ke sekolah hanya bukan untuk belajar, melainkan kegiatan ekstra kurikuler.

Sudah beberapa hari, Diandra resmi tercatat sebagai siswa SMA Merdeka. Kuda besi Ninja berwarna putih pemberian almarhum kakek yang telah mengantarnya dengan selamat sampai parkiran, distandar apik mencuri perhatian siswa yang lalu lalang.

Bagaimana tidak? Lazimnya siswi di sekolah ini mengendarai mobil, motor matic, atau diantar supirnya. Hanya segelintir siswa yang membawa motor gede kesekolah, karena pasti akan repot memarkirnya.

Sejak berdebat dengan Dika pada hari pertama MOS, Namanya seketika melonjak. Sifatnya yang keras kepala akut menjadi masalah utamanya. Ditambah dengan penampilannya sangat 'menarik'.

Ujung baju tidak dimasukan ke rok, kerah kemejanya tidak dilipat, dan tidak pernah memakai dasi. Ikat pinggang pun terpaksa dipakainya karena rok-nya kedodoran. Tatanan rambutnya pun acak-acakan, hingga ungkapan 'cukup rapi' saja masih menjadi majas ironi untuk gadis itu. Secara keseluruhan, SMA Merdeka menerapkan aturan penampilan jauh lebih longgar dari sekolah lain, seperti universitas malah. Namun, peraturan dengan kelonggaran itupun masih dilanggar olehnya.

Dengan wajah tengil, Diandra memutar-mutar kunci motornya dengan telinga terpasang earphone yang melatunkan lagu soundtrack anime Naruto sambil menyusuri koridor.

Bibirnya bergerak mengikuti alunan musik volume tinggi itu, gayanya sudah seperti sangat hapal, padahal liriknya dikira-kira saja. Kepalanya mengangguk-angguk kebawah dan keatas, kadang lebih ekstim memutar-mutar mengkuti irama.

Tiba-tiba suara dari earphonenya memekik keras menandakan sebuah pesan baru masuk membuat Diandra mengumpat keras, dan langsung membuat siswa disekitar menatapnya.

Diandra meringis. "Ganggu aja," ucapnya sambil melepas earphone di telinga kiri.

From : Ade
Nanti malam jam 8 di taman kota, ada yang bakal kita tunjukin.

Diandra menyeringai membaca pesan itu.

To : Ade
Yoi

#####

"WHOA! DIKA! DIKA LEMPAR! LEMPAR!"

Suara para siswa--yang sebagian besar perempuan-- menggema di seantero lapangan. Penyebabnya tak lain adalah Ketua Osis sedang pamer kebolehannya dalam melempar dan mengoper bola. Suasana menjadi lebih ricuh karena ini pertandingan persahabatan dengan SMA Merah Putih, dan fans abadi Rian--kapten basket sekolah itu--ikut menonton.

Suara itu tentu mengganggu Diandra yang sedang makan dikantin bersama teman-temannya.

Diandra menutup telinganya dengan dongkol. "Dasar cewek- cewek Cabe! Ada apaan, sih dilapangan?" selorohnya gemas.

"Itu biasa, cewek-cewek nonton basket. Ada Kak Dikanya lho, pantes mereka kaya gitu," jelas Dara enteng.

"Seriusan?" Diandra memasukan mie ayamnya ke dalam mulut.

"Iya, Kak Dika kan kaptennya..." Ucapan Dara terpotong oleh Diandra yang tiba-tiba batuk karena tersedak.

Diandra segera meminum air yang digelindingkan Andi. "Kapten?!" tanyanya seraya menutup botol itu.

"Please, deh! Itu ga me-nge-jut-kan buat gue. Kak Dika! Apa yang dia ga bisa?" ujar Dara dramatis.

"Eleh, banggain aja terus," gumanya. "Eh btw, kalian mau pilih ekskul apa nanti? Tadi gue denger suara bagus dari ruang musik, siapa ya?" Diandra coba mengalihkan pembicaraan tak jelasnya barusan.

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang