2. Different

9.1K 367 12
                                    

Chapter 2

***

Ganteng yah?" Dara berujar ala cewek centil di film ftv.

"Njir lo cewek jadi-jadian," Nita menoyor kepala Dara, "Napas lo bau naga!"

"Bacot!" Diandra beralih mengambil tepatnya mencuri bolpoin Nita tanpa ketahuan dan mulai menulis sesuatu.

Dika berceloteh panjang kali lebar, seraya mengedarkan pandangan, dan terhenti ketika melihat seorang anak yang perhatiannya tak tertuju padanya. "Kamu, coba berdiri!" Dia mengacungkan telunjuknya.

Semua pandangan tertuju pada siswa yang ditunjuk Dika.

Karena merasa diperhatikan seisi ruangan, Diandra celingukan lalu menunjuk dirinya "S-saya, kak?"

"Iya, kamu. Berdiri!"

Diandra memukul meja pelan, lalu dengan malas ia berdiri dengan kedua tangannya tertaut dibalik tubuhnya dan satu kakinya menekuk.

"Siapa nama kamu?"

"Diandra Nara Praditya," jawabnya sekenanya.

"Praditya?" Andika mengucapkan nama itu tanpa bersuara seraya menoleh Fernanda dengan tatapan 'how can?'

Tak hanya Dika, seluruh ruangan itu juga celingak-celinguk bak korban kebakaran.

Fernanda yang berada di sebelah Dika tidak membalas tatapanya. "Adek gue," ujarnya singkat.

Sang Ketos menggeleng-geleng, kemudian kembali pada Diandra. "Kamu perhatiin kakak enggak dari tadi?"

"Enggak," jawabnya tampang bodoh, "eh, iya, Kak," ralatnya.

"Oh ya?"

"I...ya?" Nadanya malah terkesan seperti bertanya

"Kalo gitu kakak ngomong apa? Siapa nama kakak?"

"Kok tanya sama saya, sih? Masa ga tau nama sendiri." Seluruh rekan OSIS tercengang karena sejak dulu tidak ada yang berani melawan Dika. Kecuali Fernanda yang sedang memijat pelipisnya, karena cowok itu sudah mengenal adiknya dan mengetahui sifatnya yang rada-rada gangguan.

Dika menghembuskan napas lembut. "Nama kakak 'Andika', kamu ga denger berarti tadi, kakak udah sempat bilang.

"Maaf, saya nggak denger nama kakak. Mungkin kakak ngomongnya kurang jelas. Tapi saya tau, nama wakilnya Fernanda Alexandro, kak." Diandra berusaha mencari alasan yang menurutnya paling nyambung, tapi pernyataannya malah terdengar kurang ajar.

Bella berdeham. "Dek, lain kali kalo ngomong sama orang yang sopan. Kak Dika itu serius tadi. Kamu adiknya ... Fernanda kan? Ya iyalah kamu tau." Ada desiran menyelinap ketika gadis blasteran Inggris-Indonesia itu menyebut nama Sang Wakil Ketua Osis.

'Goblok banget!' Batin Diandra. Sebaliknya, karena mendapat teguran halus, ia malah diam tidak membalas. Itu membuat Fernanda takjub melihat keajaiban itu.

"Gimana kalo gini, agar lebih dekat dengan kakak-kakak OSIS, saat jam istirahat, kalian cari tanda tangan kelima puluh anggota OSIS beserta Nama lengkapnya, alamat rumah, dan semua identitasnya." Ujar Dika kalem tapi kontradiktif. Tentu saja satu ruangan itu tercengang, ada juga yang melempar sumpah serapah pada Diandra.

"Terlalu mepet, Dik. Kasian." Bella berbisik pelan di telinga Dika.

Diandra menggebrak meja dan menghentakkan kakinya. "Mana bisa gitu, kak?! Jangan suka-suka sendiri, dong! Kalau kita adik kelas, bukan berarti kalian bisa seenaknya!" Ujar Diandra berapi-api, otaknya mulai panas.

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang