3. Quarrel

7.5K 354 9
                                    

Chapter 3

***

Hawa panas menusuk kulit para peserta MOS SMA Merdeka. Berkat kreativitas Diandra, mereka dihukum lompat kodok keliling lapangan basket yang minta ampun luasnya!

Flashback on :

"Silahkan kalian kumpulkan tugas mencari tanda tangan yang kakak-kakak berikan!"

Para siswa baru langsung berisik menanggapai ucapan Maria dan langsung menoleh Diandra.
Mengikuti arah pandangan adik-adik kelasnya, para OSIS ikut menatap Diandra.
"Kenapa? Ada masalah?" Kening Bella tampak berkerut.

"Ketua kelompok masing-masing kelas, maju!" Maria meninggikan suaranya. Bila menyangkut Diandra, otak kapten Cheerleaders itu pasti langsung berasap.

"T-tapi kak, tugas cari tanda tangannya bukannya dibatalkan ya?" Ucap seorang siswa.

Maria sedikit menggebrak meja. "Siapa yang bilang?! Apa kalian dapet pengumuman dari OSIS? Siapa yang punya kerjaan?"

Fernanda sudah melirik adiknya sangsi, takut anak itu berulah.
Benar saja! Tanpa paksaan dan dengan santai Diandra mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil menyerukan dirinya dengan bangga!

Maria langsung menatap Bella sengit. "Kan udah gue bilang, anak model begini nggak bisa dihalusin!" Pandangannya beralih pada Diandra, "Berontak. Makin merasa hebat."

Bella mendecak. "Kita harus tanya dulu alasannya, Ri!" Gadis itu memelankan suaranya.

"Gue nggak mau tau, mereka harus dihukum!"

Melihat dua pengurus inti berdebat, para anggota lain dan peserta MOS hanya menyaksikan dan menunggu hasil pertandingan.

"Jangan seenaknya dulu, kita harus tunggu Dika balik, juga dengerin pendapat OSIS lain."

Hening.

"Gue setuju sama Maria." Ucapan beberapa anggota berhasil membulatkan mata biru Bella. Sedangkan Fernanda membisu.

"Tuh kan, dua lawan satu, Bell," Maria berdeham pelan, "Kalian semua loncat kodok keliling lapangan duapuluh lima kali putaran!"

Flashback off.

Diandra masih ngos-ngosan akut sambil menyumpah-nyumpah. Wajahnya sudah memerah karena kepanasan, peluh bercucuran, dan matanya agak berkunang-kunang.

Tangannya masih terkepal kuat di sisi tubuhnya berusaha menahan amarah yang hampir meledak.

"Apa-apaan nih?!" Terdengar suara bariton dari dekat lapangan parkir. Dika.
Ekspresi cowok itu bercampur antara keget, bingung, marah.

Suara beratnya serta nadanya yang tinggi, sukses membuat semua aktifitas para siswa terhenti, dan dengan gerakan slow motion yang alami- mencari sumber suara.

Bersamaan dengan itu, Nita kehilangan kesadarannya dan ambruk ke tanah.

Para peserta MOS dan OSIS panik bukan main, tapi hanya terpaku di tempat mereka. Diandra, Adam, Rama, Dara dan Andi yang sudah cepat-cepat berdiri hendak menghampiri sahabatnya. Namun, Dika dengan sigap berlari dan dalam hitungan detik, Nita yang sudah terkapar sudah berada di gendongannya.

"Kalian semua masuk ke Aula! Dan semua anggota OSIS tetep disini!" Perintah Dika lantang, pantang dibantah.

#####

"Gue udah tegasin sama kalian, jangan pake hukuman fisik! Kalau gue nggak dateng, apa kalian bakal lanjutin hukumannya, walaupun calon siswa baru udah jatoh bertumpuk-tumpuk?!"

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang