15. Black Devil

5.7K 237 0
                                    

Chapter 15

***

Bella kembali menginjakkan kakinya di kediaman keluarga Praditya usai memarkirkan mobilnya.
Suasananya sudah berbeda sejak dia menjemput Diandra sebulan yang lalu, berhubung dia datang hampir setiap hari selama liburan.

Gadis itu kini telah akrab dengan orang-orang rumah, bahkan dengan Bi Sari dan Mbak Ratna--pembantu, Pak Jono--satpam, Mas Sapto--Sopir

"Mau minum apa, Bell?"

...juga akrab dengan ibu Diandra.

"Dia, mah, minum apa aja suka," sahut seorang gadis berambut cokelat dikucir kuda yang baru keluar dari kamarnya, "bikin sendiri aja, yuk! Gue rencana mau ngajak lo masak hari ini."

Gadis itu telah berubah dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kuku terawat, kulit putih gading, rambut tatanan sederhana namun bersinar. Dress rumahan hitam longgar yang dipakainya terlihat serasi dengan warna kulit. Perubahan nyaris 180 derajat dalam waktu satu bulan.

Riana tersenyum simpul dan mengibas-ngibaskan tangannya. "Yaudah, hush...hush, selamat mengacaukan dapur! Tante mau ngukur anak temen tante yang mau mesen gaun resepsi, dah Sayang." Riana berjalan anggun meninggalkan ruang tamu.

'Sayang'. Entah itu ditujukan pada Diandra atau pada Bella.
Kini bahkan anak itu dekat dengan ibu Diandra dan sudah bertemu dengan ayahnya.
Dia hanya bisa menahan tawa membayangkan bila Bella benar-benar menjadi kakak iparnya.

"Gue mau ajarin Kakak masakan kesukaan Fernanda," ucap Diandra setengah berbisik sambil berjalan beriringan ke dapur, "Gurami kentang wortel."

"Kakak suka makanan apa?"

"Pisang cokelat," Jawab Bella polos.

Diandra berhenti dan menatap Bella seraya tersenyum miring. "Katanya kalau mau menangin hati cowok, harus isi perutnya dulu. Eh? bener nggak gitu yak?"

Bella memonyongkan bibirnya. "Nggak perlu ngode! Makanan kesukaan Dika itu..hmmm...apa ya?" Bella memutar otak hingga keningnya berkerut, "Ya! Nasi goreng seafood!"

"Eh! Gue nggak nanya itu ye..." sergah Diandra setengah tersenyum. Sebenarnya Diandra bahkan tak berpikir sampai ke situ.

"Secara tidak langsung."

"Udah ah! Yuk masak. Masak pisang cokelat aja dulu, gampang soalnya. Yeah, walaupun Fe nggak suka pisang, sih."

"Gue kira cewek tomboy nggak bisa masak! Ternyata elo yang dewa di sini."

"Di Restoran kokinya cowok semua," sahut seseorang.

Bukan! Bukan Diandra yang menjawab, melainkan seorang cowok tinggi putih yang turun dari tangga sambil membaca buku kumpulan puisi dan menggunakan headset.

"Waktu menunjukan pukul delapan," ucapnya membuat Diandra mendengus.

"Ntar lagi elaaaahhh..."

Fernanda pergi ke meja makan tanpa berucap lagi.

"Dia emang manis," ujar Bella tanpa sadar.

"Ralat, dia emang nyebelin!"
Diandra menyadarkan Bella yang langsung salah tingkah menyadari Diandra mendengar ucapannya.

"Udah, gue masukin pisangnya ya!"

"Jangan dilempar, Kak!" Diandra panik sendiri melihat Bella hampir kecipratan minyak. Dia memasukan pisang yang sudah dibalut kulit lumpia ke dalam minyak panas dengan cara melemparnya.

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang