Pagi itu Andika memakirkan motor ninja merah-hitamnya. seperti biasanya.
Sekolah masih terlihat lengang, hanya tampak beberapa siswa
yang berjalan kaki, dan beberapa skuter matic.Belum nampak lamborghini pink padu putih, ataupun tiger hitam. Berarti kedua sahabatnya belum datang. Maklum, ini masih sangat pagi.
Dika berjalan menuju kelasnya, namun baru saja sampai di pintu, cowok itu mundur beberapa langkah, karena melihat makhluk tinggi-putih dengan baju putih kedodoran mondar mandir di kelasnya yang sedang sepi. Sedangkan makhluk yang tadinya mondar-mandir di depan kelasnya ikut mundur hingga punggungnya menyentuh dinding.
"Ngapain lo disini?"
Dika melotot, "ngagetin aja! Pake jaket putih, kedodoran lagi."Fernanda mengangkat sebelah alis. "Lo takut?" Tanyanya sok serius seraya melepaskan jaketnya.
"Ga, cuma kaget. Lagian lo juga kan?" Dika meletakan tas di meja. "Ngapain lo kesini?"
"Ana minggat. Ga angkat telepon."
Fernanda terus menelpon Diandra, namun tak diangkat. Jelas lah! Karena yang ditelepon masih berenang di pulau kapuk gara-gara baru tidur jam dua malam.
"Hah?! Terus? Kenapa lo kesini?"
Fernanda kembali mondar-mandir. "Nyari Bella."
Kelopak mata Dika membulat memperjelas iris almond-nya, seringaian tajam yang mengiringinya, membuat Fernanda berhenti. "Apa?!" Fernanda mendadak jadi salah tingkah.
Tawa khas Dika terdengar lebih mengerikan di telinga Fernanda. "Kenapa? Kangen? Udah sadar lo?"
"Jangan negatif!" Sergah Fernanda.
"Mana bagian negatif-nya? Nerima Ratu Sekolah yang ngejer-ngejer lo itu kan positif." Dika sengaja menekankan kata Ratu Sekolah. Ungkapan yang sedikit berlebihan, namun benar adanya.
"Kemarin dia kerumah--"
"Cieciecie," potong Dika. Demi apapun Fernanda hendak menyumpal mulut Dika dengan sepatu. Gregetan.
"Nanyain Ana!"
"Kok nanyanya ke dia? Dan ngapain dia kerumah lo." Kening Dika tampak berkerut.
"Lo nyaranin biar Bella nasihatin dia." Fernanda masih datar.
Di waktu yang amat tepat bagi Dika, dan sangat tak tepat bagi Fernanda, Bella datang. Cantik, seperti biasanya.
"Pada ngapain nih? Ribut banget!"
"Eeeaaa! Pas banget! Paaaas banget!" Dika bersorak girang sambil jejingkrakan, Fernanda mengutuk dalam hati, dan Bella yang tak tau apa-apa cuma mengernyit.
Fernanda kini menaikan alis kanannya. Tetap berusaha terlihat keren, dan agaknya ia berhasil--setidaknya di mata Bella.
Gadis berambut cokelat yang baru menyadari ada Fernanda disana seketika berubah ekspresi.
Sementara Dika mssih tertawa terpingkal-pingkal. Tingkah Dika yang berubah-ubah sesuai lawan bicaranya membuat Fernanda terkadang bingung; apakah Dika mengidap kelainan jiwa atau semacam kepribadian ganda? Pasalnya jika didepan umum, cowok itu amat berwibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad vs Best
Teen FictionStart : 12 Juli 2016 Finish : Agustus 2017 Rate : 13+ Highest rank #1 Rokok #1 Balapan #2 Cheesy #1 Perubahan *** Kalau hidup hancur dideskripsikan dengan 'brokenhome', maka hidup Diandra tidak hancur. Kalau hidup hancur dideskripsikan dengan 'angg...