31. The Truth.

5K 211 11
                                    

"Nyampe, Ra!" Diandra memang tak bisa melihatnya, tapi ia yakin itu suara Bella.

Perlahan pegangan Bella dan Elis di tangan kanan dan kirinya mengendor lalu terlepas. Kini dia benar-benar merasa sendiri di sini, walaupun mungkin kedua gadis itu masih disekitarnya.

Samar-samar Diandra merasakan suara langkah kaki mendekat, lalu ia merasakan sepasang tangan menyentuh kepala belakangnya, bersamaan dengan hembusan hangat yang menyentuh dahinya.

'Wangi ini...'

Penutup mata terlepas, Diandra membuka matanya takut-takut.

Dan....

BOOM!

Gadis itu tanpa sadar memundurkan langkahnya dengan spontan, melihat Dika sedang berdiri di hadapannya. Kurang dari satu meter!

Jantungnya seperti jatuh ke perut menyadari senyum itu.
Saat itu ia baru sadar bahwa kejutan yang diberikan bukanlah pestanya, malainkan orang yang kini dihadapannya!

"Gue pasti mimpi! Gue pasti mimpi! Sekarang gue merem, dan ketika gue buka mata gue udah ada di kamar." Ia meyakinkan dirinya sendiri.

Dika menaikkan sebelah alisnya, menanti hal apa lagi yang akan dilakukan gadis itu.

Diandra menarik napas dalam-dalam."Satu, dua, tiga!"
Matanya perlahan terbuka.

Dan...dia masih berada di rooftop.

"Lo kenapa shock gitu?" Dika menahan tawanya.

Diandra ternganga dan menggeleng kaku. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Dekorasinya memang seperti pesta, tapi anehnya, hanya ada mereka berdua disini. Ini pasti ulah dua cewek itu!

Tapi tunggu! Apa Dika juga dijebak?

Diandra celingak-celinguk melihat ke bawah, sekaligus menyamarkan kegugupannya. Disini sangat tinggi, berbeda jauh dengan rooftop SMA maupun atap rumahnya. Pemandangan kota terlihat sangat jelas dari atas sini. Bahkan Diandra serasa bisa menggapai bintang yang saat ini bertaburan karena cuaca cerah. Jutaan cahaya berpendar dari atas dan bawahnya.

"K-kayaknya kita dikerjain, Kak," ujar Diandra terbata-bata seraya mundur satu langkah. "Kok kakak disini?"

Pertanyaan itu keluar ketika Diandra melihat penampilan Dika. Cowok itu memakai jas warna putih, kemeja krem di dalamnya, serta celana putih.
Bila dipikir-pikir, pakaian mereka memang sangat serasi. Dan sangat tidak mungkin ini hanya kebetulan. Namun lebih tak mungkin lagi bila Dika ikut merencanakannya, sejak kapan cowok itu peduli segala macam tentangnya?

Dika mendekatkan jaraknya, membuat Diandra menahan napas. "Lo mau tau siapa yang ngedekor semua ini?"

"Kak...Bella sama...K-kak Elis?"

Cowok itu tersenyum simpul. "Tambahan, Fernanda, dan Rizky. Gue gak ikutan, karena gue...punya tugas lain."

Dika kembali mendekatkan jaraknya, membuat Diandra ikut mundur selangkah.

"Gue tau Bella sempet nanya ini, tapi gue pengen tanya langsung sama lo. Lo kenapa pergi gitu aja waktu liat gue sama Bella di rooftop waktu umh...3 tahun lalu?"

Mata Diandra membulat, gadis itu menunduk makin dalam dan menjauhkan jaraknya dari Dika, tapi cowok itu kembali mendekatkan wajahnya dengan Diandra. Puncak kepala gadis itu bahkan tak mencapai bibir Dika, cowok itu sangat tinggi! Terakhir mereka bertemu, puncak kepala Diandra masih bisa menyentuh garis hidung cowok itu.

"Coba jawab, Na," pinta Dika. "Kenapa lo kabur dari lapangan basket waktu gue abis maen? Kenapa lo berkaca-kaca waktu kita tabrakan itu?" cecarnya.

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang