5. New Fact (Diandra)

7.5K 295 0
                                    

Ini Adinda Azani, cantik banget gilak! Anggap aja dia Diandra, ye.
Pas aja gitu jadi Diandra, ntahlah, pokoknya pas aja.

#####

"Lo serius mau ikut futsal? Nggak masalah cewek sendiri?" Tanya Kak Rizky padaku, "Lo bisa masuk ekskul, tapi kalo tim inti, ada seleksinya."

Ya, cowok most wanted yang populer dengan sifat humorisnya itu adalah ketua ekskul futsal.

Disekolahku, setiap ekstra kurikuler diketuai oleh seorang siswa, dan dibimbing setidaknya seorang guru.

"Iya, kak." Jawabku sekenanya.

"Lo mau masuk tim? Apa mau buat tim khusus putri?"

"Kalo masih cukup, inti, Kak! Kalau cewek-cewek saya ajak nggak ada yang mau."

Rizky mencatat namaku pada sebuah buku atau entahlah..., aku kurang tahu namanya.

Rizky tersenyum simpul. "Cewek biasanya takut kotor, kalo olahraga, nggak renang ya basket."

Aku terkekeh kecil. "He-em"
Sialan! Awkward sekali! Percakapan ini terkesan kering, kaku, dan memuakkan!
Aku tak berniat memecah situasi ini, toh, aku tak akan berlama-lama disini.

"Oke, lo sebentar lagi duel sama temen gue ya? Gue nggak mentingin menang atau kalahnya, gue liat skill lo waktu main."

Aku menggangguk.

"Kita bisa mulai, kan, tandingnya? Ntar, gue panggil temen gue dulu. Sekalian gue mau tanya sama pelatih, ada masalah atau enggak kalau cewek gabung sama cowok. Kalau misalnya ada masalah, lo nyamar aja jadi cowok," ujarnya kalem.

"Hah?!"

"Haha bercanda," cowok itu memamerkan deretan giginya.

~~~

Apa yang bisa kulakukan di hari membosankan ini? Rokok? Ah, sedang tak bersemangat melakukannya. Aku duduk di salah satu bangku depan ruang pendaftaran tadi.

"Diandra kan?"
Aku menoleh ke sumber suara. Disampingku telah berdiri seorang gadis tinggi berisi.
Rasanya aku belum pernah melihatnya sebelumnya, atau aku yang kurang perhatian?

"Gue Tasya, kapten basket putri."

Apakah hal itu penting untuk aku ketahui?

Aku hanya ber-oh panjang. Sejujurnya aku bingung bereaksi bagaimana.

"Hmm, juni depan kelas dua belas lulus, otomatis gue dan dan anggota tim yang sekarang kelas dua belas udah enggak bisa mewakili sekolah buat beberapa pertandingan."
ucapnya, "Gimana ... kalo elo yang gantiin gue. Jadi kapten basket."

"Ha?!" jeritku spontan.

Kapten basket? Yang benar saja!
Aku bahkan tak tahu teknik apapun, tak tahu cara bermain yang benar. Yang kutahu hanya menggiring, melempar, dan menembak. Bagaimana dia tiba-tiba memilihku?

"Kenapa harus gue? Coba cari orang lain aja, deh!"

"Karena elo yang berpotensi."

Oh, ayolah! Berpotensi dari segi mananya?!

"Gue kebetulan udah masuk ekskul-nya Kak Rizky. Gue juga gak jago main basket." Aku mencari alasan lain.

"Biar gue yang ngomong sama Rizky, dia pasti nggak marah!" ucapnya menggampangkan. "Eksul futsal jarang cewek yang minati, kebanyakan cowok, dan cowok yang daftar pun bejibun.  Lagian katanya nggak ada orang yang diliat lebih berpotensi dari elo buat jadi kapten basket."

"Kasih gue waktu sampe besok. Soalnya gue belum ngerti susunan ekskul basket."
Sebenarnya aku tak terlalu suka main basket, bahkan jadi tim inti saja belum pernah. Sekarang tiba-tiba diminta jadi kapten, wajarkah? Rasanya mustahil. Ah entahlah, kepalaku pusing.

Bad vs BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang