Part 16

22.9K 499 26
                                    

Sesuai dengan apa yang aku katakan sebelumnya. Kali ini aku ingin menunjukan sisi dari Lox.

Here we go.

******

Lox POV

Sepertinya hari ini akan turun hujan deras. Terbukti dari awan gelap yang menggantung di langit sekarang ini.

Dan sejujurnya aku sangat benci dengan hujan. Selain karena membuat tubuhku menjadi basah, hujan juga menjadi saksi bisu diantara penyakit yang di derita oleh kedua orangtuaku.

Aku ingat ketika dimana usiaku menginjak 10 tahun, mereka berdua mengidap penyakit yang sama, Liver stadium 3. Entah karena kebetulan atau bagaimana mereka berdua bisa seperti itu. Tapi yang jelas, karena pada hari kematian mereka ialah hujan maka dari itu aku membenci musim tersebut.

Baiklah. Aku tidak akan menjelaskannya terlalu panjang. Karena biar bagaimanapun hal itu sudah berlalu dan aku sudah mengikhlaskan mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan kebetulan hari ini aku hanya mendapatkan satu pelanggan. Ya, dengan biaya tarifku yang mahal, sudah menjadi hal biasa apabila aku mendapatkan sedikit pelanggan di tanggal tua seperti ini.

Tidak seperti Jamie Pawella
-my bitches-, yang memasang tarif murah sehingga para pria belang di luar sana dapat memesannya di tanggal apapun. Aku mengenal Jamie ketika dia masih muda, umur 15 tahun kalau tidak salah.

Dia lebih muda dariku, namun jika soal ranjang, dia yang paling ahlinya. Aku sendiri juga heran mengapa dia memasang tarif murah. Padahal dengan kemampuannya dia dapat di andalkan.

Setelah memakai foundation serta alas bedak untuk memoles wajah dengan tidak terlalu tebal. Aku langsung menyambar tas selempangku dan pergi menuju halaman depan.

Kebetulan yang menyenangkan ialah bahwa mobilku hari ini rusak dan sekarang sedang berada di bengkel, sehingga aku dapat di antar oleh juniorku, Jamie. Ia sempat mengeluh sewaktu aku menghubunginya: 'Geez! Aku akan kehilangan dua penis gara-gara menjemput kau brengsek!'

Yeah. Jamie adalah tipe perempuan yang lancang dalam bicara. Ia juga selalu melakukan hal gila yang bisa membuatku tertawa kencang. Sungguh, dia adalah sahabat sskaligus adik kecilku yang paling ku sayang.

Sekalipun tingkahnya menjengkelkan dan terlihat kuat di luarnya, namun jika di telusuri lebih dalam ia adalah sesosok gadis kecil yang lemah dan tersesat.

Aku prihatin dengannya ketika dia di perkosa oleh kakak kelasnya. Ia juga mengalami kekerasan di dalam keluarga. Namun yang ku suka dari dirinya adalah ketulusan.

Ia melakukan hal apapun dengan sungguh-sungguh. Seperti pada saat doggy style, 69, maupun threesome.

Sinar terang yang masuk sampai ke halaman rumah menandakan Jamie sudah datang. Aku pun mengecek pintu sekali lagi. Maling tidak seberapa di bandingkan tetangga sebelahku yang bernama Carter tersebut.

Setelah benar-benar yakin sudah di cek dengan benar. Aku langsung masuk ke dalam mobil hitam sedan milik Jamie di kursi penumpang belakang.

Dia langsung menghadiahkanku pukulan keras di kepala. See? Dia lebih muda dariku dan tidak punya sopan dengan yang lebih tua.

"Auw fuck!" Erangku dengan mengelus kepalaku akibat pukulan darinya. "What the hell?"

Jamie memutar matanya bosan yang dapat kulihat dengan jelas meskipun penerangan di mobil ini minim. "Duduk di depan bodoh! Kau kira aku ini supir? Sudah bagus aku menjemputmu!" Katanya yang hendak mendaratkan pukulan lagi namun dapat ku hindar dengan cepat.

Bad Work Good LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang