Hatinya kembali mendidih dan merasa marah pada seseorang yang sudah ia percayai tersebut. Tentu saja, Lox masih tidak bisa menerima atas apa yang Aaron lakukan barusan. "Tidak bermaksud seperti itu? Hahaha, kau bercanda Caniff!" Lox tersenyum masam, "Dia bahkan menikmatinya. Dan tentu hal itu di dasari oleh mereka berdua yang masih saling mencintai."
"Tidak. Aku tau betul bahwa abangku tidak akan pernah melakukan hal itu jika sudah mempunyai pasangan. Dia tipe yang setia dan selalu memegang prinsipnya. Kau tau, sist? Sekalipun dia memang terlihat brengsek di awal, namun jika kau sudah mengenalnya lebih dalam, Aaron adalah pribadi yang menghormati wanita."
"Oh, ya? Apakah aku harus mempercayaimu?" tanya Lox sarkastik.
Jeniffer yang mendengarnya pun menghela napas. Dia sebetulnya tidak mau ikut campur namun kali ini berbeda. "Kak Lox!" panggilnya dan Lox menoleh.
"Ya?"
"Semua yang Hayden katakan benar," ujar Jeniffer dan gadis itu menatap Lox dalam-dalam. "Kau masih ingat ketika peristiwa pertama kali kita bertemu? Yang sewaktu itu aku mengatakan, bahwa kau adalah uhm, maaf, bitch?"
Lox mengangguk. Jeniffer kemudian melanjutkan, "Hari itu adalah hari dimana abangku memarahiku habis-habisan. Biasanya, dia tidak pernah peduli jika aku menghina wanitanya mengingat dia memang benci semua kaum hawa kecuali diriku tentunya."
Hayden yang mendengarkan adiknya sedang menjelaskan mencoba untuk diam. Laki-laki itu kembali menjalankan mobilnya karena kemacetan sedikit berkurang. "Namun pada waktu itu berbeda. Dia benar-benar ngamuk ketika aku mengatakan hal tersebut padamu. Dan dia mengatakan: 'jika kamu melukainya, kamu sama saja melukai abangmu sendiri.' Aku pun tentu yang mendengarnya terkejut. Karena tidak biasanya dia seperti itu."
"Tapi," Lox menyela pembicaraan Jeniffer, "Dia sempat melukai hatiku perihal aku yang tidak boleh kuliah kembali pada waktu lalu. Dia bahkan membentakku dengan mengatakan, bahwa aku harus menunda impianku itu."
221
"Kau bodoh!"
"Jen!!" Hayden memperingati adiknya.
Namun Jeniffer tetap pada sifatnya yang ketus, "Kau bodoh jika berpikiran seperti itu. Otakmu sempit, sehingga kau tidak tau kejadian yang sebenarnya."
"Ya, otakku memang sempit. Terimakasih atas pujiannya," balas Lox sebal dengan memandang jalanan luar melalui jendela mobil.
Jeniffer tetap melanjutkan penuturannya, "Kau terlalu egois pada keinginanmu, Lox. Padahal, semua yang abangku lakukan hanya untukmu. Perihal kuliah itu? Abangku tentu saja mendukungmu. Hanya saja ketika mantanmu yang jelek itu datang dan menyuruh abangku untuk menjauh darimu, dia tidak mau dan lebih memilih bersamamu.
Tentu, mantanmu itu yang 'tak terima hampir membuat usaha abangku hancur. Dia juga mengancam kamu perihal akan membocorkan jati dirimu ke pihak kampus, sehingga membuat Aaron ingin mencegah dirimu untuk memasukki dunia kuliah. Oh, ya! Di tambah lagi, dia juga sempat mengirimkan sejumlah preman ke Cafe kami."
Lox dengan cepat mengalihkan pandangannya pada Jeniffer, "Kau serius?"
"Buat apa aku bohong?!" balas Jeniffer sebal. Padahal dia sudah menceritakan yang sebenarnya, "Sekali lagi kukatakan. Kau hanya terlalu egois, jadinya kau tidak tau alasan sebenarnya."
"A-aku minta maaf ..."
"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Sekarang yang harus kau lakukan adalah percaya pada abangku sepenuhnya. Karena seperti yang tadi di katakan Hayden, bahwa yang tadi bukanlah jati diri Aaron yang sebenarnya. Jadi, kamu hanya perlu menunggu dan tetap setia berada di samping abangku. Karena kau tau? Aku, ughh, Ssbenarnya aku tidak mau mengatakan ini karena ini bukanlah gayaku. Namun, ka-kau sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri. Oleh karena itu aku tidak ingin kehilanganmu, okay?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Work Good Love
FanfictionKalian bs follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (17+) ******* [Fanfict about Magcon] "Anybody can do bad work, but not everybody does good work." -Paul Simo...