Memori dimana Aaron sedang melakukan hubungan badan dengan wanita lain selain dirinya. Sekalipun Lox yang telah mengandung, sepertinya Aaron tidak peduli dan lebih memilih melanjutkan permainan. Mengingat hal itu kembali membuat dirinya kesal, sedih, dan bercampur sedikit rasa kecewa.
"Itu semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Di balik itu ada alasan yang jelas mengapa aku melakukan hal tersebut."
Lox masih terdiam. Ia sudah memantapkan dirinya untuk tidak berbicara sepatah-katapun pada Aaron. Dia sudah terlalu sakit apalagi dengan Aaron yang sedikit kasar kemarin malam. "Kamu tau? Sebenarnya ini semua ulah Mom-ku," Lox mengkerutkan keningnya. Bingung dengan perkataan Aaron barusan. "Dia yang sebenarnya melakukan ini semua-,"
"Karena penyebab mantanku, Savannah, yang tiba-tiba saja bisa ada disini karena ulah Mom Becky. Dia menyuruh Sava untuk balikkan denganku agar memutuskan hubungan denganmu."
Lox yang mendengar Aaron menyalahkan Ibu kandungnya sendiri pun membalas tanpa membalikkan badannya. "Sekalipun kamu membenci Ibumu sendiri, tidak sepatutnya kamu menyalahkan dia!" katanya sedikit menaikkan volume suaranya.
Aaron baru saja ingin bangkit dari tempat duduknya. Namun Lox dengan segera berseru, "Jangan mendekat!"
Aaron menurut. Ia tetap dalam posisi duduk dan cepat-cepat menjelaskan, "Tidak. Aku tidak mungkin menyalahkan dia jika tidak ada sebabnya. Kamu ingat ketika aku dengan asiknya bercinta dengan Sava di dapur?"
Lox langsung kembali memutar kejadian, dimana Sava dan juga Aaron yang sedang melakukan hubungan badan kala itu. Dia ingat betul bahwa keduanya saling menikmati. Terbukti dari suara lenguhan yang mereka ciptakan, membuat dada Lox tiba-tiba saja kembali terasa sesak. Jantungnya seperti terdiam sesaat, serta pompa aliran darahnya seperti berhenti bekerja. Rasanya begitu ironi mengingat hal itu kembali.
Apalagi mengetahui mereka berdua yang sama-sama saling mencintai, membuat Lox yakin bahwa Aaron dan juga Sava hendak berniat menjalin kasih kembali.
245
Tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Lox seketika jadi benci pada dirinya sendiri karena selalu saja terlihat cengeng dan lemah. Beda dengan Sava yang sepertinya terlihat kuat dan lebih unggul dari dirinya.
"Alasan mengapa aku terlihat menikmati permainan kala itu di karenakan Mom menyuruh Sava untuk memberikanku obat pembangkit rangsangan. Selain itu juga Mom dengan sengaja menyuruhmu untuk pergi ke dapur agar melihat kami yang sedang melakukan hal tersebut. "
"Kamu tau, sayang. Aku tidak pernah sedikitpun mencintai perempuan lain setelah bertemu dengan dirimu. Aku seperti merasa bahwa cintaku tertinggal di dalam hatimu, sehingga tidak ada jalan keluar selain aku menetap di dalam sana. Karena aku tau, cinta ini hanya untukmu seseorang."
Aaron meraih lengan Lox, "Jadi, ku mohon dengan sangat. Jangan menyiksaku dengan keheninganmu saat ini. Lebih baik kamu memaki diriku dengan kata-kata pedas, daripada hanya diam saja sehingga perlahan membuatku tersiksa."
Lox yang mendengar penuturan Aaron saat ini kembali membuat dirinya menangis. Ia tahu betul bahwa barusan Aaron berkata dengan sejujurnya. Karena balik lagi dari awal bahwa wanita selalu lebih peka terhadap sesuatu yang terjadi. Dan Lox tau kalau Aaron tadi tidaklah berbohong.
Yang jadi permasalahan adalah Lox yang tidak bisa menghentikan tangisannya. Kali ini bukan tangisan karena kesedihan, melainkan karena kebahagian yang menguasai perasaannya. Lox betul-betul bahagia. Dia bahagia karena Aaron dengan sangat tulusnya mencintai dia sampai seperti ini.
Padahal jika bisa di pikirkan kembali. Ada banyak pria di luar sana yang mungkin akan memilih wanita baik-baik ketimbang wanita seperti dirinya. Apalagi dengan dirinya yang sudah pernah di pakai, sudah dapat di pastikan bahwa laki-laki di luarsana tidak akan ada yang menjalin hubungan serius dengan Lox. Mereka lebih kepada bersenang-senang dan menikmati cinta satu malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Work Good Love
Fiksi PenggemarKalian bs follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (17+) ******* [Fanfict about Magcon] "Anybody can do bad work, but not everybody does good work." -Paul Simo...