Part 25

15.4K 253 18
                                    

"Hahahaha maafkan aku."

Hayden mendecih, "Sudahlah. Lebih baik aku pergi ke dapur dulu karena masih ada banyak kerjaan yang harus ku tanggung."

"Kau pelayan disini?"

"Enak saja! Aku ini yang punya Cafe ini tau! Pemuda tampan sepertiku ini mana bisa menjadi seorang pelayan. By the way, aku pamit undur dulu." kata Hayden membuat Lox mengangguk menyetujui.

Sambil menyesap teh hangatnya. Lox mengeluarkan ponsel lalu mengeceknya. Terdapat 2 pesan masuk dari sana. Satu dari Aaron, dan satu dari mantannya. Ia pun membuka pesan milik Aaron terlebih dahulu.

Aaron Redwood

Kamu dimana? Lebih baik kita membicarakan ini baik-baik terlebih dahulu.

Lox mendecih sebal. Ia tahu pasti jika berdebat dengan Aaron pasti ujung-ujungnya akan bertengkar. Dan dari pertengkaran itu akan membuat keduanya putus. Oleh karena itu ia sengaja tidak membalas pesan Aaron dan beralih ke pesan selanjutnya.

Ryan Reynolds

Dengar, aku tau kamu pasti masih marah denganku. Tapi tolong beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu secara langsung. Setelah itu aku janji tidak akan mengganggumu lagi, Lox.

Lox pun mengetikan jari-jarinya ke keyboard ponsel. Ia mengusulkan kepada Ryan untuk bertemu di Cafe ini saja. Habis pikir Lox daripada dia harus lelah naik bis lagi, lebih baik Ryan yang kesini.

Akhirnya Lox pun menunggu. Tapi tak sampai setengah jam, Ryan pun datang. Terbukti dari bel pintu yang berdenting membuktikkan ada orang yang baru saja masuk.

Langsung saja Lox mengangkat tangannya agar Ryan lebih mudah dalam menemukannya. Laki-laki itu pun tersenyum dan mulai menghampiri Lox.

"Di luar dingin sekali astagaa," ungkap Ryan sambil membuka mantelnya. "Kau tidak kedinginan?" Kemudian Lox menunjukkan jaket yang di kenakannya. Ryan mengangguk paham.

"Apa boleh aku memesan minuman hangat terlebih dahulu?"

"Hmm tentu." kata Lox membuat Ryan tersenyum sekali lagi.

Sambil menunggu, Ryan menggosok-gosokkan kedua tangannya sebentar. Barulah kemudian ia menjelaskan maksud dari kedatangannya, "Jadi seperti yang aku katakan bahwa aku minta maaf padamu tentang beberapa hari kemarin. Aku tak bermaksud, sungguh. Hanya saja kemarin akal sehatku sedang tidak stabil. Oleh karena itu maukah kau memaafkan diriku?"

"Aku tak tahu mengapa hari ini banyak sekali seseorang yang meminta maaf denganku. Akan tetapi baiklah. Aku memaafkanmu tentu saja."

"Terimakasih." Ryan tersenyum senang. Ia pun kini menyesap kopi panasnya dan tiba-tiba teringat sesuatu, "Oh ya! Bukankah kamu pernah bilang padaku bahwa kamu ingin berkuliah kembali?"

Entah kenapa mendengar kata kuliah mampu membuat mood seorang Lox terangkat. "Ya benar. Darimana kau mengetahui hal itu?" tanya Lox yang tanpa sadar sedikit lebih bersemangat.

"Hei! Tentu saja aku mengetahui dirimu! Hahahaha." tawa Ryan yang entah kenapa seperti tersirat akan sesuatu. Tapi laki-laki itu melanjutkan, "Aku mempunyai kabar gembira untukmu. Ini lihat, universitas ini menyediakan beasiswa untuk warga kenegaraan luar. Kau bisa ikut ini, Lox."

Lox melihat edaran yang diberikan oleh Ryan. Namun hal ini membuat dirinya lemas. "Kau tau? Ini sama saja aku jatuh ke dalam lubang yang sama. Karena pada akhirnya beasiswaku akan dicabut dalam beberapa bulan mendatang karena status kewarganegaraanku."

Ryan memberikan ekspresi sedihnya, "Oh maafkan aku." katanya dengan muka dibuat seperti orang peduli. Padahal jauh di dalam itu semua ia memiliki niat yang tak baik pada Lox.

"Hei kalau tidak begini saja. Bagaimana kalau kau mengikuti jalur khusus yang ku berikan padamu?"

"Jalur khusus? Yang kau berikan? Memangnya apa hubunganmu dengan kampus itu?" tanya Lox penasaran membuat Ryan berpikir cepat.

"Soal itu, kita bicarakan nanti. Yang jelas jika kamu mengikuti jalur khusus yang ku berikan, kamu akan bebas uang pangkal juga gratis semester dua bulan. Bagaimana? Bukankah hal ini menarik?"

"Tapi syaratnya apa?"

"Kau tidak perlu memusingkan hal itu, Lox. Biar semua aku yang mengurusi. Oke?"

"Apakah ini serius? Maksudku ini nyata?" tanya Lox dengan tersenyum lebar. Ryan mengangguk mantap.

"Baiklah aku mau mengikuti jalur khusus itu."

"Tepat sekali keputusanmu. Dan ini adalah lembaran yang harus kamu isi dan tanda tangani. Kalau sudah selesai, kamu bisa memberikannya padaku."

"Hm," Lox mengangguk senang. "Kalau begitu aku permisi dulu."

"Baiklah! Sampai jumpa!" kata Ryan dengan melambaikan tangan ke arah Lox. Setelah gadis itu menjauh. Ryan menyesap kopinya lalu menggumam, "Dasar bodoh!" kemudian ia menaruh cangkir kopi tersebut ke atas meja sambil tersenyum sinis.

Bad Work Good LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang