Chapter 16

255 27 0
                                    

"Apa makanan favoritmu?" tanya Jeonghan.
"Ramen." jawabku singkat.
"Ah, ne..." balas Jeonghan. Saat melewati kedai ramen, Jeonghan langsung memarkirkan mobilnya di kedai itu. Tanpa pikir panjang, ia langsung keluar dan membukakan pintu untukku.
"Ayo turun dan makan dulu.. Aku tahu kau masih marah padaku.." kata Jeonghan. Aku hanya tersenyum kecil dan menuruti apa katanya.

Meskipun ia mengesalkan, ia juga punya sisi romantis seperti ini... Batinku. Tanpa basa-basi, aku langsung menggandeng tangannya. Ia hanya terkejut melihat kelakuanku.
"Mwo!? Terbentur apa kau barusan? Bukankah kau marah padaku tadi?" tanyanya dengan wajah kaget bercampur heran.
"Ne.. Aku memang marah padamu. Tapi tidak semarah sebelumnya.. Sekarang sudah mulai reda kok.. Aku tahu kau tadi banyak berbicara karena ingin membelaku, kan... Jadi aku memakluminya, kok..." jelasku sambil tersenyum.
"Haha.. Aku semakin menyukaimu.. Kau bersikap dewasa..." kata Jeonghan sambil menggandeng tanganku erat.

"Ahjumma, aku pesan ramen 2 ya.. Yang satu tidak pedas dan satunya lagi tidak terlalu pedas.." minta Jeonghan pada ahjumma pemilik kedai ramen itu.
"Bagaimana kau bisa tahu aku tak suka pedas?" tanyaku.
"Aku hanya tidak ingin kau sakit perut, sayang.." jawab Jeonghan sambil tersenyum.
"Mwo!?!? Sayang?" tanyaku kaget.
"Memang kenapa? Kau kan pacarku.." balasnya.
"Memang aku pacarmu.. Tapi apa tidak terlalu cepat untuk memanggil dengan kata sayang? Aku merasa agak canggung..." jawabku sungkan.
"Haha.. Baiklah, aku akan memanggilmu dengan namamu saja dulu..." balasnya sambil memelukku dari samping. Kami pun duduk sambil bercanda ria. Makanan pun datang.
"Ini dia pesanan kalian.." kata ahjumma itu sambil tersenyum.
"Ne.. Gomawo, ahjumma.." jawabku dan Jeonghan bersamaan. Ahjumma itu pun pergi meninggalkan kami.

Aku makan dengan lahap sampai-sampai tidak menyadari bahwa Jeonghan memperhatikanku sambil tersenyum.
"Apakah kau kelaparan sampai segitunya?" tanyanya sambil melanjutkan makannya.
"Hehehe... Kau tahu saja.." kataku sambil tersenyum dengan mulut penuh. Ia terkekeh melihatku. Setelah selesai makan, Jeonghan pun membayar sedangakan aku duduk sambil main game di handphone-ku.
"Kajja... Ayo pulang, oppa-mu pasti sudah mencarimu.." katanya.
"Huh? Ah, oppa-ku hari ini pulang larut.. Jadi aku nanti di rumah sendiri.. Kenapa? Kau mau menemaniku?" tanyaku bercanda.
"Kenapa tidak!? Ayo, aku akan menemanimu sampai oppa-mu pulang.." jawabnya enteng.
"Mwo!? Aniya... Aku hanya bercanda tadi.." balasku kikuk.
"Haha.. Tidak apa. Mana mungkin aku membiarkan pacarku sendirian di rumah?! Kau kan juga punya semacam phobia dengan kecoak, kan!? Bagaimana kalau kau melihat kecoak dan teriak-teriak tidak jelas sampai pingsan?!" tanyanya menakutiku.
"Yakk! Jangan pernah menyebut kata-kata kecoak di hadapanku.. Aku langsung geli begitu mendengarkannya." jawabku agak takut.
"Hahahahahaha.... Aku hanya bercanda" balas Jeonghan dengan tertawa. Aku hanya tersenyum melihatnya.

Kami jalan kembali ke mobil. Saat masuk mobil, aku langsung menekan tombol agar kap mobil terbuka. Jeonghan langsung melajukan mobilnya.
"Bagaimana kalau kita ke taman? Please... Aku mau makan es krim." tanyaku memelas.
"Ne.. Ayo kita ke taman." jawab Jeonghan.

My JeonghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang