Aku dan anak-anak lain langsung bertepuk tangan dan tertawa. Jeonghan langsung menggandeng tanganku. Jeonghan langsung melihat ke arah Seungcheol dan Vernon.
"Sepertinya masih ada 2 namja yang belum memiliki pasangan..." goda Jeonghan.
"Yakk! Diamlah!" bentak mereka bedua bersamaan. Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka.*Skip sampai pukul 23.30*
"Anak-anak.. Untuk malam ini kita akan mengadakan game. Gamenya adalah mencari bendera di hutan. Game ini akan dilakukan oleh 2 orang. Satu yeoja dan satu namja." jelas guru Cho panjang lebar.
"Silahkan pilih pasangan masing-masing." timpal guru Shelly. Jeonghan langsung memelukku, sama dengan 2 pasangan baru itu. Vernon langsung mendekat ke arah Choi In Ha.
"In Ha, kau denganku, ya?!" tanya Vernon dengan wajah memelas.
"Boleh saja. Asalkan kau tidak mencuri kesempatan.." jawab In Ha ketus. Vernon hanya mempoutkan bibirnya.Kami pun mulai berjalan menyusuri hutan. Bisa dibilang cukup mencekam karena hutannya gelap dan diselimuti kabut yang cukup tebal. Lebih dari cukup untuk bisa membuatku ketakutan setengah mati. Aku hanya bisa menggenggam lengan Jeonghan seperti lem. Ia hanya tersenyum sambil mengarahkan senternya ke segala arah untuk mencari bendera-bendera itu. Karena berjalan-jalan cukup lama membuatku capek. Aku berhenti dan menyandarkan tanganku pada pohon di sebelahku.
"Huftt.. Istirahat sebentar, ya.." pintaku pada Jeonghan. Ia hanya menurutiku sambil tersenyum. Aku merasakan ada yang merambat di daerah jemariku. Karena merasa tidak enak, aku pun meminta Jeonghan untuk mengarahkan cahaya senter ke arahku.
"Jeonghan, bisakah kau mengarahkan sentermu ke arah tanganku? Aku merasa ada yang tidak beres.." jelasku pada Jeonghan. Jeonghan pun mengarahkan senternya ke tanganku.
Wajahnya memucat.
"Waeyo?" tanyaku bingung.
"Kau pasti tidak mau tahu apa yang ada di tanganmu sekarang... Yang pasti jangan menoleh ke situ." jelasnya sambil menunjuk ke arah tanganku. Aku merasa dirinya aneh dan langsung menoleh.
"Kyyyaaaa!!!!" teriakku sambil mengibas-ngibaskan tanganku dan berlari. Itu adalah kecoak yang sangat besar. Jujur saja, aku lebih takut kecoak daripada hutan ini. Karena tidak melihat aku pun tersandung akar pohon.
"Augh..." aku merintih sambil memegang kakiku. Jeonghan terlihat berlari mengikutiku.
"Yakk, sudah kubilang untuk tidak menoleh.. Kenapa kau malah menoleh!? Lihat apa yang terjadi sekarang.." katanya ngos-ngosan sambil membantuku berdiri.
"Sepertinya tadi itu hanya serangga mainan.. Tepat di atas kecoak itu ada bendera ini.." katanya sambil menunjukkan bendera warna biru.
"Mianhae.. Aku sangat takut tadi.." kataku merasa bersalah.
"Sudahlah... Kajja..." katanya sambik melingkarkan lenganku di pundaknya agar aku bisa berjalan. Selama perjalanan ia tidak berbicara sepatah kata pun. Sepertinya ia masih marah atas apa yang kulakukan tadi.Aku mencium pipinya. Cukup lama hingga ia terhenti. Aku melepaskan ciumanku di pipinya.
"Mianhae.. Aku tidak bermaksud membuatmu mengejarku sampai kau bahkan harus membopongku seperti ini.." kataku sambil sedikit menunduk. Ia hanya diam dan melihat ke arah lain. Sesaat kemudian ia melepas lenganku di pundaknya dan memegang pundakku.
"Tak apa.. Ini sudah menjadi tugasku sebagai teman satu tim dan sebagai pacar.." katanya sambil tersenyum. Aku pun membalas senyumannya.