"Gomawo, Vernon.." kataku sambil membalas senyumannya. Ia hanya mengangguk sambil mencari sesuatu dalam lemari. Setelah menemukannya, ia segera bilang padaku untuk menjulurkan kakiku yang sakit.
"Mana kakimu yang sakit? Aku harus mengobatinya.." katanya sambil mengambil sikap berlutut di depanku.
"Ah, tak usah repot-repot.. Ini hanya terkilir biasa.." jawabku sungkan.
"Terkilir biasa!? Jika hanya biasa kau pasti masih bisa berjalan meskipun hanya sedikit. Tapi lihat, untuk berdiri saja susah.. Kemarikan kakimu!" bentak Vernon. Karena aku kalah debat, dengan berat hati aku mengulurkan kakiku. Saat Vernon memegang pergelangan kakiku,
"Aah! Itu sakit sekali.." rintihku.
"Mwo!?!!? Baru kupegang saja sudah sakit.." kata Vernon tak percaya. Ia lalu memijit kakiku pelan. Setelah itu kakiku diperban di bagian pergelangan karena agak berdarah tadi."Gomawo.." kataku padanya.
"Tak apa.." jawabnya sambil tersenyum.
"Ayo kembali ke kelas.. Jeonghan dan Seungcheol pasti sudah menunggu lama.." lanjutnya. Aku hanya mengangguk setuju. Kami berdua pun berjalan dengan pelan menuju kelas. Aku tepatnya yang berjalan lebih pelan.Saat sampai di kelas, Seungcheol langsung bertanya pada kami berdua.
"Yaak, mengapa lama sekali!?" tanya Seungcheol dengan ekspresi tidak sabar.
"Tadi saat Yeon Wa hendak mengambil sesuatu di lokernya tiba-tiba saja Jennifer langsung mendorongnya dengan keras hingga terjatuh. Jadi tadi aku menggendongnya ke UKS dan mengobatinya." jelas Vernon.
"Mwo!? Jennifer berulah lagi!?" tanya Jeonghan yang tadi ikut mendengarkan.
"Ne.." jawabku singkat.
"Dia harus kuberi pelajaran sekarang!" kata Jeonghan dengan geram sambil keluar kelas. Aku segera menahannya dan berkata,
"Sudah tak usah.. Tadi Vernon sudah memberinya pelajaran.." kataku berusaha menenangkan Jeonghan.
"Benarkah itu, Vernon?" tanya Jeonghan.
"Ne.." jawab Vernon singkat.
" *huft* baiklah kalau begitu.. Apakah kakimu masih sakit?" tanya Jeonghan dengan khawatir.
"Sudah tidak apa kok.. Tadi Vernon sudah mengobatinya di UKS.." kataku sambil tersenyum.Bel pulang sekolah berbunyi. Kami berempat pun pulang bersamaan.
"Yeon Wa, apakah setelah ini kau sibuk?" tanya Vernon.
"Aniya.. Wae?" tanyaku.
"Bagaimana kalau kita berempat jalan-jalan sebentar?" usul Vernon.
"Ide yang bagus. Aku ikut!" jawab Jeonghan.
"Aku juga. Lagian aku di rumah nanti sendirian.. Jadi apa salahnya kalau aku ikut.." jawabku.
"Baiklah. Sudah diputuskan kita nanti akan pergi ke mall. Seungcheol, aku berangkat bersamamu, ya.." tanya Vernon pada Seungcheol dengan wajah memelas.
"Baiklah.. Yeon Wa, kau bersama Jeonghan, ya..?" tanya Seungcheol.
"Ne.." jawabku langsung menoleh ke Jeonghan.
"Ayo berangkat sekarang kalau begitu.." jawab Jeonghan.Akhirnya kami berangkat. Vernon menaiki mobil sport merk BMW milik Seungcheol. Sedangkan aku, entah..
Saat sampai parkiran aku melihat ada mobil sport berwarna biru tosca kesukaanku.
"Waah.. Mobil siapa ini?" tanyaku pada Jeonghan.
"Tentu saja mobilku, Yeon Wa.." jawab Jeonghan dengan wajah datar.
"Naiklah.." katanya dari dalam mobil saat kusadari tadi aku melamun. Saat aku masuk, tak kusangka mobilnya rapi sekali sampai-sampai tanpa sadar aku melongo.
"Kenapa? Kau kaget mobil seorang laki-laki bisa serapi ini!?" tanya Jeonghan. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kikuk ke arahnya.
"Aku tidak suka dengan hal yang berbau berantakan.. Nah, kau suka menghirup udara segar, kan!?" lanjut Jeonghan sambil bertanya padaku. Belum sempat kujawab tiba-tiba bagian kap atas mobil mulai terbuka.
