Melissa's POV
Here I am. Duduk di bangku yang terletak di sudut perpustakaan dengan Harry di hadapanku. Ia sedang duduk dengan buku berdiri di depannya sampai- sampai aku tidak bisa melihat wajahnya. Kami sudah berada di ruangan ini selama 45 menit. Aku sedang melihat-lihat soal yang Harry tidak mengerti. Ia menyuruhku untuk mengerjakannya, tetapi aku menolak. Aku hanya akan membacanya dan menjelaskannya, dan Harry akan mengerjakannya.
Tuk tak tuk tak
Aku mengetuk-ngetuk pensilku sambil membaca soal yang Harry berikan. Aku sudah setengah jam membacanya, soal yang ia berikan cukup banyak. Maka dari itu aku harus menulis rumusnya di buku kotretanku.
"Ahhh, akhirnya. Soalmu sudah aku temukan jawabannya. Sekarang kau bisa tutup bukumu dan perhatikan aku menjelaskan soal-soal matematikamu," ucapku tersenyum senang.
"..."
Hmm, tidak ada jawaban.
"Styles?"
"Helloooo?"
Aku mengambil buku yang berdiri di hadapannya. Dan yang kulihat dibalik buku itu adalah wajah Harry Styles dengan mata tertutup. Ia tertidur.
Aku mengambil tempat pensilku dan melemparnya ke kepala Harry. Tetapi, tidak terjadi apa-apa. Ia masih tertidur. Aku pun berpikir keras agar bisa membangunkan alien yang satu ini. Tiba- tiba, sebuah lampu yang cerah terpancar di atas kepalaku. Aku pun mengambil buku kotretanku yang tidak terlalu berat, hanya 256 halaman. Dannn.....
Brakkkk
Buku itu tepat mengenai kepala Harry. Harry langsung terbangun, dengan ekspresi kaget. Mulutnya terbuka lebar dan matanya membulat. Aku menahan tawaku.
"Wake up, Sleeping Beauty. Kau harus mengerjakan soal-soal ini."
Ia menatapku tajam. Dan mengucek- ngucek matanya menggunakan jari telunjuknya.
"Kau lama sekali menghitungnya. Bagaimana bisa kau dipanggil Nona Otak Rumus jika caramu mengerjakannya sangat lambat?" protesnya dengan wajah datar.
"Kau memintaku untuk menghitung 40 soal dan aku mengerjakannya selama 30 menit. Sudahlah jangan banyak protes, aku di sini untuk me- tutor mu kan? Jadi, perhatikan," titahku.
Harry hanya memutar kedua bola matanya dan mulai memperhatikan.
***
2 jam kemudian,
40 soal sudah kujelaskan. Dan Harry mengerjakan soalnya dengan lancar. Aku tidak tahu kalau otaknya sangat mudah mencerna pelajaran, apalagi pelajaran matematika.
"Okay, wow. Kau sangat cepat mencerna semua rumusnya. Baiklah, sudah saatnya aku untuk pulang. See you later." Aku tersenyum dan mulai beranjak dari bangku perpustakaan.
"Kau pulang sendiri?" Pertanyaan Harry membuatku diam di tempat selama beberapa detik.
"Y-ya, aku akan jalan ke halte dan menunggu bus datang," jawabku. Ya ampun, apa yang terjadi denganmu, Mel?
"Bagaimana jika kau ikut denganku. Sekarang sudah sore. Tidak baik bagi seorang wanita berjalan sendiri. Lagipula sebentar lagi akan turun hujan," jelasnya. Aku terdiam. Ia bukan Harry yang biasa aku kenal. Harry yang ini lebih baik dan perhatian.
"Tidak usah. Aku sudah biasa berjalan sendiri kok," jawabku sambil tersenyum kaku.
"Ikutlah denganku, Melissa. Aku tidak mau dicap sebagai pria yang tidak gentle karena meninggalkan seorang wanita pulang sendiri," paksanya. Wajahnya memang datar, namu perkataannya membuatku tidak bisa berkata apa-apa.
"Harry, kau amnesia ya? Aku Melissa Marie Brown, wanita yang selalu kau bully sejak satu tahun yang lalu. Aku kira kau lebih menginginkan menjadi bad boy daripada menjadi gentleman," candaku lalu terkekeh.
"Baiklah, aku tidak peduli." Ia langsung berjalan keluar dari perpustakaan meninggalkanku sendiri. Wow, ternyata ia tetap Harry yang kukenal, jahat dan tidak perhatian.
***
Sudah satu jam aku menunggu di halte ini. Tidak ada satupun bus yang lewat. Aku menyesal, mengapa aku tidak menerima ajakan Harry tadi? Ugh, aku terlalu gengsi. Kebiasaan perempuan.
You say I'm crazy
Cause you don't think I know what you've done
But when you call me baby
I know I'm not the only oneAku menyanyi-nyanyikan lagu itu dengan volume yang kecil agar tidak ada yang mendengarkan. Lagu itu adalah lagu favoritku. Bukan hanya karna suara emas yang dimiliki Sam Smith, tetapi makna lagu itu mengingatkanku pada masa lalu ku.
Tetes demi tetes air terjatuh dari langit. Sudah 90 menit aku di sini. Mungkin sebaiknya aku jalan kaki.
Aku beranjak dari halte bus itu. Bajuku mulai basah. Aku memeluk tasku agar tidak basah. Aku menyebrangi jalanan yang becek terkena air hujan. Baru saja beberapa langkah aku berjalan, sebuah mobil berhenti di hadapanku. Oh God, bagaimana jika orang yang berada di dalam mobil ingin menculikku? Aku tidak mau diculik, aku belum lulus SMA, aku bahkan belum menggapai cita- citaku, dan yang paling penting adalah....aku belum bertemu jodohku.
Pintu mobil itu terbuka. Terlihat seorang yang familiar di dalam mobil itu
"Kau akan tetap diam di situ sampai membeku atau masuk ke dalam mobilku sekarang?" Tanyanya dengan wajah datar, tetapi nadanya memerintah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jadii????
Gimana???
Rame ga????
Jangan lupa vote and comment kalo kalian suka.
Kalo bisa promosiin cerita ini ke teman- teman kalian.
Thanks:)Love u guysss<3

KAMU SEDANG MEMBACA
HERE
Fanfiction[COMPLETED] 22 Oktober 2016 TOLONG jangan mengikuti setiap bagian kecil dari cerita. Apalagi 'hal-hal aneh dan unik' yang ada di ceritaku, itu susah mikirnya. TOLONG hargai:) Jangan plagiat ya. ⚠WARNING⚠ Cerita ini aku tulis udah lama banget, jadi p...