4.WHAT?!!

487 103 19
                                    

Ceritanya aku edit ya supaya kalian ga susah bacanya:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Melissa's POV

"MELISSA MARIE BROWN!"

Setelah teriakan itu, Mr. Evans memerintahkanku untuk menemuinya saat jam pelajaran matematika selesai. Aku pun hanya mengiyakan dan langsung memperhatikan pelajaran.

tetttetttttt

Wait, aku baru sadar kalau bunyi bel sekolah sama seperti bunyi alarm. Sungguh kebetulan yang tak terduga kan? Sudah setahun aku bersekolah di sini dan aku baru menyadarinya sekarang.

"Selamat siang, Sir," aku menyapa Mr.Evans, kami memang agak dekat karena aku termasuk murid berprestasi di kelas.

"Duduk," titah Mr. Evans tanpa menatapku sedikitpun. Sepertinya ia masih marah. Well, saatnya bersiap-siap untuk dihukum.

Mr. Evans meletakan tumpukan kertas yang baru selesai dibacanya, lalu menatapku curiga. Aku hanya menatap matanya balik sambil memasang ekspresi bingung. Apakag ada sesuatu yang menempel di wajahku?

"Saya ingin membicarakan tingkah lakumu di kelas, Ms. Brown. Sejak akhir semester kemarin, kamu selalu melamun dan tidak memperhatikan pelajaran, Ms. Brown. Saya curiga nilaimu yang selalu A ternyata didapatkan bukan karena kecerdasan otakmu," jelas Mr. Evans.

"Maksud anda?" tanyaku, masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Mungkin semua nilai bagusmu bukan murni dari otakmu," ujar Mr. Evans dengan raut wajah kecewa.

"Anda pikir saya menyontek?Mengapa anda bisa berpikir seperti itu, Sir?" tanyaku kaget.

"Kau jarang memperhatikan pelajaran, Mel. Aku mulai tidak percaya kalau kau benar-benar pintar di matematika."

"Percayalah padaku, Mr. Aku sudah mempelajari materi kelas 11 ini saat liburan kenaikan kelas, aku sudah mempelajari dan memahami semuanya. Aku bisa membuktikannya kepadamu bahwa hasil semua ujian saya itu murni," jelasku dengan memasang wajah memelas.

"Buktikan kalau begitu," jawab Mr.Evans singkat.

"Bagaimana, Sir?"

"Ada seorang murid di kelas mu yang selalu mendapatkan nilai F di kelas dan sama sekali tidak peduli dengan nilainya. Aku ingin kau memgajari anak itu," jelas Mr. Evans.

Dag! Dig! Dug!

Jantungku berdegup kencang. Perasaanku mulai tidak enak. Aku haraap anak itu bukan---

"Anak itu bernama Harry Styles."

"WHAT?!! apakah tidak ada anak yang lebih bodoh dari dirinya, Sir?" tanyaku setengah berteriak.

Ya ampun, Harry yang selama ini membullyku ternyata lebih bodoh dari yang kukira. Walaupun aku tau ia memang bodoh. Jangan katakan itu padanya, jika ia tahu, aku akan menjadi pancake dan cerita ini tidak akan selesai. Dan kalian para fansku, akan sedih jika cerita ini tidak selesai. Anyway...

"Ia tidak bodoh, ia hanya butuh tutor. Saya akan memberi tahu dirinya bahwa kau adalah tutornya. Sekarang, kau bisa pergi makan siang. Kau harus buru-buru, Ms.Brown, aku telah menghabiskan 15 menit jatah waktu makan siangmu," jelas Mr.Evans panjang lebar.

"Okay, Mr. Thank you"

Aku keluar ruangan dengan lemas. Bagaimana ini? aku akan me-tutor Harry. Kemungkinan besar aku sudah menjadi abu sebelum mulai me-tutornya. Ia adalah mimpi terburukku. Pikiran itu terus menghantuiku,entah mengapa sekolah ini semakin membenciku. God, Help me.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gimana ceritanya rame ga????rame dong pasti.
jangan lupa vote + comment ceritaku.
Besok mungkin aku bakal update lagi.
comment kalau pengen ceritanya lebih dipanjangin yaaa.
naxt ga????
kalo votenya udh 10++ aku next yaaaaa
                   love u guyssss

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang