17. Strong?

302 39 6
                                    

Tolong tinggalkan jejak:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Author's POV

Senin. Hari yang tidak ditunggu-tunggu tetapi selalu datang tepat waktu. Melissa membuka matanya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi selama 20 menit, ia keluar dari kamar mandi dan membereskan buku-bukunya. Lalu, ia menata rambutnya ala side braid dan memakai lipgloss sedikit. Itulah aktivitas rutin yang Melissa jalankan saat pagi hari.

Melissa duduk di kasurnya dan membuka handphonenya. Pesan dari laki-laki itu tidak ia balas. Ia takut salah orang. Mungkin saja itu bukan laki-laki yang ia pikirkan.

Harry.

Laki-laki itu tiba-tiba muncul lagi di pikirannya. Ia rindu laki-laki itu, walaupun mereka baru 2 hari tidak bertemu. Tetapi, perasaan tidak enak karena menolak Harry waktu itu membuatnya gelisah. Ia berencana untuk meminta maaf nanti di sekolah. Mungkin mereka bisa menjadi teman lagi. Walaupun, Melissa ingin lebih dari sekedar teman.

Tok! Tok! Tok!

"Kak! Lagi apa sih? Cepat keluar, kita harus berangkat sekarang," teriak Molly dari balik pintu.

"Tunggu sebentar," teriak Mel. Ia berjalan menuju pintu kamarnya. "Mengapa buru-buru sekali sih?"

"Kak Mel, coba tengok jam dinding tuh, punya jam itu dipake. Lima belas menit lagi bel masuk sekolah loh kak."

"Hah?!" Mel menengok jam dinding biru di kamarnya. Pukul 7.15 , ya ampun! Ia berlari meninggalkan Molly.

"Punya kakak kok seperti ini sih?" Molly menggeleng-geleng kepalanya. Ia pun berjalan menyusul kakaknya yang sudah ada di lantai bawah. Saat sudah sampai di lantai bawah, ia melihat kakaknya sedang mengoleskan coklat di atas roti.

"Sudah jadi rotinya, ayo Dad, Mol. Kita berangkat sekarang." Mel berlari sambil memegangi rotinya.

"Ya sudah, ayo berangkat. Kami berangkat ya, sayang," ucap Michael kepada istrinya.

"Okay, hati-hati di jalan."

***

Melissa's POV

Syukurlah aku tidak terlambat sekolah. Aku sekarang sedang duduk di bangku yang berada di sudut ruangan. Sekarang pelajaran matematika. Mr. Evans sedang menjelaskan materi. Tetapi pikiranku melayang-layang. Aneh. Kemana laki-laki itu? Bangku di sebelahku kosong. Biasanya dia duduk di sebelahku bukan? Apa jangan- jangan ia pindah sekolah, atau mungkin pindah rumah. Atau jangan- jangan ia bunuh diri! Tenang Mel, tenang. Semua ini salahku. Aku harusnya membalas pesannya malam itu. Sekarang pikiran burukku menghantuiku.

Tetttettt

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas. Aku merapikan buku-bukuku dan berjalan keluar kelas.

"Melissa!" Suara teriakkan Mr. Evans membuatku celingak- celinguk mencari sumber suara. Kulihat Mr. Evans berlari ke arahku.

"Iya, Sir? Ada apa?" tanyaku kebingungan.

"Apakah tadi kau mencatat semua materi yang saya jelaskan?" tanya Mr. Evans.

"Iya, Sir. Memangnya ada apa?"

"Begini, Harry tidak sekolah hari ini, ia sakit. Boleh saya minta tolong? Tolong pinjamkan catatanmu kepada Harry, saya tidak mau ia ketinggalan pelajaran," jelasnya.

"Hm, baiklah. Apakah anda punya alamat rumahnya, Sir?"

"Ini alamatnya," Ia memberiku secarik kertas yang bertuliskan 'Komplek Jasmine Blok A Nomor 22'.

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang