Hai, tinggalkan vomments ya:)
Maaf banyak typo wkwk
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^Author's POV
Ya ampun, pusing sekali. Batin gadis itu saat membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Mengapa semuanya buram? Tanyanya dalam hati.
"Ini kacamatamu." Suara berat itu membuat gadis itu terlonjak kaget. Ia pun meraih kacamata dari lelaki bersuara berat itu. Lalu, ia memakai kacamatanya.
Ia menatap ruangan yang sedang ia tempati, sebuah kamar besar dan mewah. Kamar siapa ini? Pikirnya. Ia masih duduk di kasur king size yang berada di kamar itu. Lalu, pandangannya jatuh kepada laki-laki yang duduk di kursi sebelah kanan kasur. Laki-laki itu sedang memainkan handphonenya.
"Kau yang melawan empat pria itu?" tanya Melissa sambil mengerutkan dahinya.
"Iya, aku juga yang mengobati lukamu. Sama-sama," jawab laki-laki itu tanpa melirik Melissa sedikit pun.
"Terima kasih," ucap gadis itu sambil memutar kedua matanya.
"Ya."
Ish, dingin sekali dia. Biasanya tidak seperti ini. Melissa menggerutu dalam hati.
"Sudah berapa jam aku pingsan?" Tanyanya lagi.
"6 jam," jawab lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone.
"Aku mau pulang sekarang," pinta Melissa.
"Kau masih sakit." Laki-laki itu langsung mengalihkan pandangannya dari handphonenya, lalu menatap gadis itu. "Lagipula, sekarang sudah malam."
Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya menatap wajah laki-laki itu sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Apa?" tanya laki-laki itu, salah tingkah.
"Harry, ada apa dengan mata kananmu? Apakah empat pria itu yang melakukannya? Ya ampun, ini semua salahku. Apakah itu sakit? Maafkan aku, aku hanya membuat masalah. Seharusnya kau---" Gadis tersebut panik.
"Aku baik-baik saja, Mel. Lagipula, jika aku tidak ada di sana tadi sore, kemungkinan besar kau sudah ada di kamar mayat sekarang," potong lelaki berambut keriting itu.
"Harusnya kau tidak perlu membantuku. Aku jadi merasa sangat bersalah. Lagipula, aku baik-baik saja sekarang, iya kan?" Tanya gadis itu sambil mengangkat kedua alisnya. Harry menatapnya iba. Luka-luka seperti itu kok baik-baik saja? Tanyanya dalam hati.
"Kau terlihat lebih buruk dariku." Harry terkekeh.
Melissa hanya memajukan bibirnya tanpa ada niatan untuk menjawab ejekan Harry.
"Sudah malam, saatnya kau tidur," titah lelaki keriting itu sambil menghela napas.
"Tapi bagaimana dengan orangtuaku?"
"Aku sudah menelponnya tadi," jawab lelaki itu singkat.
Orangtua macam apa yang membiarkan anak perempuannya tidur di rumah lelaki seperti dia? Lelaki dingin yang susah sekali berekspresi. Pikir Melissa.
"Good night." Harry menatap Melissa sebentar, lalu berjalan keluar kamar tersebut.
Gadis itu hanya menatap punggung Harry yang semakin lama semakit tidak terlihat.
"Good night," gumamnya.
***
Melissa's POV
Aku membuka kedua mataku, lalu melirik jam yang tergantung di dinding. Sudah jam 8?! Seharusnya aku kan sekolah!
Aku langsung mencoba untuk berdiri. Kakiku masih terasa sakit karena tendangan Si Botak kemarin. Aku berjalan pincang keluar kamar. Pandanganku menyapu seluruh ruangan mencari lelaki berambut keriting itu. Hmm, kamar tadi berada di lantai dua ternyata. Aku pun berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Saat sudah berada di lantai bawah. Aku mencium aroma makanan yang sepertinya berasal dari dapur. Aku pun berjalan menuju dapur. Saat aku sudah berada di dapur, kulihat Harry sedang memasak sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HERE
Фанфик[COMPLETED] 22 Oktober 2016 TOLONG jangan mengikuti setiap bagian kecil dari cerita. Apalagi 'hal-hal aneh dan unik' yang ada di ceritaku, itu susah mikirnya. TOLONG hargai:) Jangan plagiat ya. ⚠WARNING⚠ Cerita ini aku tulis udah lama banget, jadi p...