21. Iya kan?

252 34 2
                                    

Vommentsnya ya:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Author's POV

"Sudah sampai," ujar Harry. Setelah movie marathon, Harry mengantar Melissa pulang. Sudah 3 hari Melissa tinggal di rumah Harry, dan itu terasa sudah bertahun-tahun.

"Terima kasih ya, kau udah merawatku, menjagaku, menolongku, aku sepertinya terlalu sering merepotkanmu. Kau mau mampir? Mungkin orangtuaku ingin bertemu denganmu lagi," ucap Melissa. Harry hanya mengangguk, lalu membuka pintu mobil. Ia pun membukakan pintu untuk Melissa. Melissa berterima kasih, lalu mereka pun berjalan menuju rumah Melissa.

Tok! Tok! Tok!

"Mel! Ya ampun, akhirnya kau pulang. Bagaimana kabarmu? Ibu kangen sekali sama kamu." Melanie langsung memeluk putri sulungnya itu.

"Hai, Mum. Kabarku baik kok. Aku juga kangen Mum. Dimana Dad?"

"Dad masih di kantor. Hai, Harry. Terima kasih sudah menolong dan merawat Mel. Aku tahu, dia memang agak merepotkan." Melanie dan Harry tertawa. Sedangkan Mel hanya bisa mendengus kesal.

"Tak apa, Melanie. Aku sudah terbiasa kok dengan sikapnya." Harry melirik Mel dengan senyuman smirk yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Mel. "Aku pulang dulu ya, Melanie. Sampai bertemu lagi."

"Kau tidak mau masuk dulu?" Tanya Melanie.

"Tidak usah, aku ada pekerjaan," jawab Harry. "Aku pulang ya, Mel. Oh iya, besok di sekolah, rambut kamu diurai saja. Kau terlihat manis kalau rambutmu diurai."

Pipi Mel memanas, semakin lama Harry makin bersikap manis padanya. Tanpa ia sadari Harry sudah berjalan menuju mobilnya, wajahnya berseri-seri.

"Jadi, kalian sudah berpacaran?" Tanya Melanie secara tiba-tiba. Melissa menatap ibunya sambil menaikan sebelah alisnya.

"Kami hanya teman, Mum," ucapnya seraya memasuki rumah.

"Padahal Mum setuju-setuju saja kalau kalian pacaran, apalagi menikah," ucap Melanie sambil mengangkat bahunya.

"What? Mum aku masih SMA, aku masih ingin belajar. Lagipula, mengapa Mum setuju aku dengan Harry?"

"Mel, Harry itu lelaki yang tepat untukmu. Ia menolongmu saat kau dikeroyoki empat pria itu, ia merawatmu, ia meminta izin kepada Mum dan Dad agar kau menginap di rumahnya, ia juga sudah mapan loh," ucap Melanie seakan-akan sedang mempromosikan produk baru.

"Mum... aku dan Harry hanya berteman okay? Bagaimana mungkin ia bisa mapan?"

"Harry kan orang kepercayaan di perusahaan almarhum ayahnya, The Styles. Masa kau tidak tahu, ketinggalan jaman kamu." Melanie pun meninggalkan putrinya yang masih diam terpaku di dekat pintu.

Mum, aneh-aneh saja. Siapa coba yang ingin menikahi Harry? Walaupun ia mapan dan mempunyai harta 7 turunan pun, aku tidak akan menikahinya. Mengapa? Bukan karena aku membencinya. Karena ia terlalu baik untukku. Batin Melissa.

"KAK MEL?! KAKAK MENGAPA KEMBALI LAGI KE SINI? BUKANNYA KAKAK SUDAH TINGGAL DI RUMAH HARRY?!" Teriakkan Molly membuat Melissa tersadar dari lamunannya.

"Kamu tuh ya, kakaknya kembali ke rumah bukannya disambut," ucap Mel sambil memutar kedua bola matanya.

"Hehehe...lagian, aku kira Kak Mel sudah tunangan atau menikah jadi aku bingung mengapa Kak Mel kembali lagi." Molly terkekeh.

"Mengapa orang-orang mengira aku ada hubungan spesial dengan Harry sih?" Gerutu Melissa. Melissa pun berjalan meninggalkan adiknya yang masih memikirkan beribu-ribu pertanyaan.

***

Melissa mengambil handphone dari sakunya. Selama tiga hari di rumah Harry, Melissa tidak membuka handphone. Saat ia membuka kunci handphonenya dilihatnya 5 pesan dari ibunya, 1 pesan dari ayahnya, 1 pesan dari Molly, 14 missed call dari Crystal, dan 17 pesan dari Crystal. Ia membuka pesan-pesan itu.

Mum<3 : Sayang.
Mum<3 : Harry bilang kau terluka.
Mum<3 : Apakah baik-baik saja?
Mum<3 : Take care, My Mel.
Mum<3 : Mum percaya kok Harry bisa merawatmu;)

Melissa menghela napas saat melihat pesan terakhir yang dikirim ibunya itu. Ia lalu membuka pesan dari ayahnya.

Dad<3 : Cie.

Ya ampun, Dad. Sudah singkat, tidak jelas lagi. Gerutu Melissa dalam hati.

Mollz: AHAHAHAHA KAK MEL SELAMAT YA! ;)

Molly juga tidak jelas, anak dan ayah sama saja. Melissa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun membuka 17 pesan dari sahabatnya, Crystal.

My Crystal xx : Mel, kau dimana?
My Crystal xx : kau tidak sekolah ya?
My Crystal xx : Johnsons dan Lambert bilang kau sakit.
My Crystal xx : Mengapa kau tidak memberitahuku?
My Crystal xx : MEL
My Crystal xx : Sudah dua hari kau tidak sekolah.
My Crystal xx : Harry pun tidak terlihat.
My Crystal xx : Orang-orang bilang kalian pacaran.
My Crystal xx : Apakah gossip-gossip itu benar?
My Crystal xx : Apa
My Crystal xx : mungkin
My Crystal xx : kalian
My Crystal xx : sudah
My Crystal xx : menikah?
My Crystal xx : Kau tidak mengundangku, huh?
My Crystal xx : Kau honeymoon dimana?
My Crystal xx : Kapan kau akan membalas pesanku? Sampai Cat bisa melahirkan sambil karate?

What? Ugh gossip di mana-mana. Mana mungkin aku menikah dengan Harry? Suka saja tidak.

Iya kan?

***

Tetttettt

"Morning, Kak Mel! Saatnya sekolah, cepat bersiap-siap!" Teriak Molly sambil membuka pintu kamar Mel lebar-lebar. "Kak Mel cepat mandi. Oh iya, menurutku rambut Kak Mel diurai saja supaya luka sayatan di pipi Kak Mel tertutup oleh rambut."

"Ah iya, sudah sana keluar," ucap Mel setengah sadar. Ia pun berjalan menuju kamar mandi. Lalu, bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah ia menyisir rambutnya, Melissa langsung berjalan meninggalkan kamarnya. Ia pun menghampiri keluarganya yang tengah sarapan di ruang makan.

"Morning," sapa Mel, ia langsung menyambar nasi goreng buatan ibunya.

"Mel, kau sudah bisa mulai sekolah kan hari ini? Mum khawatir," ucap Melanie dengan nada cemas.

"Aku akan baik-baik saja, Mum."

***

"Dah, Molly. Dah, Dad," teriak Melissa. Ia pun memutar badannya menatap sekolah tercintanya itu. Ia mulai berjalan memasuki koridor. Orang-orang di koridor menatapnya. Ada yang berbisik-bisik, ada yang melambaikan tangan kepada Mel, ada yang menatap Mel dengan tatapan kaget.

'Katanya dia itu udah dimainin sama Harry.'
'Kok Harry mau sih sama perempuan seperti dia?'
'Sok cantik sekali dia.'

Melissa menundukan kepalanya. Bukan karena bisikan-bisikan orang di sekitarnya, tetapi karena ia melihat Helen menatapnya tajam dari ujung koridor.

Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang merangkul pundaknya.

"Jangan menunduk, nanti mahkotamu jatuh."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haiii
Kenapa ya makin lama makin dikit yg bacanya:(
Vommentsnya
Kritik dan sarannya juga ya
thanksss:)

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang