12. Lagu

372 58 6
                                    

Budayakan vomments:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Melissa's POV

Sudah dua hari yang lalu, hari di mana 'Hell'en memarahiku dan mencaci-maki ku, hari di mana dia memberiku tiga tamparan, hari di mana Harry mendapatkan tamparan keempat yang seharusnya aku rasakan, hari di mana Harry membelaku, dan hari di mana Harry memelukku.

Sejak hari bersejarah itu, murid yang membullyku semakin berkurang. Memang sih, masih banyak yang memanggilku Nerd, Fat, Sok Pintar etc, tetapi setidaknya tidak ada lagi yang memukuliku, menendang perutku, memasang jebakan di lokerku, dan hal aneh lainnya. Walaupun begitu, aku tetap merasa tidak aman. Aku masih takut Helen mempunyai rencana jahat karena tidak mungkin Helen membiarkan Harry pergi begitu saja.

Dan Crystal, ia meminta maaf berkali- kali karena tidak ada di sana hari itu. Ia berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Harry karena melindungiku. Ia tidak ada di sana karena ia harus langsung pulang. Ia sangat khawatir setelah mendengar berita tentangku. Ia berjanji akan selalu berada di sampingku.

Tetapi, tidak dengan hari ini. Hari ini Crystal tidak masuk karena harus menghadiri acara pernikahan tantenya. Harry pun tidak terlihat sejak tadi pagi.

Tetttetttt

Aku melangkahkan kakiku keluar kelas. Berjalan menyelusuri koridor mencari Harry. Well, aku tidak menemukannya. Beberapa orang melihatku sambil berbisik- bisik. Ya, itu yang mereka lakukan kepadaku sekarang, membuat gossip- gossip tentangku. Aku berjalan menuju tiga orang yang sedang bercanda di ujung koridor.

"Johnsons, Lambert, " sapaku sambil membetulkan kacamataku.

Mereka bertiga menatapku. "Apa?"

"Apa kalian tahu dimana Harry?"

Yang ditanya hanya mengangkat bahu. Aku pun menghela napas.

"Baiklah kalau begitu," ucapku lemas.

Aku pun berbalik, kembali menyelusuri koridor.

***

Aku duduk di bawah pohon rindang. Aku sekarang sedang berada di belakang sekolah. Asal kalian tahu, di belakang sini bukan hanya ada pohon rindang. Ada danau kecil dan jernih di hadapan pohon ini. Aku duduk sambil menghadap danau itu. Mataku terpejam.

Ooh, and I bet, she has it all
Bet she's beautiful like you, like you
And I bet she's got that touch
Makes you fall in love, like you, like you

I can taste her lipstick and see her laying across your chest
I can feel the distance every time you remember her fingertips
Maybe I should be more like her
Maybe I should be more like her

Aku menyanyikan lagu itu. Pikiranku berputar- putar, mengingat memori menyedihkan itu terjadi. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Aku tidak tahu kau bisa bernyanyi seindah itu."

Aku langsung membuka mataku. Mataku mencari orang yang berbicara tadi.

"Mengapa kau senang sekali mengagetkanku? Kau darimana saja? Aku mencarimu tapi kau tidak ada, " tanyaku sambil menghela napas.

"Well, wajahmu selalu menggunakan ekspresi 'aneh' saat aku mengagetkanmu. Aku mengobrol dengan Mr. Evans, lagipula aku sedang malas belajar. Btw, kau bisa bernyanyi?"

"Owh. Ibuku guru seni musik di suatu sekolah, ia mengajarkan anak-anaknya bernyanyi dan bermain alat musik," jelasku.

Harry duduk di sebelahku. Ia bersandar di pohon rindang itu.

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang