11.Helen

399 65 25
                                    

Mohon budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah membaca:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Melissa's POV

Teetttteeetttt

Akhirnya bel pulang berbunyi. Semua murid berlarian keluar kelas. Kelas sudah sepi dalam sekejap. Aku sedang membereskan buku- bukuku.

Aku menghela napas dan beranjak dari bangku kelasku.

Wow, ternyata koridor masih penuh. Aku harus berdesak- desakan saat berjalan menuju lokerku.

Brukkk

Seseorang mendorongku dengan sengaja. Aku tidak terjatuh, tetapi buku- bukuku berserakan kemana- mana. Aku menghela napas dan mulai berjongkok untuk mengambil buku- bukuku.

Beberapa orang tertawa melihatku yang agak kesulitan mengambil bukuku. Ada yang sengaja menendang bukuku, ada yang sengaja menginjaknya, ada yang melemparnya. Wow, hari yang sangat menyenangkan. Aku tersenyum hambar.

Akhirnya semua bukuku sudah ada di pelukanku. Aku pun berdiri dan melanjutkan perjalananku menuju lokerku.

Author's POV

Tiba- tiba, lautan murid- murid terbelah menjadi dua. Seseorang berjalan di tengah kerumunan. Jalannya bak model dengan dua orang teman di belakangnya. Baju kurang bahan berwarna pink membungkus badan ideal mereka. Rambut ombre mereka kibas- kibaskan. Mereka bertiga berhenti di depan Melissa.

Melissa hanya menunduk. Ugh, apakah hari ini bisa bertambah buruk? Mengapa aku harus bertemu tiga badut ini? Batinnya.

"Hai, Melissa. Apa kabar?" tanya Helen sinis. Kedua teman Helen berdiri di belakangnya sambil bertolak pinggang.

"Apa yang kau inginkan, Helen?" tanya Melissa kembali tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Helen.

Helen hanya tersenyum sinis sambil menatap Melissa.

"Apakah aku tidak boleh menyapa seorang teman?" tanya Helen.

"Jelaskan saja padaku apa yang yang kau inginkan," ucap Melissa tenang.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Melissa. Melissa mengelus pipinya yang memerah.

"Apa yang---"

"Tamparan itu karena kau sudah mencuri perhatian Harry dariku!" potong Helen. Sekarang mereka dikelilingi oleh semua murid. Beberapa dari mereka tertawa melihat Melissa.

"Aku tidak---"

Plak!

"Tidak usah bertingkah polos, Melissa. Aku tahu rencanamu di balik ini," desis Helen. Ia masih memasang senyuman sinisnya.

"Apa maksudmu?" tanya Melissa sambil memasang ekspresi bingungnya.

Plak!

"Kau ingin menyingkirkanku kan?! Kau sengaja mendekati Harry agar kau mendapatkan popularitas! Kau hanya anak culun, Melissa. Tidakkah kau sadar?! Bahkan sebagian orang di sini tidak menginginkanmu hidup," teriak Helen. Para murid berteriak setuju. Helen tersenyum bangga sambil mengangkat dagunya angkuh.

"Dan kau akan mendapatkan hukuman karena perbuatanmu itu," ucap Helen santai. Helen kembali mengangkat tangannya untuk menampar Melissa.

Melissa hanya bisa pasrah sambil memejamkan kedua matanya. Ia tahu pasti tamparan yang keempat ini jauh lebih sakit.

Plak!

Melissa tidak merasakan apapun. Ia tidak merasakan sakit sedikitpun di pipinya. Ia pun membuka matanya. Dilihatnya Harry berdiri di depannya. Pipinya sangat merah karena tamparan Helen.

"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Helen lembut sambil mengelus pipi Harry. Harry menepis tangan Helen. Ia menatap Helen dingin.

"Jangan sentuh aku," ucap Harry datar. Ia memerhatikan murid-murid yang menonton pertengkaran Helen dan Melissa tadi.

"Apa keperluan kalian di sini?" tanya Harry dingin. Murid-murid langsung pergi meninggalkan mereka.

"Jangan pernah ganggu hidup aku lagi," titah Harry sambil menunjuk Helen tepat di wajahnya. Harry pun berbalik dan menarik tangan Melissa. Baru beberapa langkah mereka berjalan, Harry menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap Helen tajam.

"Dan jangan pernah ganggu Melissa lagi."

***

Melissa's POV

"Terima kasih," ucapku. Hanya itu yang dapat aku katakan sekarang. Aku masib kaget dengan sikap Harry terhadap Helen.

Kami sekarang berada di lapangan parkir. Entah mengapa Harry menarikku ke sini, namun aku ikut saja. Yang penting jauh dari Helen.

Harry menatapku. Ia mengelus pipiku yang memerah karena tamparan Helen tadi. Aku menatapnya dengan senyuman kecil.

"Seharusnya kau tidak diam saja. Kau harus bertindak," ucapnya lembut.

Aku menundukan kepalaku. "Aku tidak bisa melawan, Harry. Prinsipku Kill them with kindness. Aku tidak mau membalas kejahatan mereka dengan kejahatan juga."

Jari telunjuk Harry mengangkat daguku ke atas, membuat mataku menatap mata hijaunya.

"Kau gadis terbaik yang pernah aku temui," ucapnya lalu memelukku. Dalam beberapa detik, aku hanya diam karena kaget. Lalu, aku juga memeluknya erat.

Setelah beberap menit, kami melepaskan pelukan kami. Harry menatapku.

"Aku antar kau pulang sekarang."
***

"Kau tahu, Harry. Aku terlalu merepotkanmu. Kau sudah banyak membantuku. Aku bahkan tidak banyak membantumu. Aku merasa tidak enak. Apa aku terlalu merepotkanmu? Apa aku menjadi beban buat kamu? Kamu harusnya tidak terlalu banyak membantuku. Harusnya---"

"Kau selalu saja cerewet." Harry mengacak- acak rambutku. "Kau tidak merepotkanku, Mel. Itulah gunanya teman, iya kan?"

"Ah, iya. Itulah gunanya teman," mengapa aku merasa sedikit sakit saat ia menyebut 'teman'?

"Sudah sampai. See you later, Mel." Harry memasang senyum smirk nya.

"See you later, Harry," ucapku tersenyum.

Mobilnya pun melaju, membelah jalanan.

Aku tersenyum seperti orang idiot.

"Wow, lihat siapa yang blushing? KAK MEL PUNYA PACAR. KAK MEL PUNYA PACAR," teriak seorang perempuan yang tidak lain adalah adikku sendiri.

Aku menutup mulut Molly dengan tanganku.

"Berisik. Aku tidak punya pacar, Molly." Aku memutar kedua bola mataku.

"AWW, kau menggigitku?!" pekikku.

"Makanya jangan gunakan tangan kotormu itu untuk menutup mulutku." Molly menjulurkan lidahnya.

Molly pun berjalan memasuki rumah. Saat sudah berada di depan pintu, ia berbalik.

"Kak, kalau punya pacar, tidakusah ditutupi. Lagipula, pacar kakak tampan kok," goda Molly sambil memasang senyum smirk nya dan berlari memasuki rumah.

"AKU TIDAK PUNYA PACAR, MOLLY." Aku pun berlari mengejarnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rame ga???
Maaf agak absurd ceritanya
Jangan lupa tinggalkan vomments, kawan.
Thanks:)

Love you guysss

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang