31. Later

214 23 5
                                    

Author's POV

9 years later...

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki begitu jelas terdengar di tempat sunyi itu. Langkahnya berhenti di depan batu nisan itu. Batu nisan dengan ukiran nama kekasihnya sembilan tahun yang lalu.

"Hai, Harry." Suara parau itu terdengar. Wanita itu berdiri tepat di depan batu nisan itu, tangannya menggenggam sebuket bunga mawar biru. Mata hijaunya melirik ke batu nisan di sebelahnya. "Hai, Tante Anne. Boleh aku bicara dengan Harry?"

"..."

"Terima kasih, Tante." Sebut saja ia gila, karena memang itu kenyataannya. Bukan gila dalam artian sakit jiwa atau mental, hanya gila. Melissa pun langsung duduk di depan batu nisan itu.

"Tidak terasa ya, sembilan tahun. Sembilan tahun yang lalu, tahun di mana kau dan aku menjadi kita. Sembilan tahun yang lalu, kau mendonorkan jantungmu. Sembilan tahun yang lalu, kau meninggalkan kita semua. I miss you." Wanita itu tersenyum simpul.

"Mereka sudah menemukan pembunuhnya satu bulan setelah kau meninggal. Helen. Ia yang berencana untuk membunuhku. Kau tahu, ia menangis tersedu-sedu saat tau kau meninggal karena ulahnya? Ia sempat menyalahkanku, tetapi pada akhirnya ia mengaku itu salahnya. Helen masuk rumah sakit jiwa, Har. Mereka bilang Helen mempunyai obsesi yang berlebihan kepadamu. Menumbuhkan perasaan ingin membunuh siapapun yang berada di dekatmu. Dan ia sangat membenciku. Aku selalu mengunjunginya. Memeriksa perkembangannya. Aku harap kami bisa menjadi teman." Melissa memainkan mawar-mawar yang ada di tangannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Jantungnya berdegup kencang.

"Maaf aku tidak bertemu denganmu selama sembilan tahun ini. Kamu bilang aku harus move on kan? Aku giat belajar, Har, menggapai cita-cita kita. Aku bisa menyanyikan lagu-laguku di depan banyak orang. Selama sembilan tahun ini, aku mengadakan beberapa tour. Suatu hari, aku bertemu pria ini. Ia baik, lucu, dan penyabar. Ia tahu tentang kau. Ia dan bandnya menyanyikan lagu-lagumu dari CD yang kau berikan, kuharap kau tidak marah karena aku memberinya CD itu. Aku menyayanginya, Har, tetapi aku mencintaimu. Ia begitu tulus kepadaku, sedangkan aku tidak bisa mencintainya. Kami menikah.... 2 tahun yang lalu. Maafkan aku." Isakan Melissa terdengar.

"Namanya Niall, Niall Horan. Aku harap kau tidak marah. I love you, Harry. Always." Melissa meletakkan mawar biru itu di depan batu nisan itu.

Wanita itu pun mulai melangkahkan kakinya keluar dari pemakaman itu.

Ceklik! Ceklik! Ceklik!

"Melissa! Siapakah orang yang baru saja kau datangi?"

"Melissa! Lihat ke sini!"

"Apakah kau dan Niall berencana untuk memiliki anak?"

"Apakah kau benar-benar akan hiatus?"

Melissa! Melissa! Melissa!

Melissa tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Yang ia lakukan adalah berjalan santai, seakan-akan tidak mendengar apapun.

Melissa masuk ke dalam mobilnya. Niall meliriknya, lalu menggenggam tangannya.

"You okay?" Tanyanya dengan senyuman tulus.

Melissa hanya mengangguk. Niall membersihkan air mata yang membekas di pipi Melissa. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan paparazzi yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yeayy last chapter!!!
Maaf banget garing bagian akhirnya. Maaf juga chapter ini pendek.

Jangan lupa baca carita baru aku ya, judulnya "Beautiful but Cold"
Vmmentsnya ditunggu:)
anks

Jangan lupa baca carita baru aku ya, judulnya "Beautiful but Cold"Vmmentsnya ditunggu:)anks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang