9. Teman

432 78 11
                                    

Tolong jangan sider ya. Tinggalkan vote dan comment. Thanks:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Melissa's POV

Sudah 3 minggu aku me- tutor Harry. Menurutku Harry bukan tipe pelajar yang bodoh. Ia mudah sekali mencerna setiap materi yang aku jelaskan. Sebagai guru tutor nya, aku sangat senang memiliki murid yang tidak susah belajar.

Walaupun sudah 3 minggu aku me- tutor Harry, tidak ada murid yang pernah melihat kami berduaan. Kami memang agak dekat saat aku me- tutor nya, tetapi saat ada murid lain, kami akan saling menjauh. Saat sekolah mulai, seperti biasa murid lain membully ku. Tetapi, Harry tidak membully ku lagi, ia akan berpura- pura tidak kenal atau berpura- pura tidak melihat.

Terkadang saat aku mengobrol dengan Crystal, ia akan membahas tentang Harry. Menanyakan apakah ia baik, apakah ia pintar, dan hal yang tidak penting lainnya. Bahkan Crystal pernah bertanya kepadaku apakah Harry pernah mengajakku nge date. Huh.

Sekarang aku dan Harry sedang berada di perpustakaan. Aku me- tutor Harry setiap hari Senin dan Kamis. Hari ini hari Sabtu. Ia sengaja memintaku mengajarinya hari ini karena kami akan ada ujian matematika hari Senin nanti.

Aku memainkan ujung rambutku yang aku tata side braid sambil membaca materi untuk ujian. Jika kalian ingin tahu, gaya rambutku tidak pernah berubah. Ya, aku tahu. Aku sangat membosankan. Tetapi, alien di depanku ini juga membosankan. Ia selalu memakai headband atau bandana setiap hari. Anyway, Harry sedang mengerjakan beberapa latihan soal yang sengaja aku berikan kepadanya.

"DONE!" Harry berteriak sambil membanting pensilnya ke atas meja.

Mrs. Cole, librarian di sekolah ini, menatap Harry tajam sambil meletakkan telujuknya di depan bibirnya. "Ssstttt!"

Harry hanya menatapnya balik dengan wajah datar. Ia tidak pernah menggunakan ekspresi apapun.

"Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah masih ada soal yang sulit?" tanyaku.

"Sepertinya tidak. Well, sepertinya aku belajar sampai sini saja. Terlalu banyak belajar akan membuat otakku terbakar."

"Baiklah kalau begitu, semoga kau sukses mengerjakan soal- soalnya nanti, see you later." Aku pun membereskan bukuku dan beranjak dari bangku perpustakaan.

"Kau mau kemana? Aku tidak menyuruhmu untuk pulang." Harry menatapku dengan wajah datar.

"Kau bilang kau tidak mau terlalu banyak belajar kan?" tanyaku kebingungan.

"Yup, benar. Jadi aku mau refreshing sekarang, dan aku tidak akan menyebutnya 'refreshing' jika aku berjalan-jalan tanpa ada teman," jelasnya.

"Terus?" Aku menyatukan kedua alisku.

"Mari kita refreshing sebentar, setelah itu kau boleh pulang," ajaknya sambil mengangkat kedua alisnya.

"Baiklah, kemana kita akan refreshing?"

"Ke tempat yang tidak terlalu jauh dari sini. Kau tahu toko es krim yang ada di seberang sekolah?"

"Ya, aku ingat. Aku berdiri di depan toko itu saat kehujanan dan kau untuk pertama kalinya menyuruhku untuk masuk mobilmu."

"Ya, benar. So, let's go."

***

"Bagaimana jika ada murid lain yang melihat kita? Bagaimana jika mereka mendatangi kita? Bagaimana jika mereka menyebarkan gosip- gosip tentang kita? Bagaimana jika---"

"Kau selalu cerewet seperti ini. Tenang saja, siapa yang akan berani mendatangi dan membuat gosip tentang seorang Harry Styles." Harry membusungkan dadanya dan memasang senyum smirk.

Aku hanya memutar kedua bola mataku dan memakan es krim ku.

Kami sekarang sedang duduk di kursi yang disediakan toko es krim ini. Nama toko ini adalah "Chill Cold Cream". Memang, nama toko ini sungguh aneh. Aku membeli es krim coklat dengan topping choco chip. Sedangkan Harry membeli es krim vanilla dengan topping selai coklat.

"Kau tau, Brown. Berteman denganmu itu tidak telalu buruk," suara Harry tiba-tiba memecahkan keheningan di antara kami.

Aku mengalihkan pandanganku dari es krim ku dan langsung menatap Harry.

"Benarkah? Aku bahkan bukan teman yang baik untuk sahabatku, Crystal. Aku bukan tipe orang yang care,aku terkadang terlalu serius, selalu mementingakan pelajaran ,dan yang paling penting, aku itu membosankan," jelasku.

"Well, semua orang punya kekurangan kan? Aku juga bukan orang yang care, aku tidak pernah tersenyum, aku bahkan tidak mempunya sahabat." Ia menatap pohon- pohon yang ada di depan toko ini.

"Bagaimana dengan the Johnsons dan Lambert?" tanyaku. Harry selalu berjalan bersama si kembar Grayson dan Ethan Johnson ,dan juga James Lambert.

"Mereka temanku. Mereka tidak tahu latar belakang hidupku, mereka tidak tahu perasaanku. Mereka hanya teman bad boy ku. Tidak ada yang mau berteman dengan seorang bad boy, orang- orang bahkan tidak berani menyapa kami. Itulah mengapa kami selalu bersama. Karena semua orang takut dengan kami, mereka tidak mau berteman dengan kami," jelasnya. Ia memperhatikan es krim yang mulai meleleh.

Aku memikirkan rasanya menjadi Harry. Memang, aku tidak punya banyak teman. Tetapi, apa rasanya jika kau tidak memiliki sahabat? Pasti sangat buruk.

"Aku mau," kataku tiba-tiba.

"Apa?" Ia langsung mengalihkan pandangannya dari es krim dan menatap mataku.

"Aku mau berteman denganmu,"

"Tapi kau---"

"Aku tahu dulu kau selalu membullyku. Tetapi, tidak ada salahnya kan memaafkan kesalahan orang? Lagipula semua orang pernah berbuat kesalahan," ujarku sambil menunjukan senyum termanisku.

"Aku tidak membullymu aku hanya menjahilimu." Ia tertawa kecil.

Aku memutar kedua bola mataku.

"Jadi." Aku mengangkat jari kelingkingku. "Teman?"

"Teman," Harry mengaitkan kelingkingnya dengan kelingkingku. Ia memasang senyum smirk.

Well, senang rasanya berteman dengan musuh lama.

Author's POV

"Mengapa mereka mengaitkan jari kelingking satu sama lain? Apakah mereka berpacaran? No, tidak boleh ada yang menyentuh Harry ku. Apalagi seorang Nerd," ucap seorang perempuan dengan pakaian serba pink yang kekurangan bahan. Ia mengacak- acak rambut ombre nya dan pergi meninggalkan toko tas yang bersebelahan dengan toko "Chill Cold Cream" itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jadi gimana???
Next ga?????
Tolong tinggalkan vote dan comment yaaaaa
Thank you

Love you guyssss

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang