27. A Week

248 34 12
                                    

Tolong divote ya, jangan siders:) kritik dan saran sangat dibutuhkan
Karena hari ini ultah suami, jadi aku update.
HAPPY BIRTHDAY NIALL AKA SUAMI<3
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Author's POV

Sudah seminggu Harry dan Melissa berpacaran. Mereka terlihat sangat bahagia, apalagi saat keluarga mereka menyetujui hubungan mereka. Harry selalu mengajak Melissa untuk berkencan dan selama satu minggu ini mereka sudah empat kali berkencan. Biasanya mereka menghabiskan waktu di danau atau di toko es krim. Memang terlihat sangat sederhana, tetapi mereka menikmatinya. Harry merasa sangat bahagia karena bisa memiliki gadis itu. Ia merasa menjadi lelaki yang beruntung bisa mendapatkan gadis seperti Melissa. Sifatnya yang periang dan tidak mempedulikan komentar orang lain, membuat Harry percaya bahwa gadisnya itu adalah gadis yang sangat kuat. Apalagi saat ia mendengar cerita Melissa tentang mantan pacarnya yang menduakannya. Yang membuatnya kaget adalah mantan Melissa terlihat agak mirip dengannya. Mata yang hijau, lesung pipi, dan juga rambut yang keriting. Tak lupa saat Harry pertama kali menyebutkan kata 'I love you', kata-kata yang ia keluarkan sangat mirip dengan kata-kata Jack. Pantas saja Melissa terlihat begitu membencinya. Namun, terdapat satu perbedaan antara Harry dan Jack, yaitu Harry memiliki perasaan yang nyata untuk Melissa, sedangkan Jack tidak. Harry merasa ingin mendatangi Jack dan membunuhnya detik itu juga saat mengetahui bahwa Jack berpacaran dengan Melissa hanya untuk taruhan. Lelaki seperti itu memang harus dihilangkan dari bumi ini.

Bukan hanya Harry yang bahagia, tetapi Melissa juga sangat bahagia. Akhirnya ia mau melupakan masa lalunya. Ia juga menghiraukan semua ancaman-ancaman yang Helen ucapkan. Selagi ia masih bersama Harry, ia percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Mel?" Suara itu memecah lamunan Melissa. Melissa mengerjap beberapa kali.

"Hm?" Gumam Mel tanpa mengalihkan pandangannya dari danau.

"Apa yang akan terjadi jika kita berdua sama-sama menjadi penyanyi terkenal?" Ya, Harry dan Melissa memiliki mimpi yang sama. Dan hal ini sangat membuat Harry cemas. Ia takut jika mereka terkenal nanti, hubungannya dengan Mel merenggang.

"Jika kita memang takdir, kita akan baik-baik saja, Harry," jawab Melissa dengan senyuman. Ia menatap manik hijau itu.

"Aku mau kita selalu bersama, aku mau kita seperti ini terus, aku tidak mau ada yang memisahkan kita. Kamu telah menerima aku apa adanya, and I will always love you, Mel. And just remember that I will always be here for you." Harry menggenggam erat tangan Melissa.

"Jangan, Harry." Melissa tersenyum kecil.

"Apa maksudmu?" Harry mengernyitkan dahinya.

"Jangan menjanjikan sesuatu yang belum pasti. Jika suatu hari kau mengingkarinya, kau akan menyakiti kedua belah pihak." Melissa mengelus pipi Harry dengan lembut. "Kita semua tidak tahu takdir kita sendiri, kita juga tidak boleh memaksakan takdir."

"Tetapi, jika aku masih bisa mengubahnya, aku akan mengubah takdir." Dahi Harry menyentuh dahi Melissa, tatapan mereka beradu.

"Jangan hanya memikirkan kebahagiaan kita, pikirkan orang lain."

"Kau terlalu baik, Mel. Terakhir kali kau tidak mementingkan kebahagiaan sendiri, kau menjadi pelampiasan emosiku." Harry tersenyum simpul.

"Tetapi aku akhirnya mendapat kebahagiaan kan sekarang?" Melissa terkekeh.

"Ya, ya, kau menang. Ternyata memang benar ya kata orang 'wanita selalu benar'," Harry mengerucutkan bibirnya.

"Perasaan sebelum kita pacaran, kau tidak semanja ini," goda Melissa.

"Perasaan sebelum kita pacaran, kau tidak secerewet ini," balas Harry. Harry mengecup pipi tembem Melissa, lalu melingkarkan tangannya di leher Melissa.

"Aku berjanji, aku akan mementingkan kebahagiaan orang lain dulu. Setelah itu, kebahagiaan kita," gumam Harry.

"Promise?" Melissa mengulurkan jari kelingkingnya.

"Promise." Harry menautkan kelingkingnya dengan kelingking Melissa.

***

Tetttettt

Melissa merapikan buku-bukunya setelah mendengar bel makan siang itu. Ia pun berjalan menuju lokernya. Dilihatnya guru-guru yang berlalulalang di koridor. Masing-masing dari mereka membawa satu box pizza. Ada acara apa memangnya?

Seseorang memeluk Melissa dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di tengkuk Melissa.

"Harry," rengek Melissa saat mengetahui lelaki itulah yang memeluknya.

"Apa? Memangnya tidak boleh ya memeluk kekasihku sendiri?" Harry terkekeh seraya melepas pelukannya.

"Bukan begitu, kita kan sedang di sekolah. Kalau dilihat orang lain bagaimana?" Tanya Melissa sambil merapikan buku-bukunya di loker.

"Aku tidak peduli. Cepatlah, aku sudah lapar." Harry mengelus-ngelus perutnya yang sudah menagih makanan. Melissa terkekeh, lalu berjalan bergandengan tangan dengan Harry menuju kantin.

***

"Kau yakin tidak mau pulang bersamaku?" Tanya Harry sambil mengelus rambut Melissa.

"Aku yakin. Sebentar lagi kan ujian kenaikan kelas jadi aku ingin menghabiskan waktu di perpustakaan." Melissa tersenyum memperlihatkan gigi-gigi putihnya.

"Aku akan menemanimu kalau begitu," ucap Harry.

"Tidak, Harry. Kau sudah ada janji dengan Gemma kan di kantornya? Itu kewajibanmu." Melissa mengelus pipi Harry dengan lembut. Lalu ia mengecup pipi Harry. "Sampai bertemu besok."

"Ya, sampai bertemu besok." Akhirnya Harry mengalah. Melissa tersenyum, lalu pergi meninggalkan Harry. Entah mengapa ia memiliki perasaan buruk. Maka dari itu, ia tidak mau meninggalkan Mel.

***

Melissa's POV

Ya ampun, sudah jam 5 sore. Aku harus cepat pulang, kalau tidak Mom tidak akan mengizinkanku masuk rumah. Hari ini agak mendung, aku benar-benar harus cepat pulang.

Aku berjalan keluar gerbang sekolah yang sepi. Tidak mungkin ada bis jam segini, lebih baik aku jalan kaki saja. Aku berjalan melewati halte tempat aku biasa menunggu. Aku menengok kanan dan kiri. Hm, jalanan sangat sepi. Aku pun bergegas untuk menyeberang.

"Nak! Awas!" Teriak seorang ibu saat aku berada di tengah jalan. Dan tiba-tiba....

Bugh!

***

Harry's POV

"Tapi Gem, aku tidak bisa mengurusi itu sekarang. Ini kan pekerjaanmu, aku masih mau melanjutkan sekolahku. Lagipula--"

Ceklek!

Pintu ruang kerja Gemma terbuka, menampakkan seorang pria, Will, asistenku.

"Tuan Styles, ada telepon. Penting." Will terlihat khawatir.

"Tidakkah kau lihat aku sedang sibuk?" Tanyaku seraya memutar kedua bola mataku.

"Ini tentang Ms. Brown."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Udah mulai klimaks nihh.
Maaf ya kalau ceritanya ga ngefeels.
Kritik dan saran sangat dibutuhkan.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Oh iya, recommend aktor barat yang mukanya sangar dong, tapi ganteng wkwk. Comments ya

Thanks:)

HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang