6. Stupid Says

660 33 1
                                    

Justin.

"Aila begitu susahnya aku melupakanmu, padahal kamu udah menghianatiku. Apa maumu sebenarnya, kenapa kamu datang disaat aku mulai melupakanmu!"
Ceracauku selama perjalanan menuju rumah.

Aku yakin pasti Azka, Reynan, dan Aila sedang berada di sana, tapi kenapa Farin tidak mengabariku kalau Azka akan datang. Aku menepikan mobilku di pinggir jalan karena ada panggilan masuk dari ponselku, aku bingung setelah melihat papan nama dari si penelpon.

"Alexi siapa dia? perasaan aku tidak pernah punya teman atau kerabat bernama Alexi"
Batinku bingung.

Apa mungkin dia teman lamaku? Karena aku penasaran akhirnya gambar telepon hijau yang ada di layar kugeser. Terdengar suara seorang laki-laki yang meneriaki nama Alina beberapa kali.

"Halo Al kamu dimana? Aku sudah mengirimmu pesan beberapa kali, tapi kamu tidak membalasnya sama sekali"
Protes seseorang disebrang sana.
Tapi kenapa dia memanggilku Alina...

"Al kamu disana? Halo"
Teriaknya lagi yang sekarang dengan nada yang lebih tinggi.

Saat aku menyadari warna ponselku berubah menjadi rose gold, segera saja aku membalik ponsel yang aku genggam. Ini ponsel Alina! Astaga kenapa bisa sampai tertukar...Biarlah lagian aku malas jika harus kembali kerumah Alina, mungkin besok saat bertemu di sekola aku akan menukar ponselnya.

Aku kembali melajukan mobilku, dan sekarang ini benakku malah dibuat penasaran dengan siapa Alexi itu, apa dia pacar Alina. Kenapa dia tidak pernah cerita padaku? Ayolahh Justin kamu ini siapanya Alina sampai-sampai gadis itu mau menceritakannya padamu.

●•♬●•

Justin.

Saat kubuka pintu rumah, aku melihat empat orang yang tengah sibuk mengobrol dan memainkan ponsel mereka diruang tamu. Ternyata dugaanku benar, mereka berada disini. Aku melangkah mengendap-endap karena untuk saat ini aku masih muak melihat wajah Reynan maupun Aila.

"Justin bergabunglah dengan kami"
Teriak Azka menawariku.

For God sake. Aku malas untuk ngobrol dengan mereka, apalagi tatapan Aila yang sedari tadi tidak lepas memandangku.

"Maaf. Aku mau ke kamar dulu, hari ini sangat melelahkan"
Tolakku sambil tersenyum tipis kearah Azka.

"Justin sejak kapan kamu suka iPhone rose gold"
Celetuk Aila terkekeh melihat iPhone yang sedang aku genggam.

Aku tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya, lagian aku masih punya perasaan karena aku tahu Azka masih mencintai Alina. Namun semua yang aku bayangkan seakan pudar saat pandanganku teralihkan kepada tangan Reynan yang memeluk Aila bersamaan dengan itu Aila mencium pelipis Reynan. Rasanya seperti pedang yang disayatkan kedadaku dengan sangat cepat.

"Ini, ini... ponsel pacarku, tadi tidak sengaja ponsel kita tertukar dimobil"
Dustaku berusaha meyakinkan mereka walaupun kuyakin terdengar nada gugup pada ucapanku.

"Sejak kapan kakak sudah punya pacar? Setahuku kakak belum bisa move on dari Kak Aila"
Farin terkekeh dengan tatapan meremehkannya itu.

Mereka semua tertawa kecuali aku.
Aku mentapnya dengan arti apa-maumu! Sekarang aku harus bilang apa, tidak mungkin aku spontan langsung bilang ini milik Alina Orlin mantan Azka yang barusan saja aku sebut sebagai pacarku, bisa-bisa besok pagi jika Alina mendengarnya dia akan melahapku sampai habis.

"Sebenarnya aku dengannya baru jadian kemarin"
Ucapku agar terlihat meyakinkan.

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Tawa mereka pudar dengan perlahan. Mereka hanya manggut-manggut mengerti setelahnya, aku kembali melanjutkan langkahku menuju kamar yang letaknya di lantai atas, anak tangga ini sepertinya makin hari makin bertambah saja, kenapa menju kamarku saja rasanya seperti naik ke puncak Monas.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang