13. Sad Party

567 27 2
                                    

"Kesini nona"
Ucap seorang pria menggiring Alina kesalah satu meja yang dipesan oleh Azka.

Ini seperti makan malam istimewa. Tertata bunga-bunga segar ditepi kiri dan kanan jalan yang Alina lewati selama menuju meja, ia semakin penasaran sebenarnya apa maksud Azka mengundangnya untuk makan malam.

Dari kejauhan berdirilah sosok pria yang rapi dengan setelan jas berwarna hitam. Ia menggenggam tangan Alina lalu mengecupnya lembut. Lelaki itu mempersilahkan Alina untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya.

"Azka kamu nyiapin ini semua hanya untukku? "
Tanya Alina heran melihat sekeliling restoran yang sepi.

"Benar, aku mengajakmu kesini karena... kupikir aku terlalu banyak memiliki kesalah padamu, jadi ini sebagai bentuk permintaan maafku"
Ucap Azka sambil menggaruk tengkuk.

Mereka tediam sejenak. Sampai kedua manik Azka tidak sengaja melihat kalung silver yang tidak asing lagi baginya.

"Kamu masih memakai kalung itu ya?"
Tanya Azka hati-hati.

Ia senang karena gadis yang pernah mengisi hatinya masih memakai barang pemberiannya. Kalung itu memang Azka berikan pada Alina saat hari jadi mereka yang ke dua bulan.

Alina kaget. Karena seingat Alina dia sudah melepaskan kalung itu tempo hari lalu. Pasti ia tidak bisa meninggalkan kebiasaan untuk selalu memakai kalung pemberian Azka, salah satu lelaki yang pernah mengkhianatinya, dan sempat menghinanya dengan perkataan kasar.

Tangan Alina berusaha melepaskan kaitan kalung yang melingkar dilehernya, ia berniat untuk mengembalikan kalung tersebut kepada sang pemberi, memang terlihat kurang sopan, namun ia sudah tidak mau berurusan tentang masa lalu lagi.

"Mungkin ini sudah tidak pantas untuk kupakai. Berikan ini pada Nara atau kalau kamu tidak mau buang saja"
Ucap Alina acuh.

Ia mendorong kalung berliontin infinity itu ketengah meja. Azka terdiam.

"Aku tahu sekarang kamu lebih bahagia dengan Justin. Aku berharap dia tidak akan melukai hatimu seperti yang pernah kulakukan sebelumnya"
Terukir senyum simpul yang mungkin dipaksakan Azka.

Dibenak Alina ia juga merasakan sakit yang sama karena Justin, sebenarnya ia tidak mau memutar kembali memorinya tentang perilaku Justin saat ini, karena ia tahu jika haru mengingat itu, moodnya akan turun kelevel yang tidak baik.

"Sudahlah aku tidak mau mengingat kejadian dimasa lampau. Pikirkan hari ini untuk besok, cukup belajar sejarahnya"
Alina terkekeh, lalu menyedot jus strawberry yang Azka pesan untuknya.

"Salah satu favoritmu kan?"
Tanya Azka. Mendongakan kepala pada segelas jus yang sedang Alina minum. Lima Bulan baginya sudah cukup untuk mengenal dan menghafal apa kesukan mantan kekasihnya itu.

Alina tersenyum. Tidakkah ini terlalu cepat untuk kembali normal, ia berpikir Azka bisa meruntuhkan tembok yang ia bangun untuk melindungi dirinya agar ia tidak dekat lagi dengan Azka, namun tembok itu seketika bisa runtuh karena undangan makan malam yang Azka berikan untuk Alina.

"Aku pergi ketoilet sebentar"
Izin Alina lalu beranjak pergi.

Tak sengaja ia berpapasan dengan Aila. Alina berhenti sejenak memandang gadis itu yang berjalan menjauh darinya, untung saja Aila tidak menyadari keberadaan Alina karena rambutnya yang tergerai. Alina yang penasaran mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet dan membuntuti Aila.

"Sedang apa dia disini?"
Gumam Alina pelan.

Ia berpikir kalau restoran ini hanya berisi dirinya dan Azka saja, namun ia menemukan sosok lain di ruangan ini. Alina merasakan pergerakan dibelakang tubuhnya, ia merasaka suara langkah kaki tersebut semakin mendekat kearahnya.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang