2.Heart Opener

1.5K 61 0
                                    

Justin.

"This might be the right time"
Gumamku dalam hati.

Aku Justin Orlando anak pertama dari dua bersaudara, adikku bernama Farin Orlando. Aku bersekolah di Flavor East dan sekarang duduk di kelas 12.

Aku melangkah menuju kelas gadis itu. Aku hanya ingin sekedar menanyakan apa penyebab dia akhir-akhir ini menjauhiku, namun saat aku menyapu pandangan ke kelas Alina hasilnya nihil. Apa mungkin ia sudah pulang, barangkali ia masih disekitar sekolah. Akhirnya aku melangkah tergesa-gesa menuju pintu gerbang sekolah. Semoga dia masih ada disana, dan benar saja belum genap beberapa langkah mataku sudah menangkap sosok Alina yang hendak keluar dari pintu gerbang.

"Alina! "
Teriakku padanya.

Dia tetap berjalan dan tidak menghiraukan panggilanku. Kenpa aku yakin bahwa gadis itu Alina? Tentu saja karena ia sekarang berjalan beriringan dengan temannya kalau tidak salah bernama Varisha.

"Alina Orlin!"
Teriakku sekali lagi, aku harap dia mau mendengarkanku.

Aku mulai berlari untuk menyamakan langkahku dengannya. Hap! Aku pun berhasil menggapai tangan Alina, ia menghentikan langkahnya dan berputar menghadapku, ia memandangku datar tanpa ekspresi apapun.

"Apa maksudmu! "
Getak alina padaku.

Kurasa wajahnya mulai memerah karena aku menggenggam tangannya yang terlihat memaksa, ia menjungkitkan sebelah alisnya. Entah apa yang sedang terjadi, tiba-tiba lidahku keluh saat aku menatap manik almond Alina.

"Hay justin, apa kau mendengarku? Lepaskan tanganku sekarang juga!"
Perintah Alina dengan nada yang meninggi.

Seketika lamunanku terbuyar karenanya. Entah apa yang terjadi aku mengiyakan ucapan gadis itu, dan perlahan merenggangkan genggaman tanganku darinya. Ia menatapku bingung dan perlahan pergi menjauh dariku.

"Justin! Kau dari mana saja, tadi aku tanya Agam katanya dia lihat kamu tergesa-gesa ke kelas gadis bodoh itu, tapi aku tidak percaya dan sekarang aku malah menemukanmu di sini"
Ucap seseorang mendatangiku.

"Maafkan aku karena sering merepotkanmu"
Ucapku tanpa mengalihkan pandangan kepada sang pemilik suara tersebut. Aku masih mengamati punggung Alina yang lama-lama mulai samar dari penglihatanku.

"Jus ini tasmu "
Ucapnya menyodorkan tas hitam milikku.

"Terimakasih Al "
Ucapku spontan.

Aku terkesiap dan segera membalik badan. Ternyata itu bukan Alina. Wajah gadis yang ada di hadapanku menampakan air wajah kecewa sekaligus tidak percaya.

"Al? Apa maksudmu?! Aku Adresia Justin bukan Alina, jangan samakan aku dengan gadis bodoh itu "
Adresia berucap kesal sembari menggeleng kepalanya.

"Adresia cukup! Kau jangan seenaknya nyebut Aina gadis bodoh. Dre kamu gak tahu kalau dia itu murid pintar disekolah kita?!"
Ucapku marah.

Saat seseorang memberikan gelar kepada Alina dengan sebutan yang tidak pantas, entah kenapa hatiku tidak membiarkan sebutan itu patut dilontarkan pada Alina.

Adresia menatapku tajam dan bergumam kecil yang aku tidak tahu apa isinya, ia memilih berbalik bada dan meninggalkanku.

"Oy mikirin apa?! Ngelamun mulu"
Sentak Agam membuyarkan lamunanku.

"Nggak. Pulangnya jam berapa? Badanku nggak enak gini"
Dustaku padanya.

"Sejam lagi juga pulang"
Sahut salah satu temnku dibelakang Agam.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang