Adresia.
Pagi yang indah nan cerah. Tidakkah hidup ini menyenangkan jika kita mensyukurinya.
Aku merenggangkan otot-otot tubuhku yang tegang. Sebenarnya kemarin malam aku tidur jam berapa sih, kenapa badanku pegal-pegal semua. Aku menyibakkan tirai crem yang mengahalangi laju cahaya matahari yang hendak masuk. Seketika cahaya matahari pagi tanpa diminta menerobos kamarku, menembus jajaran kaca bening besar yang tersusun rapi pengganti tembok. Jalanan Wexford belum terlalu ramai untuk jam sepagi ini.
Di temani indahnya sinar sang surya, mungkin secangkir teh hangat akan menambah semangatku. Tanganku mulai terulur untuk mengambil gelas yang terletak di atas meja. Aku merobek bungkusan kertas yang berisi gula, lalu kutuangkan butiran-butiran putih gula manis tadi ke dalam gelas, aku juga melakukan hal yang sama dengan bungkusan teh. Sambil menunggu airnya mendidih, aku memesan baked beans salad. Baru saja ingin mendaratkan diri ke sofa tiba-tiba pintu kamarku terketuk. Mungkin itu pesananku, tapi kenapa cepat sekali, perasaan aku baru memesan beberapa menit yang lalu. Sudahlah.
"Selamat pag- Loh kalian?! Kenapa bisa disini?!"
Aku terkejut karena kedatangan dua tamu yang tidak kusangka akan menyusulku kemari, dan kenapa mereka semua membawa koper, apa mereka juga berencana akan liburan disini. Aku berjinjit. Berusaha memastikan bahwa hanya mereka yang kemari dan tidak ada orang lagi selain mereka berdua.
"Justin nggak ikut? "
Tanyaku setelah memastikan bahwa tidak ada orang lagi selain mereka."Persetan dengan dia. Dre biarkan aku masuk, lututku sudah tidak kuat berdiri terus, dan rapatkan kedua bibir mu itu"
Ujar Alina dengan nada yang amat teramat datar. Ada apa dengan dirinya.Aku mengatupkan kedua bibirku lalu mempersilahkan Alina dan Nata masuk. Kamar hotel ini lumayan besar, jadi ruangan tidur dan mini living room dipisahkan dengan dekorasi ukiran kaca yang minimalis.
"Kalian mau minum apa? Biar aku pesankan"
Ucapku menawari kedua orang dengan wajah kusut karena kelelahan."Kenapa kamu tega sekali Dre. Kita juga lapar tahu"
Gerutu Nata yang memejamkan matanya."Iya iya aku pesankan, jadi apa minuman kalian? "
Tanyaku lagi dengan sedikit penekanan."Espresso coffe untukku"
Ucap Nata lirih."Aku macchiato saja"
Ucap Alina lalu berjalan menuju kamar mandi dengan langkah gontai.Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka.
TokTok.
Itu pasti pesanan ku. Dan benar sepiring salad segar sudah bisa terlihat bagaimana lezatnya, respect perutku bersuara tidak karuan, sehingga pelayan paruh baya di depanku menahan tawa saat mendengarnya. Sungguh ini memalukan.
"Oh iya. Saya tambah pesanan mature cheddar cheese salad dua, segelas cofe espresso dan segalas coffee macchiato"
Ucapku membeberkan makanan dan minuman yang kupesan.Wanita itu mengangguk mengerti lalu aku mengambil sepiring salad segar yang terletak diatas nampan.
"Emh...Al, kamu bertengkar sama Justin? "
Tanyaku hati-hati.Dia menyeringai, dan menghirup nafas dalam.
"Itu yang dia lakukan padaku"
Kata Alina menunjuk layar TV yang menampilkan adegan kissing.Aku mengernyitkan dahi. Ia masih menatapku tak percaya.
"Ya bagus lah, apa yang kamu khawatirkan"
Jawabku. Setelah itu sesendok salad segar memasuki mulutku. Sarapan yang sangat enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Mistakes
Fiksi Remaja[COMPLETED] "Kau tak harus bertanya itu, karena kau sudah tahu jawabannya. Semua yang telah kau lakukan, tidak akan membuat kita kembali relevan" Alina Orlin. "Menyakitkan tapi itu perlu. Jika kau hancur maka akulah yang harus memperbaikinya...