22. Our Moment

457 28 0
                                    

"Nay mau ke kampus?"
Tanya Justin pada nayyer yang kebetulan lewat di depannya.

"Iya. Kenapa?"
Nayyer menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Justin.

"Aku bareng sekalian ya, mau jemput Alina"
Jelas Justin lalu ia melesat cepat ke dalam mengambil jaket dan handphonenya tanpa mau mendengar jawaban dari Nayyer.

Adresia yang meneguk segelas susu hampir tersedak karena Justin yang menabraknya dan membuat ponsel yang gadis itu genggam terjun bebas mencium lantai yang untung saja beralaskan karpet.

"Hai! Kamu ini mau kemana?"
Protes Adrsia sebal sambil melototi Justin yang masih sibuk mencari keberadaan ponselnya.

"Aku akan menjembut Alina. Maaf Dre"
Jelas Justin tanpa menoleh ke Adresia dan berlalu begitu saja.

"Kapan aku punya keberanian untuk mengatakan ini, ugh... padahal beberapa hari lagi aku akan pulang"
Gumam Adresia pelan sambil memandangi punggung Justin yang menghilang di balik pintu.

Ia terduduk di lantai, tanganya meraih ponsel yang jatuh dab membaca id caller penelpon yang tertera di layar ponselnya.

"Halo?"
Sapa Adresia pada seorang gadis teman lamanya.

Ia terlonjak kaget setelah mendengar rentetan kata dari si penelpon, Adresia spontan langsung  berdiri dari duduknya dan berlari menuju balkon dengan tergesa, disebrang sana matanya sukses dikejutknan oleh kehadiran seorang gadis yang melambaikan tangan ke arah Adresia, ia mengembangkan senyum simpul yang lama tidak, senyum dengan eksistensi kekejaman yang Adresia rasakan.

"Dre kenapa?"
Tanya Nata menepuk pundak Adresia saat melihat temanya berdiri kaku di balkon. Adresia menyembunyikan rasa kegelisahan yang menyelimuti hatinya dan mengganti mimik mukanya menjadi normal.

"Tidak. Aku... hanya lapar. Nat aku keluar dulu ya, jika kamu mencariku pergi saja ke cafe seberang"
Jelas Adresia, gadis itu melangkah cepat meninggalkan Nata sembari menyahut jakat berwarna army yang tergeletak di sofa.

"Aila bagaimana kabarmu? "
Tanya Adresia menunjukkan senyum yang dibuat semanis mungkin.

"Aku baik, duduklah"
Ucap Aila dengan nada datar.

Tatapan dingin di mata Aila yang menampakan sedikit kemarahan disana membuat tanda tanya besar mengelilingi kepala Adresia. Ia merasa bahwa urusannya dengan Aila sudah berakhir lama, bahkan rencana balas dendam yang sempat ia rencanakan pun sudah ia batalkan, karena yang Adresia inginkan untuk saat ini ialah merubah perilaku buruk dari dirinya.

"Ada apa denganmu?"
Tanya Adresia hati-hati.

Aila menarik sebelah sudut bibirnya, menampakan senyum pahit yang entah apa maksud dari senyuman itu. Aila merogoh ponsel yang ada di saku mantelnya lalu memutar video yang menyebabkan ia datang ke Irlandia. Ia membalik ponselnya kearah Adresia, lalu menunjukan sebuah video yang sedang berputar di ponsel Aila.

"Apa maksud dari semua ini Dre? Kamu ingin menjebakku? "
Vonis Aila berucap dingin.

Deg.

"Kenapa video ini harua sampai ke tanganya?"
Batin Adresia dengan jantung yang sesak.

Adresia seperti disiram segelas air es. Matanya berkedip untuk kesekian kali saat melihat video yang diputar Aila. Adresia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berpacu tidak normal berkat kejutan yang diberikan Aila.

"A-aku bisa menjelaskannya"
Ujar Adresia terbata-bata.

●•♬●•

"Kata Nayyer kamu sering pergi kesini ya? "
Tanya Justin kepada gadis pemilik mata almond yang kini berada disampingnya.

Gadis itu tidak langsung menjawab pertanyaan yang diajukan pacarnya, kepalanya malah ia dongakan ke atas untuk menatap langit berwarna biru kalem.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang