Alina.
Sudah tiga hari semenjak kejadian itu dimulai dan sudah tiga hari pula aku tidak pernah mendengar kabar Justin. Sebenarnya ini sungguh menyakitkan, seakan rasa sakit yang aku rasakan sudah tidak bisa digambarkan lagi melalui apapun. Aku sudah memberi dia kesempatan kedua. Kenapa. Karena aku masih mencintainya, aku ingin mengembalikan serpihan-serpihan yang pernah pecah, aku membentuknya lagi dengan susah payah, namun setelah aku berhasil menyatukan serpihan itu, benda itu pecah lagi dengan serpihan-serpihan yang lebih kecil dari sebelumnya, aku menyerah saat ini juga. Entahlah, saat ini tidak ada yang ingin kupikirkan kecuali kemabali kerumah, ibu mempercayaiku ke Irlandia untuk menuntut ilmu, bukan malah jadi mahasiswa yang sering minta izin cuman gara-gara patah hati. Menyakitkan.
"Al sampai kapan mau mentelengin jendela? "
Tanya Nata mengagetkanku. Aku meliriknya sebal.Drtdrt
Layar ponselku berbunyi, aku melirik dan ternyata ada satu pesan masuk. Azka. Aku membuka pesan dari Azka dan membaca isinya.
Azka.
Al aku mau tanya, perjalanan Wexford ke Cork berapa lama? Sejujurnya aku ingin memberimu kejutan tapi temanku salah membeli tiket, jadi dari Dublin aku malah ke Wexford bukanya Cork.
Aku membelalakan mata. Apa Azka di Wexford! Kenapa ini kebetulan sekali dia berada disini. Senyumku mengembang seketika. Nata yang menatapku sedari tadi bergumam tidak benar.
"Kenapa? "
Tanya Nata penasaran."Azka kesini Nat!"
Pekiku kepadanya. Sampai-sampai kedua tangannya menutup telinga. Sumpah alay."Beneran? Yaudah kita jemput gimana? "
Tanya Adresia yang tiba-tiba menyambar."Oke sip"
Nata mengangkat kedua jempol pas ke jidatku. Kurang ajar.Kami bertiga segera keluar dari kamar hotel, sampai-sampai lupa kalau ini lagi di Wexford, lagian mau naik apa bertiga ke terminal? Yakali naik bus.
"Heh... Kalian, kita ke sana mau naik apa? "
Tanyaku dengan nada datar."Naik mobil Nayy- oh iya kita nggak lagi di Cork"
Ucap Nata tapok jidat.Kenapa ingatan mereka payah banget coba.
"Mending kalian aja yang kesana aku biar jaga kamar"
Ucap Nata pada akhirnya.Setelah mengetik pesan singkat kepada Azka akhirnya aku dan Adresia menuju loby hotel, untung disana sudah ada taksi yang berjajar, jadi kita tidak perlu jalan terlalu jauh.
Setelah sampai di pintu pemberhentian, aku melangkah keluar dan tidak lupa membayar ongkos taksi. Mataku menyapu luasnya terminal bus yang cukup luas untuk menemukan Azka, Adresia juga melakukan hal yang sama, sedari tadi matanya juga ikut celingukan mencari lelaki itu.
"Al"
Panggil seorang pria dari belakangku.Aku menengok dan mendapati Azka sudah berdiri dengan tegak dibelakang membawa koper hitam miliknya.
"Azka!"
Pekikku dan Adresia bebarengan.Sudah hampir satu tahun ini aku tidak bertemu dengan Azka dan akhirnya rasa kerinduanku terbalaskan. Adresia memeluk Azka erat dan mencubit perutnya pelan, Azka berdandan meringis kesakitan lalu dia tertawa kecil, setelah itu aku bergantian memeluk Azka, ia mengelus rambutku lembut, bisa kudengar detak jantungnya yang berpacu tidak normal. Ada apa dengannya.
"I miss you"
Ucapa Azka lembut. Sangat lembut.Aku tidak menjawab ucapan Azka, lalu aku melepaskan pelukannya. Tidak. Aku tidak mau dia mencintaiku lagi, cukup sekali saja aku merasakan sakit karenanya dan aku tidak mau mengulangi hal itu lagi, walaupun sikap Azka yang sekarang jauh lebih manis dari pada yang sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Same Mistakes
Novela Juvenil[COMPLETED] "Kau tak harus bertanya itu, karena kau sudah tahu jawabannya. Semua yang telah kau lakukan, tidak akan membuat kita kembali relevan" Alina Orlin. "Menyakitkan tapi itu perlu. Jika kau hancur maka akulah yang harus memperbaikinya...