4.Missunderstand

840 45 0
                                    

Alina.

~ We're all bored, we're all so tired of everything We wait for trains that just aren't coming We show off our different scarlet letters ~

Lagu Taylor Swift - New Romantic sedang menggema diruang kamarku yang sepi ini, karena ponselku kedapatan panggilan masuk. Aku melihat id caller penelpon tapi tidak ada nama yang tertera di sana, karena penasaran aku menerima panggilan telepon itu.

"Hallo, Am I bothering you?"
Sapa penelpon diseberang sana dengan nada lirih.

Sebentar. Aku merasa suara penelpon ini tidak asing bagiku, aku pernah mendengar suaranya tapi dimana?

"Tidak. Maaf ini siapa?"
Tanyaku penasaran pada si penelpon.

Beberapa detik setelahnya si penelpon malah mematikan panggilan, aku semakin penasaran saat beberapa menit setelahnya ada sms masuk dari nomor yang sama.

From: Unknow

Alina aku Justin. Bisakah nanti malam kamu datang di restoran Sea House? Aku akan menunggumu disana.

Langsung saja aku bangun dari posisi tidurku setelah membaca pesan dari Justin dengan tanganku yang bergetar, begitupula deguban jantungku yang semakin menjadi-jadi. Kenapa tiba-tiba ia mengajakku makan malam? Tapi ini mungkin juga kesempatanku untuk menanyainya beberapa hal yang akhir-akhir ini menggangguku.

●•♬●•

Alina.

"Mungkin ini tidak terlalu berlebihan"
Ucapku berdiri di depan cermin merutuki penampilanku.

Jika dipikir-pikir ucapan Alexi tempo hari lalu memang ada benarnya, bagaimanapun aku tidak ingin Justin curiga karena perubahan sikapku yang cukup drastis ini, lagian aku mau sampai kapan menghindar dari dia terus, toh nggak ada untungnya untukku yang ada Justin malah memandangku layaknya freak girls yang selalu menghindar dari dia.

Aku mengenakan celana jeans pendek yang kira-kira sepuluh centi meter diatas lutut, lalu t-shirt putih polos yang kupikir lebih baik kumasukan dan dipadukan denga cardigan pink yang panjangnya dibawah lutut.

Jangan tanya apa alas kaki yang akan aku pakai, high heels? Tentu tidak, aku sudah menghindari benda itu apalagi mengingat insiden beberapa bulan lalu yang bagiku sama saja membuat harga diriku jatuh karena tergelincir di depan umum, dan aku tidak akan mengulang itu untuk kedua kalinya kecuali kalau benar-benar kepepet, mentok, nggak ada pilihan lain, baru benda tinggi itu kupakai.

Aku menyapu pandangan di area luar restoran, dia berpesan padaku untuk menunggunya disini. Restauran ini terbilang cukup ramai, terparkir beberapa mobil di area restauran dan saat aku menatap satu persatu orang yang keluar masuk di restauran aku mendengar seseorang meneriakan namaku, aku lalu membalikan badan dan memincingkan mata untuk melihat wajah orang yang memanggilku, mungkin karena jarak lelaki itu dari letakku berdiri terpantau jauh jadi aku tidak bisa melihatnya terlalu jelas, tapi aku yakin kalau itu Justin. Siapa lagi.

"Maaf aku terlambat"
Ucap Justin menghampiriku dengan air muka bersalah.

"Aku juga barusan datang"
Jawabku seadanya.

"Ayo cepat masuk, anginya kencang banget"
Dia menggandeng tanganku dan menarikku untuk masuk menuju restauran.

Aku melihat tanganku yang mengait erat di tangan Justin dan detik itu juga aku merasa jantungku mulai olahraga cepat yang membuat perasaanku mulai aneh. Aku bersyukur meja kita...eh kita? Maksudku meja ku dan Justin tida jauh dari pintu masuk jadi aku bisa terhindar dari rasa tidak enak berkata gandengan tangan tadi.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang